Dikira Mandul Ternyata Tidak

"Kenapa kamu diam saja, hm."

Arga masih duduk dibalik kemudi, tanpa menyalakan mesin mobilnya. Pria itu menatap wanita di sisinya yang tampak diam seteleh keluar dari restoran.

"Jadi dia yang membuatmu pergi tanpa kasih kabar?"

Arga mengerutkan kening mendengar pertanyaan Sashy. Kepalanya mengingat maksud dari pertanyaan itu.

"Tanggal 20, kau pergi tanpa memberi tahuku, dan meninggalkan kantor. Dan ternyata kau menemui klien wanita mu itu." Kata Sashy lagi dengan suara terdengar kesal.

Arga mengulas senyum, tubuhnya ia condongkan kearah Sashy, tangannya meriah dagu Sashy dan membawanya untuk menatap.

"Kau cemburu?" Katanya dengan senyum menyeringai, yang membuat Sashy kesal.

"Cemburu? Cemburu macam apa!" Sashy menepis tangan Arga dan memalingkan wajahnya pada kaca pintu mobil.

Arga tersenyum menanggapinya. "Padahal aku akan senang jika kau cemburu." Katanya dengan santai.

Sashy merasakan jantungnya berdebar, bibirnya menahan agar tak terseyum. Tiba-tiba dadanya di penuhi rasa yang meletup-letup seperti kembang api yang menyala. Membuatnya merasakan kehangatan.

"Tapi ternyata, aku tidak seberuntung itu. Dicemburui wanita seperti mu." Tambah Arga lagi.

Sashy memalingkan wajahnya untuk menatap Arga, yang mana justru wajah pria itu sudah berada di depan wajahnya. Membuat jarak wajah keduanya begitu dekat, sangat dekat hingga keduanya bisa merasakan hembusan napas masing-masing.

Dalam diam keduanya saling menatap, seolah mata keduanya bisa memahami perasaan masing-masing. Tanpa di sadari dan naluri yang megambil alih, bibir keduanya sudah saling menempel, memberikan rasa lembut dan hangat disetiap sentuhan yang membuat jantung keduanya berdebar.

Tangan Arga meraih tengkuk Sashy membuat ciuman keduanya semakin dalam dan menuntut. Tanpa mereka sadari didepan mobil Hilda menatap keduanya dengan tatapan mata tajam penuh amarah, kedua tangannya mengepal dengan segala sesak di dalam dada.

Bukan hanya Hilda, ternyata di sana juga ada sepasang kekasih yang tampak menunjukan reaksi berbeda. Jika Fatur dengan segala kemarahannya, tapi tidak dengan Celine yang tampak tersenyum senang.

"Kurang ajar, siapa dia berani menyentuh istriku!" Desis Fatur penuh kemarahan.

Kakinya hendak mendekat, namun tangan Celine lebih dulu menahannya, "Mas, sabar. Jangan disini. Malu banyak orang. Lagian kita mau ketemu orang tua ku, mereka saja yang tidak tahu malu."

Fatur masih mengatur napasnya yang memburu, melihat betapa panasnya ciuman sang istri dengan pria lain membuat dadanya terbakar. Posisi pria yang menyamping tak membuat Fatur bisa mengenali pria itu.

"Ayo masuk Mas, mama sudah nunggu kita dari tadi. Nanti saja dirumah kalau kamu mau kasih pelajaran buat mbak Sashy."

Celine menarik paksa suaminya, yang membuat Fatur berakhir mengikutinya.

"Aku nggak nyangka ternyata mbak Sashy juga berkhianat Mas, jadi sepenuhnya kamu ngak salah." Hibur Celine untuk meredakan amarah suami sirinya itu.

Emmph

Sashy mengalungkan tangannya dileher Arga membuat ciuman keduanya semakin dalam dan panas, sedikit menarik udara Sashy kembali merasakan napasnya mulai tersengal dan mendorong dada Arga.

"S-stop Arga." Ucapanya dengan bibir terbuka dan napas terengah-engah.

Keduanya sama-sama merasakan pasokan udara yang menyempit, membuat dada mereka kembang kempis.

"Kau seperti kekasih yang sedang cemburu. Tapi kau begitu sulit bercerai dan bersama ku." Ucap Arga dengan ibu jari yang mengusap bibir basah Sashy.

Mata Sashy terpaku, pikiranya mulai terbang berkelana. Ia ingin bercerai, tapi untuk bersama Arga tak berani. Ia begitu takut, pria seperti Arga harus mendapatkan wanita yang sempurna, yang bisa membuat rumah tangganya lengkap.

"Katakan, kau menyukai ku." Bisik Arga dengan tatapan dalamnya.

Sashy tampak gelagapan dengan kepala menunduk, wanita itu tampak gelisah.

"Sashy kau juga merasakan apa yang aku rasakan. Kita menyukai kebersamaan kita." Ucap Arga lagi yang ingin tahu jika wanitanya juga menginginkannya.

"Arga, aku-" Lidahnya terasa kelu, bola matanya bergerak gelisah dengan rasa sesak yang hadir. "Dengar, aku memang menyukai kebersamaan kita. Tapi aku-"

"Tapi apa? Apa Sashy!" Arga menuntut sebuah jawaban.

"Tapi aku tidak bisa memberikan harapan indah padamu, aku tidak bisa Arga. Aku wanita mandul!"

Deg

Jantung Arga seperti di remas, Sashy menjatuhkan air matanya dengan deras. Wanita itu menangis karena kekurangan yang selama ini membelenggunya. Tidak percaya diri untuk menata masa depan.

Arga menarik tubuh Sashy dan memeluknya, mencium pucuk kepalanya berulang kali dengan lembut.

"Tidak, kamu tidak Mandul. Kamu berhak bahagia dengan masa depan mu." Ucapnya dengan penuh ketulusan.

Sashy pun menangis dalam pelukan Arga.

....

"Mama, papa." Celine memeluk kedua orang tuanya dengan senyum bahagia.

"Kamu apa kabar Celine, Mama lihat kamu sedikit berisi." Ucap Mama Celine menelisik tubuh putrinya.

Celine tersenyum mencoba menutupi kehamilannya yang belum di ketahui orang tuanya.

"Iya Ma, Celine jarang olah raga, karena sibuk bekerja. Ma, pa..kenalin ini mas Fatur calon Celine."

Fatur yang kepalanya masih dipenuhi Sashy pun sedikit tersentak saat tangan Celine merangkul lengannya.

"Mas Fatur, ini orang tua ku." Katanya dengan nada pelan namun tegas. Agar Fatur tersadar dan fokus saat ini.

"Ah, ya..saya Fatur Om dan Tante." Fatur menjabat tangan kedua orang tua Celine dengan senyum yang terpaksa.

"Celine kamu benar sudah memilih pasangan mu, jangan sembarangan Celine. Sekarang banyak pria yang mengaku single tapi di rumah punya istri. Mama tidak mau kamu salah pilih." Ucap Mama Celine dengan nada tersengat santai, karena memang bukan menyindir atau menghakimi. Mama Celine hanya mengingatkan.

Namun perkataan Mamanya membuat Celine tersenyum kecut, pada kenyataanya itulah yang ia alami. Tapi hatinya tak bisa di bohongi Celine memang mencintai Fatur. Meskipun untuk Fatur sendiri Celine tahu hati pria itu untuk siapa.

"Tentu saja Ma, Celine sudah memilih Mas Fatur, itu berarti Mas Fatur masih sendiri."

Fatur sendiri tak merasa terganggu, ia tak menutupi apapun dari Celine. Wanita itu yang datang padanya dan menawarkan sebuah masa depan, dan Fatur sudah mengatakan jika dia hanya butuh anak untuk masa depannya. Walaupun sama-sama menikmati dan merasakan kehangatan bersama. Tapi untuk meninggalkan Sashy, Fatur tak akan pernah.

"Dengar-dengar kamu bekerja di kantor jasa transportasi, bukan begitu?" Tanya papa Celine yang dari tadi memilih diam.

"Benar Om, saya bekerja disana."

"Jika kamu memiliki kendala, kamu bisa datang ke Perusahaan saya."

Fatur tersenyum senang. "Baik Om, saya akan mengingatnya."

Selain Sashy, Fatur memiliki keinginan tertentu, ia ingin juga sukses dalam karirnya. Menjadi staf biasa tak membuatnya puas. Dan Fatur ingin lebih dari itu. Maka dari itu dia ingin menunjukkan jika dirinya memiliki kredibilitas tinggi untuk kantornya. Dan dilirik untuk mendapat jabatan.

Makan malam bersama keluarga istri sirinya ternyata begitu hangat. Berbeda dengan keluarga Sashy yang memang hanya orang biasa, bahkan Sashy hanya memiliki ibunya, Selain itu tak punya siapa-siapa lagi.

Obrolan ringan seputar pekerjaan mengalir ringan, hingga akhirnya mereka berpisah dan kembali ke rumah. Orang tua Celine akan menetap beberapa waktu diluar kota. Dan akan pulang saat mereka menikah nanti.

"Mas, aku ngak tahu berapa lama menyembunyikan kehamilan ku ini, lama-lama pasti Mama tahu karena perut ku akan semakin besar." Celine tampak mengusap perutnya yang masih rata. Wanita itu terlihat begitu murung dan sedih.

"Kita kan sudah menikah Celine," Jawab Fatur.

"Dan mereka tidak menerima pernikahan siri Mas, pasti mereka akan bertanya-tanya dan memikirkan hal lain." Celine masih mencari alasan agar Fatur mau menikahinya secara legal di mata agama dan hukum.

"Lebih baik lusa kita hubungi orang tuamu. Kita minta ijin untuk menikah siri. Dengan begitu mereka tidak berpikir macam-macam lagi." Usul Fatur.

Celine tampak tak suka, ada rasa kesal dalam dirinya. "Kenapa kamu ngak melepaskan mbak Sashy sih Mas, kamu lihat sendiri dia juga sudah selingkuh didepan mata kamu!" Suara Celine tampak kesal menggebu-gebu.

Ia sudah bersabar menunggu sampai saat ini, tapi meski begitu Fatur tak juga melepaskan istri pertamanya itu.

"Kamu tidak perlu ikuti campur Celine, jangan melebihi batasan mu untuk menekan ku!"