Ketika dendam dan cinta datang di waktu yang sama, pernikahan bak surga itu terasa bagai di neraka.
“Lima tahun, waktu yang aku berikan untuk melampiaskan semua dendamku.”_ Sean Gelano Aznand.
“Bagiku menikah hanya satu kali, aku akan bertahan sampai batas waktu itu datang.”_ Sonia Alodie Eliezza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : Semalam Bersamamu
...🌼...
...•...
...•...
“Ngantuk?” tanya Sean.
“Iya, kamu?” tanya Sonia balik.
“Sama, aku juga ngantuk,” jawab Sean.
“Ya udah, ayo pulang!”
“Aku ngantuk Sayang, balik ke rumah cukup jauh, tidur di mobil aja dulu.” Hati Sonia menghangat ketika suaminya kembali memanggil dia sayang.
“Iya deh.”
Mereka pindah ke bangku belakang, di sana sudah tersedia selimut dan juga bantal untuk mereka berdua, memang selalu Sean letakkan di dalam mobil karena dia sangat tahu kalau istrinya itu suka tidur jika di perjalanan, walaupun Sean begitu kejam namun dia selalu memperhatikan hal-hal yang membuat istrinya nyaman.
Mereka tidur saling berpelukan, Sean memeluk erat Sonia seakan takut kehilangan istrinya dan Sonia pun begitu, mereka saling berbagi kehangatan di malam yang dingin ini.
“Aku boleh minta sesuatu nggak Sean?” Sean yang sudah membenamkan wajahnya di leher Sonia mengangguk pelan.
“Hhmm.”
“Sebenci apapun kamu padaku, tolong jangan selingkuhi aku ya. Aku kuat jika kamu siksa secara fisik tapi aku tidak kuat jika harus diduakan.” Sean mengangkat pandangannya dan mengubah posisi, Sonia kini ada di bawahnya.
“Aku tidak pernah berpikir untuk selingkuh darimu, kamu wanita satu-satunya yang bisa membuat aku tergila-gila, aku tidak bisa berpaling darimu, Sonia.” Sonia tersenyum, suaminya itu kembali tiduran di sampingnya dan memeluk erat dirinya.
Mereka pun tertidur dengan hujan yang semakin lebat di luar sana, Sean sampai detik ini masih belum menyentuh Sonia namun dengan kemesraan saat ini saja sudah membuat Sonia begitu bahagia.
...***...
Alarm ponsel Sean berbunyi yang menunjukkan sekarang sudah pukul 04.30, mereka terbangun dan Sean mematikan ponselnya, dia kembali tidur dalam pelukan Sonia seperti seorang anak kecil yang manja.
Sinar matahari sudah terasa, Sonia kaget karena mereka bangun kesiangan.
“Udah siang,” ucap Sonia, Sean melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul 08.17.
“Belum siang.”
“Kebablasan kan jadinya.”
“Kebablasan apanya, kita cuma tidur doang, nggak berbuat,” canda Sean.
“Iya maksud aku kebablasan tidurnya.” Sean dengan singkat mencium pipi Sonia.
Mereka kembali pindah ke bangku depan, Sean menguap, kepalanya masih terasa pusing karena belum terlalu membiasakan cahaya masuk ke matanya.
“Biar aku yang nyetir, kamu lanjut tidur aja,” ujar Sonia yang mengerti kondisi suaminya saat ini.
“Oke.”
Mereka pindah posisi, Sean mengambil bantal dan meletakkannya di paha Sonia, lalu merebahkan kepala nya, Sonia mengambil selimut dan menyelimuti Sean. Dia mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang, jarak dari tempat mereka semalam sampai ke rumah lumayan jauh.
Sean mendengkur halus, itu menandakan kalau dia tidur sangat lelap, Sonia hanya mengusap lembut kepala Sean dan kembali fokus mengemudi.
Sonia berhenti di sebuah restoran, perutnya saat ini sangat lapar, dia membangunkan Sean untuk makan dulu sebelum nanti lanjut jalan lagi.
“Bangun Sean.” Sonia menepuk pipi Sean. Suaminya itu mengerjapkan mata dan bangun sambil mengusap wajahnya.
“Udah nyampe?”
“Belum, aku lapar, kamu juga lapar kan, makan dulu yuk.”
“Oke.”
Mereka berdua turun dari mobil dan membeli air mineral lalu membasuh wajahnya dengan air itu, begitu juga dengan Sonia.
Mereka masuk ke dalam resto dan memesan beberapa makanan dan juga minuman. Setelah pesanan datang, mereka makan dengan lahap karena memang sejak semalam mereka hanya mengganjal perut dengan pukis.
Selesai makan, Sean yang mengemudi sekarang, mereka terus untuk pulang sedangkan Sonia tidak tidur lagi, setelah 45 menit berkendara, akhirnya mereka sampai.
Sean yang memang tidak ingin ke kantor hari ini, ia berniat untuk melanjutkan tidur, begitu juga dengan Sonia, wanita itu sudah ada di kamar dan bersiap untuk tidur kembali.
Klek!
Pintu kamar dibuka oleh Sean, pria itu tidak bisa tidur sendiri, dia ingin tidur dekat istrinya.
“Kenapa?” tanya Sonia ketika melihat Sean masuk.
“Aku ingin tidur di sini.”
“Ya udah sini.” Sean naik ke atas kasur dan mereka bermesraan kembali, hanya saja tidak terjadi hubungan suami istri di antara mereka.
Sean meraup bibir Sonia dengan lembut hingga kecupannya beralih turun ke leher, Sonia begitu menikmati setiap sentuhan suaminya.
“Aku ingin terus seperti ini tuhan, tolong biarkan suamiku terus begini.” Doa Sonia dalam hatinya.
“Beri aku umur panjang untuk bisa terus mendampingi suamiku sampai kami menua bersama Ya Allah. Aku ingin menemaninya terus dan kuatkan hatiku saat menerima sesuatu yang buruk darinya,” tambahnya penuh harap.
“Aku sangat mencintaimu Sonia, jangan tinggalkan aku lagi.”
“Aku juga mencintaimu Sean.”
Sean kembali tertidur dalam pelukan Sonia, dengan hati-hati Sonia pun menarik selimut untuk menyelimuti Sean.
“Aku mencintaimu Sean, tetaplah seperti ini padaku.” Sonia mencium wajah Sean berkali-kali lalu ikut tidur dalam kondisi berpelukan.
...***...
Satu tahun kemudian...
Sean dan Sonia sekarang disibukkan oleh kegiatan masing-masing, Sean sudah tidak lagi kejam pada istrinya, dia sangat berubah setelah kemesraan malam itu bersama Sonia serta rasa iba yang terus mendominasi hatinya.
Sean membuka toko kue untuk Sonia agar istrinya itu memiliki kesibukan dan tidak bosan di rumah, toko kue Sonia terletak di pusat kota yang tidak jauh dari lokasi kantornya Sean, jadi mereka bisa pergi dan pulang kerja bersama.
Sonia tidak terlalu di kekang lagi oleh suaminya, dia sudah diperbolehkan memakai handphone dan memiliki sosial media kembali. Namun mereka masih belum pernah menunaikan kewajiban sebagai suami istri, mereka juga masih pisah kamar, tapi bagi Sonia, perubahan Sean begini saja sudah membuatnya bahagia.
“Terima kasih, semoga suka sama cake-nya ya.” Sonia dengan ramah melayani pelanggan.
Toko kue Sonia cukup besar dan dia memiliki tiga orang karyawan perempuan dan satu orang laki-laki, yang akan membantunya membuat cake dan melayani pengunjung.
Baru hari pertama, toko kue itu ramai di kunjungi oleh pembeli, selain letaknya strategis, tokonya pun begitu nyaman, apalagi pelayanannya, sangat ramah. Sonia cukup disibukkan hari ini, bahkan waktu untuk istirahat pun hanya sebentar.
Tak terasa sekarang sudah sore, dia bersiap untuk menutup toko kue itu, Sean hanya mengizinkan Sonia buka toko pukul 07.00 dan tutup pukul 17.00 pasalnya itu adalah jam kerjanya Sean.
Sean datang untuk menjemput Sonia, dia melihat istrinya sedang bersiap menutup toko.
“Rame ya?” sapa Sean sambil mendekati istrinya, Sonia melihat suaminya datang langsung tersenyum.
“Iya nih alhamdulillah, makanya sampai telat tutup, bentar ya, dikit lagi kok beberesnya,” ujar Sonia sambil menyelesaikan beres-beresnya.
“Apa yang bisa aku bantu?” tanya Sean sambil membuka jas yang dia kenakan dan menyingsingkan lengan bajunya hingga siku.
“Nggak ada sih, kamu duduk aja dulu, udah selesai semua kok,” sanggah Sonia sambil mengangkat beberapa kursi dan kerjaan lain dibantu oleh karyawannya.
Sean inisiatif untuk menyusun yang masih berantakan dan membantu Sonia mengangkat barang-barang yang menurut dia itu berat hingga semuanya beres.
“Kami pamit dulu Kak Sonia, Pak Sean,” pamit Lidia, Indah dan Naya pada Sean dan Sonia.
“Iya, kalian hati-hati ya.”
“Iya kak.”
Mereka bertiga pulang terlebih dahulu dari Sonia karena memang toko itu akan ditutup sendiri oleh Sonia.