👍 Like
⭐️ Rate
🔔 Subscribe
👑 Vote
Bagaimana jika seorang putri calon ratu masa depan dari era moderen, berpindah keraga bayi merah yang baru lahir dizaman kuno...?
Apakah ia akan bisa menyesuailan diri..? karena keluarga barunya dizaman kuno ini hanya orangtua yang sederhana...?
Apakah ia bisa memenuhi tanggung jawab dalam membawa perubahan untuk zaman ini...?
Akankah kehidupannya akan jauh lebih menyenangkan atau malah sebaliknya...?
Jadilah orang yang menjadi skasi kisah perjalanan calon ratu masa depan yang kembali kemasa lalu, dalam novel ini....!!!
TERIMA KASIH.....!!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duan Yei
Empat musim silih berganti dengan cepatnya, tak terasa lima tahun sudah Duan Yu Shu hidup dizaman ini.
Bocah dengan wajah oval, hidung lancip, bibir bawah sedikit tebal, mata runcing bulat dengan iris hitam kecoklatan serta bulu yang lentik, alis tebal hitam sepekat arang, serta rambut lebat nan halus bak sutra. Membuat Duan Yu Shu amat sangat cantik mempesona.
Jangan lupakan lesung pipi serta kulitnya yang seputih salju. Terlebih sepertinya Duan Yu Shu bakal memiliki perawakan yang tinggi semampai. Dilihat dari sekarang, meski baru berusia lima tahun. Tinggi Duan Yu Shu sudah seperti bocah berusia delapan tahun.
Tak Tak Tak
Suara pedang kayu beradu dipekarangan belakang rumah. Hal seperti ini sudah lazim terjadi pada dini hari sebelum sang surya menampakkan sinarnya.
"Lebih cepat lagi Shu'er, kau masih sangat lambat." tegur Duan Lei mengayunkan pedang kayu kebagian kaki putrinya.
Plak
"Au....!" ringis Yu Shu terduduk sembari memegang betisnya yang terkena gebukkan.
"Bawa kayu itu lalu lari keliling rumah lima puluh kali." titah Duan Lei menunjuk dua potongan kayu yang memiliki bobot masing-masing lima kilo gram.
Yu Shu memanyunkan bibirnya karena lagi-lagi mendapat hukuman dari sang ayah.
"Baik ayah...!" sahut bocah itu membungkukkan badan lalu melakukan hukumannya. Meski kesal tapi ia tak berani protes apa lagi membangkang.
Duan Yu Shu tau, itu semua demi kebaikannya. Karena dizaman ini yang lemah dan bodoh akan diinjak seperti tak punya harga diri. Sementara yang kuat dan pintar akan disegani bahkan akan banyak para manusia penjilat yang menyanjung mereka bak dewa.
Sejak umur Yu Shu tiga tahun, ia sudah mendapat pengajaran seperti ini. Bangun sebelum matahari terbi guna melatih kekuatan fisik selama tiga jam lamanya.
Duan Lei memang ahli dalam ilmu beladiri juga mahir menggunakan senjata. Baik pedang, panah dan juga tombak. Ilmu meringankan tubuh pria itu pun sangat mumpuni, dan sekarang semuanya akan diwariskan kepada Duan Yu Shu dan putranya Duan Yei yang masih berusia dua tahun.
Setelah sesi latihan bersama sang ayah usai, Duan Yu Shu akan melanjutkan pengajarannya bersama sang ibu. Membaca, menulis, soal sejarah dan sastra, menyulam, menjahit, memasak, bahkan sampai kealat musik tradisional serta ilmu pengobatan.
Duan Yu Shu yang memiliki kepintaran diatas rata-rata, serta ingatan hidupnya dimasa lalu, jelas menjadi anak yang paling menonjol diantara teman-teman sebayanya. Bahkan terkadang, Yu Shu menggantikan sang ibu untuk mengajar anak-anak desa yang kesemuanya adalah temannya.
Uhuk Uhuk
Suara batuk menghentikan gerak kaki Yu shu yang sedang berlari. Kepalanya bergerak kesana-kemari guna mencari asal suara itu.
Disana, dibawah pohon kesemek yang berada didepan bangunan belajar, ada sosok nenek renta duduk bersandar sembari memegangi dadanya.
Yu Shu cepat menghampiri, berjongkok didepan sang wanita renta itu.
"Nenek sakit ya...?" tanya Yu Shu cemas.
Mata keriput itu sayu menatap Yu Shu "iya, nenek juga lapar." sahutnya.
"Ayo nenek kerumahku..!" ajak Yu Shu membantu nenek berdiri, menuntunnya masuk kedalam rumah.
"Ayah, ibu...!" teriak Yu Shu mengundang kedua orangtuanya.
"Ada apa Shu'er...?" tanya Duan Lei dan Huang Ling kompak.
"Ada nenek sakit juga lapar." sahut Yu Shu membantu nenek duduk dikursi kayu yang ada diruang tamu.
"Dari mana nenek ini...?" Tanya Duan Lei menatap waspada kearah sang putri kemudian beralih kenenek tua.
"Tadi dibawah pohon kesemek. Ayah, ibu, kasihan nenek. Kita beri makan ya...? Obati sakitnya." Yu Shu menghiba dengan netra berkaca-kaca.
Duan Lei dan Huang Ling mengangguk pasrah. Mereka lalu bergerak mengambil ramuan obat juga makanan. Sementara Yu Shu memberi pijatan pada kaki dan tangan nenek itu.
"Siapa namamu..?" tanya nenek.
"Duan Yu Shu, nenek bisa panggil aku Yu Shu."
Nenek manggut-manggut tersenyum tipis.
Duan Lei datang dengan ramuan tonik ditangannya, bersama Huang Ling yang membawa makanan serta air bening.
"Nenek minum dulu." titah Huang Ling menyodorkan gelas bambu yang disambut senang oleh sang nenek.
Duan Lei memeriksa denyut nadi nenek tua itu, lalu memberikan tonik yang sudah ia racik.
"Ini hanya tonik untuk menambah stamina nenek, aku belum tau sakit yang nenek derita. Jadi tidak berani memberi sembarang ramuan." jelas Duan lei.
"Terimakasih nak, kalian semua sangat baik. Maaf sudha merepotkan dipagi buta begini." sahut sang nenek.
Setelah meminum tonik, nenek itu mulai menyantap makanan yang Huang Ling siapkan. Sesekali perbincangan ringan terjadi diantara mereka.
"Nenek istirahat dulu dikamar Shu'er, nanti setelah dari kebun aku akan mengantar nenek pulang." kata Duan Lei.
Nenek menggelengkan kepala "aku istirahat disini saja dan tidak perlu mengantar. Nanti juga akan ada yang menjemputku digerbang desa."
Duan Lei dan Huang Ling bertukar tatap sesaat, entah apa yang terlintas difikiran mereka. Tapi pada akhirnya kedua orang itu mengangguk patuh.
Duan Yei terbangun, sehingga Huang Ling pamit untuk memandikan bocah itu sekaligus menyiapkan sarapan. Sementara Duan Lei juga ikut membersihkan diri. Tersisa Yu Shu dan nenek tua yang ada diruang tamu.