Jangan lupa follow Author yaaaaa!!!!!!!
Hidup Kayla yang awalnya begitu tenang berubah ketika Ayahnya menjodohkannya dengan seorang pria yang begitu dingin, cuek dan disiplin. Baru satu hari menikah, sang suami sudah pergi karena ada pekerjaan mendesak.
Setelah dua bulan, Kayla pun harus melaksanakan koas di kota kelahirannya, ketika Kayla tengah bertugas tiba-tiba ia bertemu dengan pria yang sudah sah menjadi suaminya tengah mengobati pasien di rumah sakit tempat Kayla bertugas.
Bagaimana kelanjutannya? Bagaimana reaksi Kayla ketika melihat suaminya adalah Dokter di rumah sakit tempatnya bertugas? Apa penjelasan yang diberikan sang suami pada Kayla?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kok Dikunci?
Setelah menempuh perjalanan udara, Kayla akhirnya mendarat di bandara internasional Negara A. Saat ia keluar dari pintu kedatangan, matanya langsung menangkap sosok tinggi tegap yang berdiri di antara kerumunan.
Arthur mengenakan kaus polo hitam yang pas di badannya dan kacamata hitam. Ia berdiri bersandar pada pilar sambil melipat tangan di dada. Begitu melihat Kayla, ia melepaskan kacamatanya, menampakkan tatapan mata yang tetap tajam dan intens.
Kayla berjalan mendekat dengan ragu, "Ka-kamu udah dari tadi?" tqnya Kayla mencoba basa basi.
Arthur tidak menjawab pertanyaan Kayla, ia langsung mengambil alih koper besar yang ditarik Kayla. "Sudah sampai? Ayo, mobil di depan," ucapnya pendek tanpa basa-basi.
Kayla yang mendapat respon dingin dari Arthur hanya meneguk ludahnya dengan mata berkedip-kedip, ia takut dengan sang suami.
'Gila! aku harus hidup dengan pria sedingin dan se kaku itu, padahal aku cuma tanya dia udah lama atau gak disini dan dia gak jawab pertanyaanku. Tuhan! Gimana nasib pernikahanku nantinya,' batin Kayla.
Kayla pun masuk kedalam mobil dan tentu saja suasana didalam mobil sangat tidak nyaman, suasana yang begitu hening, tidak ada percakapan antara keduanya, Arthur begitu fokus pada perjalanannya hingga akhirnya Kayla mencoba mencairkan suasana yang terasa canggung itu.
"Nanti kita tinggal di rumah Papa atau Ayah?" tanya Kayla.
Arthur menolah sebentar pada Kayla lalu kembali fokus pada jalanan, "Kita tinggal di apartemenku," jawab Arthur.
"Loh kenapa gak tinggal di rumah Papa atau Ayah" tanya Kayla.
"Gak suka," jawab Arthur singkat, padat dan jelas.
Kayla sendiri tidak daoat membalas perkataan Arthur dan akhirnya ia memilih untuk diam dan menikmati perjalanan yang penuh keheningan dan rasa canggung itu.
Tak lama setelah itu, mobil yang dikendarai Arthur pun memasuki apartemen mewah yang menjulang tinggi di tengah kota.
Arthur dan Kayla keluar dari mobil dan masuk kedalam gedung tersebut, ketika masuk ke dalam apartemen milik Arthur itu, Kayla dibuat kagum dengan interior yang begitu sederhana dan tertata rapi.
"Kopermu aku taruh di kamar, aku harus kembali ke rumah sakit. Kalau ada apa-apa, kau bisa kabarin aku," ucap Arthur.
Belum sempat Kayla menjawabnya, Arthur sudah meninggalkannya dan Kayla pun menghela napas panjang, "Padahal aku belum tanya dia kerja di rumah sakit mana, yaudah deh nanti aja pas dia pulang aku tanya," gumam Kayla lalu menata semua barang-barangnya.
"Namun, ketika Kayla sedang menatap pakaiannya, ia baru sadar jika di dalam walk in closet tersebut ada barang-barang Arthur.
"Tunggu, kenapa pakaian dia juga ada disini? apa jangan-jangan aku sama dia bakal tidur bareng, gak mungkin dong," gumam Kayla.
Untuk memastikannya, Kayla pun keluar dari walk in closet dan melihat barang-barang di kamar tersebut yang ternyata memang ada beberapa barang milik Arthur bahkan ketika Kayla melihat rak samping ranjang pun terisi barang-barang Arthur.
"A-aku beneran bakal tidur berdua sama dia? gak sih ini gak mungkin, kayaknya dia salah ngasih kamar deh, harusnya aku sama dia tidurnya pisah kamar kayak di novel-novel, kan kita berdua di jodohin bukan karena suka," gumam Kayla lalu ia kembali menaruh barang-barangnya di koper.
Kayla pun keluar dari kamar dan mencari kamar tidur lain untuk ia tempati, sayangnya tudak ada kamar yang bisa ia tempati, semua ruangan sudah terisi dengan berbagai barang. Ada yang enjadi ruang kerja Arthur, ada juga yang menjadi gudang penyimpanan hingga tibalah Kayla di ruangan dekat dapur, ketika Kayla mencoba membukanya, pintu tersebut terkunci.
"Kok dikunci? didalamnya ada apa ya? apa jangan-jangan suamiku mafia dan dia nyembunyiin mayat didalam, biasanya di novel-novel kayak gitu, apalagi Arthur udah memenuhi kriteria sebagai mafia, dingin, kaku, cuek dan ganteng terus kaya lagi... Ish apaan sih Kayla. kok kayak anak kecil gini, gak mungkin juga kali dia mafia, makanya jangan kebanyakan baca novel, jadi otaknya bermasalah gini kan," gumam Kayla.
Karena tidak menemukan kamar lagi, akhirnya Kayla menaruh kopernya di kamar dan akan bertanya pada Arthur nanti saat Arthur pulang.
Kayla menghabiskan sisa siangnya dengan perasaan gelisah, Kayla pun memilih tidur untuk menghilangkan rasa bosan dan rasa lelahnya karena perjalanan yang panjang.
Malam harinya, Kayla terbangun dan melihat jam. "Gila, aku kalau tidur kenapa kayak orang mati sih, udah jam 7 aja," gumam Kayla dan bangun lalu membersihkan tubuhnya.
Ketika selesai ritual mandinya, Kayla merasakan perutnya mulai keroncongan, namun ia takut menyentuh apa pun di dapur mewah Arthur. Lebih tepatnya ia tidak bisa masak, bisa pun hanya masakan sederhana seperti goreng telur, nasi goreng atau mir rebus.
Karena tidak tahu hatus apa, akhirnya Kayla memilih menunggu Aiden pulang dan sekitar pukul sembilan malam, terdengar suara kunci pintu apartemen terbuka dan Kayla yakin jika itu adalah Arthur.
Arthur masuk dengan wajah yang tampak lebih lelah, jas dokternya tersampir di lengan dan dua kancing teratas kemejanya sudah terbuka. Begitu melihat Kayla berdiri di dekat ruang tamu, ia berhenti sejenak.
"Belum tidur?" tanya Arthur singkat sambil meletakkan kunci mobil di atas meja.
"Belum, a-ku menunggumu," jawab Kayla ragu.
Arthur hanya mengangguk pelan dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minum, Kayla memberanikan diri membuntuti dari belakang.
"Kenapa?" tanya Arthur melihat Kayla mengikutinya.
"Aku lapar," ucap Kayla malu.
"Ya makan," jawab Arthur.
"Aku gak bisa masak, aku mau bikin telur goreng, tapi gak ada telurnya, gak ada mie rebus dan gak ada nasi," ucap Kayla.
"Beli, aku lelah ingin istirahat," ucap Arthur.
"Tunggu, a-aku mau tanya soal kamar, kenapa barang-barangku ditaruh di kamarmu? Apa tidak ada kamar lain? Aku tadi keliling tapi semuanya penuh dan ada satu pintu yang dikunci..." pertanyaan Kayla terhenti lantaran Arthur menyelanya.
Arthur menghentikan aktivitas minumnya, ia meletakkan gelas lalu berbalik, menatap Kayla dengan tatapan datar yang sulit dibaca.
"Kita sudah menikah dan kita akan tidur bersama dan soal pintu yang dikunci itu, jangan pernah coba-coba membukanya, itu ruang pribadiku," ucap Arthur.
Kayla menelan ludahnya dengan berat, pikiran liarnya tentang mafia kembali muncul. 'Jangan-jangan beneran ada mayat? Atau ruang rahasia penuh senjata?' batin Kayla
"Jangan mikir aneh-aneh, aku ke kamar. Di sebelah kulkas ada beberapa menu restoran enak dekat sini," ucap Arthur lalu meninggalkan Kayla.
"Gini banget jadi istri, harusnya tuh dijawab 'iya sayangku, sebentar ya aku mandi dulu setelah itu aku masakin menu spesial buat kamu dan kita makan bareng,' Ini malah disuruh pesen makan sendiri," gumam Kayla.
.
.
.
Bersambung.....