Gadis Tengil Anak Konglomerat
Suara keras amplop yang dibanting ke meja makan memecah keheningan pagi itu. "Apa maksudnya ini?" gumam Pak Aris dengan nada geram. Matanya menelusuri surat panggilan dari sekolah, dan setiap kalimatnya terasa menusuk harga dirinya sebagai seorang ayah.
"Lagi lagi, kau membuat ulah Rona?!!" bentak pria paruh baya itu menatap geram sang putri.
"Ayah, itu kan hanya sebuah surat."
"Hanya katamu?
Sudah berapa kali Rona, ayah malu untuk kesekian kalinya di panggil ke ruang BP karena kenakalan mu.
Apa lagi yang kau lakukan, katakan!!"
"Ck.. Rona hanya memukul Steve ayah."
Pak Aris menepuk jidatnya, karena putrinya ini selalu melakukan apa yang ada di otak nya tanpa berpikir panjang. "Kau tahu kan, siapa Steve?"
"Iya tahu, dia anak walikota disini."
"Lalu kenapa, kau berani memukulnya?"
"Dia mencoba mencium ku ayah! Aku kesal, jadi ku jedotkan kepalanya pada tembok.
Eh, teman temannya malah laporan ke guru BP."
"Kan di tegur juga bisa Rona, masalahnya kau menjedotkan kepala si Steve ini hingga hidungnya berdarah.
Jelas bikin heboh dan kekhawatiran untuk walikota."
"Bodoamat. Toh, kekuasaan ayah kan lebih besar dari si walikota." jawabnya enteng, lalu ia pergi meninggalkan meja makan.
"Rona...!" triak pak Aris.
"Aris, sudah. Menurut ibu dia tidak salah juga, itung itung buat pelajaran biar si lelaki kapok kan.
Udah lah, tinggal di urus saja. Kau lebih memilih anak mu di lecehkan, atau dia membela diri..?" ucap Sindy, ibu dari pak Aris, nenek Rona.
"Tapi, ini udah termasuk tindak kriminal ibu?"
"Kalau pelecehan, di balas kriminal. Ibu rasa itu impas. Daripada Rona hanya diam, dan cuma menegur. Harusnya malah kau laporkan balik si Steve karena sikapnya..!
Kau tak pernah tahu bagaimana kondisi dan posisi menjadi seorang gadis yang lagi ranum ranumnya sih..!" kesal nenek Sindy, ia pun pergi menyusul Rona ke depan rumah, untuk mengantar cucunya berangkat ke sekolah.
"Astaga, ibu selalu memanjakan anak itu, pantas saja. Jadi bandel." keluh pak Aris sambil mengusap kasar wajahnya.
Di depan rumah, nenek Sindy mengantar Rona hingga anak itu masuk ke dalam mobil, rutinitas nenek Sindy selalu mencium kening Rona sebelum ia berangkat.
"Dadah nenek.." lambaikan tangan dengan riang.
"Hati hati ya sayang, belajar yang pinter biar bisa kejar Lee min ho."
"Astaga nenek." mobil yang di naiki Rona pun pergi meninggalkan halaman. Di sepanjang jalan, Rona hanya bisa tertawa mengingat ucapan sang nenek baru saja.
Sesampainya di sekolah, Rona di sambut hangat oleh teman temannya. Rita, Mely dan Cika. Jangan lupa, sahabat somplaknya si Sam, namun lelaki itu beda kelas dengan Rona.
" Gimana kemaren, lu kok gak bilang bilang sih..?! " tanya Sam penuh selidik.
"Tau ah, gue kesel. Masa iya gue lagi lagi kena hukuman. Padahal kan dia yang duluan."
"Lain kali, lu bilang dulu ke gue. Atau minimal, lu jan lewat kalo ada tuh anak di jalan manapun, kecuali bareng gue..! "
"Ciiee protektif amat sih Sam." ledek Mely.
"Ya kan Rona sohib gue, sohib lu pada. Lu mau kalo ada apa apa sama Rona?!"
"Iya juga sih, lain kali jan pergi sendiri deh Na, gue ngeri lama lama ama tuh anak." ucap cika.
"Yoi, dia kan obsesi banget ama lu Na, gue juga takut kalo lihat tatapan matanya pas ngelihat elu." tambah rita.
'Steve, awas aja lu berani sekali lagi gangguin Rona. Bakal habis lu ama gue..!' kesal Sam dalam hati.
Di jam pelajaran pertama, Rona dan teman teman sekelas nya sudah di sibukkan dengan tugas kelompok untuk membuat rangkuman materi.
Sedang di sisi lain, di sebuah ruangan BP. Pak Aris beserta sekertaris nya, dan pak walikota beserta istri juga asistennya sudah berkumpul di sana. Mereka duduk di kursi yang melingkari meja bersama, seolah-olah akan terjadi konferensi meja bundar. oops..
" Jadi begini, bapak walikota dan ibu, juga pak Aris. Saya memanggil anda sekalian kemari karena kasus yang terjadi tempo hari.
Menurut para saksi, bahwa ananda Rona Rossalie memukul atau menjedotkan kepala nak Steve pada tembok hingga hidungnya berdarah. Namun, ada saksi mata lain yang mengatakan bahwa, ananda Rona tak serta merta melakukan itu tanpa alasan, melainkan kalau nak Steve ini mencoba mencium ananda Rona. Dan membuat ananda Rona memukul, sebagai pembelaan.
Bahkan setelah saya telusuri lewat CCTV, anda sekalian bisa lihat. Memang nak Steve ini sudah mengikuti ananda Rona dari belakang, saat ananda Rona akan pergi ke perpustakaan.
Jadi, saya dengan berat hati mengatakan, bahwa yang bersalah disini adalah nak Steve, namun karena ananda Rona pun sudah melakukan kekerasan secara fisik. Jadi, kedua siswa ini akan saya skorsing selama satu minggu.
Mohon pengertiannya, karena apa yang di lakukan nak Steve ini tidak bisa di benarkan, bahkan bisa mencoreng nama baik sekolah, pak walikota.
Dan untuk ananda Rona, dia memang sering tawuran dengan siapapun di sekolah terlepas dari prestasinya sebagai siswi yang teladan.
Jadi, saya mohon untuk bapak ibu membimbing putra putrinya saat di rumah, dan soal kekerasan dan pelecehan itu saya serahkan kepada anda sekalian, mau bagaiamana penyelesaian nya. Sekian penjelasan dari saya."
" Terimakasih pak guru, saya mohon maaf atas sikap Steve yang tidak pantas itu." ucap walikota, namun sang istri justru tidak puas dengan ucapan suaminya.
" Saya juga minta maaf, jika Rona putri saya sering membuat keributan di sekolah pak. "
Selesai pertemuan di ruang BP, kini pak walikota beserta istrinya dan juga pak Aris melakukan pertemuan secara privat di sebuah restoran yang sudah di reservasi oleh sekretaris pak Aris.
"Jadi, saya mohon maaf karena sikap bar bar Rona sudah melukai putra anda pak walikota. Namun saya juga kecewa karena sikap tidak sopan Steve. Maaf, putri saya itu bukan perempuan murahan!"
"Sa-saya juga minta maaf dengan sangat pak Aris. Mungkin karena ibunya terlalu memanjakan dia jadi bisa berbuat seenaknya.
Tapi, memang putra saya itu ngefans sama putri bapak. Karena nak Rona memang cantik dan pintar. Wajar saja kalau banyak siswa lelaki yang suka."
"Tapi, putri saya juga bukan barang pak. Dia sangat berharga buat saya. Maaf, dan atas apa yang dialami nak Steve, saya akan ganti rugi biaya rumah sakitnya.
Dan tolong, jangan berani sentuh putri saya lagi jika bapak masih ingin menjabat sebagai walikota disini..!"
" Ba-baik pak Aris. Akan saya ingat ucapan bapak. "
Pak Aris pun meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang tak bisa di ungkapkan.
" Lain kali, ajari putramu sopan santun dan adab!
Bagaimana bisa dia bertindak tidak senonoh pada putri bangsawan!!" bentak pak walikota pada istrinya.
" Aku kan sibuk mas.."
" Sibuk apa? Sibuk kumpul kumpul gak jelas sama teman sosialita mu itu!!
Mulai besok, uang sakumu akan aku potong..! "
"Kok gitu mas, aku pengin beli tas minggu minggu ini. Ada tas yang udah pre order loh mas..?" rengek si istri walikota.
"Aku gak perduli, ini hukuman juga buat mu sebagai ibu yang gak becus urus anak!!"
Walikota itu pun pergi mendahului sang istri masuk ke dalam mobilnya. Selama perjalanan, sang istri walikota hanya bisa merengek karena gagal untuk membeli tas yang sudah ia dambakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
🌹Widianingsih,💐♥️
anak orang kaya cenderung menjadikan orangtuanya sebagai tameng.
Tapi untuk kasus ini ,aku setuju dengan tindakan memukul karena tidak ada kata toleransi pada orang yang ingin melecehkan !!
Semangat, jangan takut membela yang benar!
2025-09-20
1
Dewi Ink
Thor maaf kalo masih satu dialog, menurutku ga perlu dienter dulu, malah bingung jadi kaya beda dialog gitu😊🙏
2025-09-20
1
Dewi Ink
kak, kalo mau pake tanda ? atau ! langsung aja setelah kalimat ya, ga perlu pake titik titik 😊
2025-09-20
1