Naora, seorang wanita yang dijadikan taruhan oleh suaminya yang sering menyiksanya selama dua tahun pernikahan. Ia dengan tega menyerahkan Naora pada lawannya yang seorang penguasa.
Damian, seorang Bos mafia yang kejam seketika menaruh rasa iba pada Naora saat melihat luka-luka di tubuh Naora.
Sikap Damian yang dingin dan menakutkan tidak ada ampun pada lawannya tapi tidak sedikitpun membuat Naora merasa takut. Hatinya sudah mati rasa. Ia tidak bisa merasakan sakit dan bahagia. Ia menjalani hidup hanya karena belum mati saja.
Namun tanpa diduga, hal itu malah membuat Damian tertarik dan ingin melepaskan Naora dari jerat masa lalunya yang menyakitkan.
Akankah Damian bisa melakukannya dan terjebak dalam rasa penasarannya ?
Minta dukungan yang banyak ya teman-teman 🫶 Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Naomi ?
Naora mengusap wajahnya yang basah terkena tumpahan jus. Ia menyuapkan potongan terakhir pancake ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan perlahan. Seakan tidak terjadi apa-apa.
Melihat Naora yang tidak terpancing, Almire menjadi kesal sendiri. Ia benar-benar ingin membuat Naora marah dan mengundang kesalahan pahaman Aldric. Tapi rupanya susah sekali membangkitkan kemarahan Naora.
"Kau benar-benar tidak menganggap ku ada ya ?". Almire ingin memukul Naora. Tangannya sudah tepat berada di depan wajah Naora.
Tapi tanpa di duga, Naora menahan tangan Almire dan segera memelintirnya. Ia berdiri dari duduk, dan mendorong Almire sampai terjungkal.
"Apa yang kau lakukan jalang ?" Teriak Almire. Ia merasa kakinya keseleo sakit sekali.
"Aku mungkin mungkin membiarkan Aldric menyakiti ku. Karena aku yang mengizinkannya masuk ke dalam hidupku. Tapi untukmu... Siapa kau berani sekali menyentuhku ?" Kata Naora dengan pelan namun mampu menghujam dada Almire. Ini pertama kalinya Naora bersikap seperti ini pada Almire setelah tiga bulan pertemuan mereka.
Almire kira, Naora adalah wanita lemah yang tidak bisa apa-apa. Makanya ia tidak pernah membalas perbuatan Aldric yang terang-terangan menyiksanya di depan Almire.
"Kau.. Kau berani padaku ?" Tunjuk Almire pada Naora. Naora hanya diam. Tapi matanya menyalakan peperangan. Sejujurnya Almire merasa takut. Kakinya bahkan gemetar.
'Dimana Aldric ? Aku tidak melihat keberadaannya'. Gumam Almire ketakutan.
"Kau mencari Aldric ? Kenapa tidak menghadapi jalang ini sendiri ?" Tantang Naora.
"Sialan kau. Aku akan mengatakan pada Aldric apa yang kau lakukan padaku hari ini. Kau akan menyesal dan berlutut di hadapanku". Kata Almire kemudian meninggalkan dapur dengan langkah yang tertatih-tatih sebab kakinya terasa sakit.
"Naora, kau berani sekali ? Sebenarnya Bibi merasa khawatir kalau Tuan Aldric akan menghukum mu nantinya. Tapi jika dibiarkan, wanita itu akan terus-menerus menindas mu". Bibi Selin memegang kedua pipi Naora.
"Aku tidak apa-apa, Bibi. Melawan ataupun diam aku juga pasti akan disalahkan juga kan ?" Jawab Naora tanpa beban.
Naora memutuskan membersihkan dirinya di kamar mandi dekat dapur dan hanya memakai handuk kimono saja. Ia enggan masuk ke kamarnya. Pasti Aldric belum bangun.
Ia memutuskan memakai pakaian seadanya di ruang cuci dan menuju ke perpustakaan untuk membaca buku. Tanpa Naora sadari, gerak geriknya sedari tadi sedang dipantau oleh Aldric melalui cctv yang tersambung langsung ke ponsel Aldric.
Almire tidak tau saja bahwa di setiap celah rumah mewah ini terdapat kamera tersembunyi yang keberadaannya di kamuflase.
"Naora.. Aku suka sisi liarmu seperti ini. Tapi kenapa tidak pernah kau tunjukkan padaku ?" Aldric tersenyum sinis.
"Kau sengaja menjadi wanita lemah untuk menarik simpati ku. Sama seperti yang saudaramu lakukan pada Kakakku". Tangan Aldric menggenggam ponselnya dengan sangat erat. Rahangnya mengeras menunjukkan kemarahan yang tersimpan sangat dalam.
"Naomi..."
..
Naora menyukai semua buku berbau sejarah. Dan di perpustakaan pribadi Aldric ini banyak sekali buku yang menarik perhatiannya. Beruntung Aldric tidak melarangnya untuk membaca.
Dulu, ia adalah putri yang begitu disayangi oleh kedua orang tuanya. Tapi kemudian orang tuanya meninggal dunia dalam kecelakaan mobil dan Naora begitu berduka. Disaat itulah Aldric hadir sebagai pelipur lara.
Aldric menyelamatkan Naora yang di hadang oleh penjahat di tengah jalan. Naora tidak tau jika saat itu ia memang sudah ditargetkan oleh Aldric. Ia menerima Aldric dengan tangan terbuka. Aldric begitu baik dan menunjukkan rasa cintanya yang besar pada Naora.
Hingga membuat Naora melupakan kesedihannya karena kehilangan orang tua. Beberapa bulan kemudian Aldric mengutarakan niatnya untuk menikahi Naora, tentu saja Naora menerimanya. Ia berharap memiliki keluarga yang lengkap dan bahagia setelah menikah.
Tapi nasib tak dapat ditebak. Awal pernikahan menjadi awal penderitaan yang membelenggu Naora dalam jerat penderitaan yang sampai sekarang tidak Naora ketahui apa alasannya.
Naora menghabiskan waktu berjam-jam disana. Ia baru keluar saat hari sudah sore. Langkahnya terhenti saat melihat Aldric dan Henry yang sedang bicara di depan perpustakaan.
"Masuk kembali". Kata Aldric dengan tatapan tajam. Ia memberi isyarat dengan kepalanya agar Naora masuk ke perpustakaan lagi.
tanpa menjawab, Naora segera melangkahkan kakinya kembali ke dalam. Punggungnya terasa sakit karena lama duduk. Jadi ia memutuskan berdiri saja di dekat jendela sambil menunggu Aldric pergi.
Tapi tidak disangka ternyata Aldric mengikutinya masuk ke dalam. Dan lebih mengejutkannya lagi ia melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Naora.
"Kau bersenang-senang hari ini ?" Suara Aldric terdengar sangat tenang. Ia meletakkan dagunya diatas pundak Naora.
Sekali lagi, Naora merasa heran dengan apa yang Aldric lakukan. Tapi ia tidak mau percaya diri jika Aldric benar-benar bersikap manis. Justru ia harus siaga jika ini adalah awal dari permainan baru yang Aldric ciptakan.
"Sudah berapa lama kita menikah, Naora ?" Tanya Aldric dengan berbisik telat di telinga Naora yang membuat bulu kuduk Naora meremang.
"Dua tahun". Jawab Naora singkat. Ia tidak menoleh kearah Aldric. Pandangannya tetap lurus ke depan.
"Apa kau masih mencintaiku ?" Tanya Aldric lagi.
Kali ini Naora masih diam. Mencoba mencari jawaban di dasar hatinya. Apakah cinta untuk Aldric masih ada atau sudah menghilang.
"Kau pasti membenciku. Kedua tanganmu ini pasti ingin menghabisi ku, kan ?" Aldric memegang tangan Naora yang terdapat banyak bekas luka. Ada luka cambukan, luka bakar dan sayatan panjang di urat nadinya sebelah kiri.
"Apa yang ingin kau katakan, Al ? Apa kau ingin membunuhku sekarang ?" Tanya Naora tanpa ekspresi. Ia mencoba membalikkan tubuhnya menghadap Aldric.
"Kau yang paling mengerti aku". Aldric mencium Naora dengan brutal. Bahkan ia menggigit bibir Naora hingga berdarah.
Naora masih merasakan sakit ketika fisiknya disakiti. Air mata masih menetes dari kedua matanya. Bahkan Aldric tau itu. Tapi semua yang ia rasakan benar-benar tidak menembus ke dalam hatinya. Ia tidak merasakan sedih atau marah lagi.
"Aku mengalami kegagalan dalam dalam pengiriman barang. Semuanya disita oleh negara hingga aku mengalami kerugian yang sangat besar. Semua kekayaan yang kumiliki tidak bisa menutup kerugian itu. Tapi ada seseorang yang bisa membantuku. Dia meminta dirimu sebagai bayarannya". Ucapan Aldric membuat Naoraa menahan nafasnya selama beberapa detik. Ia sung terkejut akan aapa yang Aldric ucapkan. Apa itu artinya Aldric akan menjualnya ?
"Kau mau menjual ku ?" Tanya Naora dengan nada datar seperti biasanya. Kelembutan yang menyapa pendengaran Aldric selama dua tahun musnah sudah. Dihadapannya seperti wanita yang tidak pernah mencintai nya.
"Hem. Setidaknya itu adalah hal terakhir yang bisa kau lakukan untukku". Kata Aldric tanpa perasaan.
Naora menganggukkan kepalanya. Ia seperti setuju dengan apa yang Aldric katakan.
...
sakit parah dianya yah