Zidane Alvaro Mahesa adalah pewaris ketiga dari kelurga terkaya di Asia Tenggara Reno Mahesa, yang menempuh pendidikan di Inggris. Pria tampan dan cerdas ini telah salah pergaulan hingga berakhir menyedihkan. Demi mendapatkan hukuman dari sang Daddy, Zidane di asingkan untuk mendapatkan pelajaran.
Hidup tanpa keluarga dan tidak memiliki aset apapun membuat Zidane merasa sendiri. Hingga ia bertemu dengan sekelompok genk yang menjerumuskan dirinya semakin dalam dan menuju jalan kematian.
Zidane harus menjalani hidupnya penuh kesialan, tuduhan atas pembunuhan dan pemerkosaan seorang gadis telah membuatnya masuk kedalam jeruji besi. Berbagai siksaan dan intimidasi ia peroleh. Hukuman mati telah menanti, Namun Zidane tidak tinggal diam.
Berhasilkah sang pewaris membalas dendam pada orang-orang yang telah membuatnya menderita?
Yuk ikuti kisah selanjutnya, ada juga kisah-kisah romantis anak-anak Reno yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan sepihak
Kaki Zidan melangkah masuk kedalam ruangan kelas, Ia sudah tidak perduli dengan keadaannya yang sudah tidak memiliki apapun. Namun tidak menghalangi niatnya untuk menyelesaikan kuliah dan menjadi kebanggaan kedua orang tuanya sebagaimana kedua kakak kembarnya yang telah berhasil jadi orang sukses.
Zidane masuk kedalam kelas dan duduk di kursi seperti biasanya, tak lama kemudian masuk Felicia bersama dua orang temannya.
"Varro..."
Zidane mengangkat wajahnya, namun ia tidak menyambut dengan ceria seperti biasanya. Wajahnya murung dan senyumannya terlihat di paksakan.
"Felly..."
"Kamu kenapa? Wajah mu kok jutek begitu. Apa tidak suka aku ganggu." ucap Felicia.
Zidan menggeleng "Tidak apa-apa kok, kamu juga baru datang?" tanya Zidane, tatapannya sayu seperti tidak bergairah untuk berinteraksi dengan siapapun.
Felicia duduk di samping Zidane dan memberikan sebuah katalog berbagai produk barang-barang branded.
"Varro, lusa teman ku akan mengadakan acara party di sebuah hotel. Aku ingin kamu ikut bersama ku." Zidane bergeming tanpa menyentuh katalog tersebut. "AKu harus ganti tas ku buat ke acara party. Tidak mungkin aku pakai yang itu-itu ajah. Nanti apa kata teman-teman ku, masa pacar ku yang kaya-raya sangat perhitungan."
Wajah Zidan terlihat suram, ia menatap wanita di sampingnya. "Kenapa kamu bicara seperti itu, selama ini aku tidak pernah perhitungan dengan mu Fel. Selama aku ada, apapun aku turuti kemauan mu. Bahkan perhiasan di tubuh mu pemberian dari ku." kata Zidane yang merasa di kucilkan oleh kekasihnya yang sudah setahun ia pacari.
Felicia cemberut "Jadi kamu tidak berniat membelikan aku tas ini! Tidak mahal kok, hanya 800 juta." tukas Felicia sambil menunjuk sebuah tas terbaru
"Hanya 800 juta kamu bilang?" tanya Zidane dengan alis mengeryit.
"Loh kenapa? Bukankah kau sanggup membelikan barang-barang branded. Bahkan kamu belikan aku satu set perhiasan seharga 5 milyar pun sanggup. Tapi kenapa hanya harga 800 juta kamu anggap mahal varro." ucap Felicia kecewa.
Zidane menghela nafas berat, dulu sewaktu ia belum mengenal judi dan sang mommy rajin mengirimkan uang padanya, apapun keinginan kekasihnya pasti selalu Zidan turuti. Tetapi, sekarang kondisinya sudah berubah, tak seperti dulu lagi. Walaupun ia tahu uang kedua orang tuanya tidak bakal habis sampai tujuh turunan.
"Felly, aku minta maaf. Untuk saat ini aku tidak bisa belikan kamu tas. Tunggu sampai mommy ku kirim kan uang."
"Iya tapi kapan? Sedangkan acara party nya lusa."
Zidane bingung, harus mengatakan apa tentang kebenarannya pada sang kekasih, kalau saat ini ia benar-benar tidak punya uang. Jangan Kan untuk membelikan tas branded, untuk makan dan bayar kos-kosan saja hasil dari penjualan jam tangan kesayangan nya. Dari awal Zidan menyadari kesalahannya, terlalu memanjakan Felicia dengan kemewahan dan uang itu milik orang tuanya, bukan hasil jernih payah dirinya sendiri.
"Felly, tolong mengertilah, saat ini aku belum bisa menuruti permintaan mu." ucap Zidane seperti memohon.
"Kau ini payah sekali Varro! Masa membelikan kekasih mu tas saja tidak mampu, katanya kamu anak konglomerat di Indonesia." sahut Luna teman Felicia.
Zidane hanya menghela nafas "Terserah kalian mau bicara apa!" ucap Zidan pasrah.
"Kalau kamu benar-benar sayang padaku, di saat tersulit pun seharusnya mengerti." Zidane memberikan pengertian pada kekasihnya.
"Apa?! Jadi kondisi keuangan mu sedang tidak baik?! tanya Felicia tak percaya
"Orang tua ku belum mengirimkan aku uang."
"Percuma juga meminta pada mu." sahut Felly kesal
"Tapi, paling tidak kamu masih memiliki mobil sport dengan harga ratusan miliar. Kita tetap akan datang ke acara party Mickey. Aku akan tunjukkan padanya kalau kekasih ku bukan orang biasa."
Zidane menaikkan satu alisnya "Kamu datang ke acara party, mau ajang pamer pacar atau pamer harta?"
"Kedua-duanya Varro!" sahut Felly sambil sumringah.
Zidane menggeleng cepat "Aku tidak bisa!"
Felicia menoleh sambil menatap dingin "Maksud mu apa?!"
"Mobil ku sedang rusak!"
"Tidak mungkin! Mobil mu masih baru dan mulus, mana mungkin bisa rusak!"
"Sudahlah Felly, kamu tidak usah pedulikan Varro. Dia itu pembohong besar, jadi selama ini mobil yang ia pakai mobil cicilan, lalu dia taruhkan untuk berjudi! cetus Carlos yang tiba-tiba masuk dari arah pintu.
"Dan sekarang dia sudah jadi gembel, apartemen di bilangan kota sudah ia jual untuk berjudi!" hahaha... Sahut Revan yang berdiri di samping Carlos
"Varro sudah tinggal di kos-kosan kecil, bertahan hidup dari cara berjudi." hehehe... Sindir Julian.
"Mana yang katanya anak orang konglomerat! Ternyata, semua fasilitas yang Varro dapatkan dengan cara berjudi! Dan barang-barang pemberian Varro untuk mu, juga hasil dari berjudi!" seru Carlos sambil terbahak
Felicia langsung berdiri, wajahnya menahan amarah yang terpendam "Apa benar yang mereka katakan Varro!"
Zidane mendengus kesal, ia menatap Carlos, Revan dan julian tajam, tangannya terkepal kuat dan kupingnya panas karena terus di remehkan.
"Tutup mulut kalian! Kalian tahu apa tentang ku!" tunjuk Zidane sambil berdiri "Semua fasilitas dari uang, mobil dan apartemen semua itu dari orang tua ku! bukan hasil dari judi! Aku memang kalah taruhan, tapi bukan berarti semua pemberian ku untuk Felly hasil dari berjudi." balas Zidan tak terima.
"Sudahlah, tidak usah di dengarkan laki-laki pembohong ini! Tunjukkan kalau kamu mampu dan katanya orang kaya-raya, pasti mudah bagi mu mendapatkan satu mobil terbaru."
"Jangan kan hanya satu mobil, Daddy ku membelikan aku mobil dengan pabrik nya pun bisa!" seru Zidane yang sudah tertantang, padahal ia menahan emosinya sejak tadi, tapi akhirnya meledak juga.
"Ahh-ya? Ayo buktikan!" tantang Carlos
"Baik akan aku buktikan!" Zidane meraih ponselnya dan mulai menghubungi sang mommy, tetapi masih seperti kemarin-kemarin, ponselnya tidak aktif. Wajah Zidan berubah pias dan sekarang ia berusaha menghubungi kedua kakak kembarnya. Namun sama halnya dengan sang mommy, tidak bisa di hubungi. Zidane terlihat frustasi, ia tidak mau di anggap pembohong dan akan jadi perbincangan hangat di kampus nya.
Untuk yang terakhir ia menghubungi sang Daddy. Panggilan masuk tersambung, Zidane bernafas lega dan berharap sang Daddy berpihak padanya. Lama menunggu akhirnya telepon di angkat.
"Daddy..." seru Zidan
"Anak ku, ayah mu sudah tidak memiliki uang lagi. Banyak tagihan yang harus ayah bayar. Mulai sekarang carilah pekerjaan dan bekerjalah dengan giat, agar kamu bisa lulus sekolah."
"Apa?! Ayah..?? Tidak, kamu bukan Daddy! Ini bukan suara Daddy!" teriak Zidane dan langsung mematikan telepon.
Semua teman-teman Zidan terbahak-bahak sambil terus mengejek dan mengolok-olok dirinya. Semua menatap dengan penuh cemoohan.
"Daddy...,?! Hahaha.. "Kenapa orang ini selalu berpura-pura kaya, padahal orang tuanya sendiri miskin!" ejek teman nya yang lain.
"Bisa-bisa dia kuliah disini, padahal orang tuanya banyak tagihan hutang!" hahaha...
"Varro! ternyata selama ini kamu berbohong! bentak Felicia "Aku telah terhina oleh perbuatan mu! Aku benci kamu Varro!!" Felicia menangis sambil berlari keluar dari kelas.
"Felly tunggu!" Zidane mengejar kekasihnya "Felly, aku bisa jelasin semuanya!" Zidan menarik tangannya.
Felicia menepis tangan Zidane "Apa lagi yang ingin kamu jelaskan! Kamu seorang penjudi Varro... dan ternyata ayah mu kesulitan uang!"
"Itu tidak benar, mungkin saja aku salah sambung. Itu bukan suara Daddy ku!"
"Sudah cukup! Mulai sekarang kita putus!"
"Ap-apa?! Zidane terpekik.
Felicia melangkah pergi meninggalkan Zidan, saat itu juga perasaan Zidane luluh lantak karena di putuskan di saat ia terpuruk.
"Daddy... Kenapa mengacaukan semuanya!"
YUK IKUTI KELANJUTAN NYA, SEMAKIN SERU DAN MENANTANG. TOLONG KASIH 🌟 5 DAN BERIKAN KOMENTAR KALIAN.
JANGAN LUPA BERI LIKE, VOTE, GIFT SEIKHLAS KALIAN, SEE YOU 🤗 😍