Dikhianati kekasih demi uang dan diinjak-injak hingga sekarat oleh Tuan Muda sombong, Ye Chen bangkit dari titik terendahnya setelah mengaktifkan "Sistem Kekayaan Mutlak & Kultivasi Ganda". Dengan saldo tak terbatas dan kekuatan yang meningkat setiap kali menaklukkan wanita... mulai dari dosen yang dingin, polisi galak, hingga ibu tiri musuhnya... Ye Chen bersumpah untuk membalas setiap penghinaan dengan dominasi total, menjadikan kota metropolitan Jianghai sebagai taman bermain pribadinya di mana uang adalah hukum dan wanita adalah sumber kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 pembantain dikantor polisi
Kantor Biro Keamanan Publik Jianghai. Pukul 23.30.
Suasana di markas kepolisian yang biasanya tertib, malam ini berubah menjadi medan perang. Sirine peringatan meraung-raung tanpa henti, bercampur dengan suara tembakan dan teriakan kesakitan.
NGUIIING! NGUIING!
Di lobi utama, puluhan polisi bersenjata lengkap tergeletak tak berdaya. Mereka bukan tewas karena tertembak, tapi tulang-tulang mereka patah dengan cara yang tidak wajar.
Di tengah kekacauan itu, sekelompok pria berjubah abu-abu dengan lambang "Tinju Besi" di dada mereka bergerak seperti tank. Mereka tidak membawa senjata api, hanya tangan kosong yang dilapisi besi. Tapi setiap pukulan mereka menghancurkan dinding beton dan membengkokkan laras senapan.
"Hahaha! Lemah sekali! Para Polisi Jianghai cuma sampah!" teriak pemimpin penyerbuan itu, seorang pria botak kekar bernama Tie Niu (Kerbau Besi).
Brak!
Tie Niu menendang meja resepsionis hingga terbelah dua, membuat polisi wanita yang bersembunyi di baliknya menjerit ketakutan.
"Cari data tentang Ye Chen di server pusat! Dan bebaskan saudara-saudara kita di sel tahanan! Siapapun yang menghalangi, bunuh mereka semua!" perintah Tie Niu kejam.
Lantai 3 - Koridor Menuju Ruang Server.
"Mundur! Mundur ke Ruang Arsip!" teriak Tang Bing suranya parau.
Wajah cantiknya penuh debu dan darah. Seragam polisinya robek di bagian lengan, memperlihatkan luka gores yang dalam. Pistol Glock-nya sudah panas karena terus menembakkan peluru.
Di belakangnya, tiga polisi muda yang terluka parah mencoba untuk berlindung.
DOR! DOR! DOR!
Tang Bing menembak membabi-buta ke arah tangga. Dua murid Sekte Tinju Besi jatuh tertembak di kepala, tapi lima lainnya terus maju sambil melompat-lompat di dinding seperti seekor monyet.
"Sialan! Mereka ini hewan atau apa sih?! Kenapa tidak ada habisnya?!" umpat Tang Bing frustrasi. Pelurunya tinggal satu klip.
"Inspektur Tang! Pintu ruang server sedang didobrak dari sisi lain!" lapor anak buahnya panik.
"Bertahanlah! Kita harus bertahan sampai bantuan datang!"
"Bantuan apa?! SWAT sudah dilumpuhkan di gerbang depan! Kita sudah tamat, Inspektur!"
Tang Bing menggigit bibir bawahnya hingga berdarah. Matanya menatap layar ponselnya yang retak. Panggilan terakhir ke Ye Chen sudah terputus.
'Ye Chen... kau dimana? Jangan bilang kauhanya bisa omong kosong...'
BOOM!
Pintu koridor meledak hancur. Tie Niu, si pemimpin botak, melangkah masuk dengan senyum menyeringai. Otot-ototnya berkilau metalik... teknik Kulit Besi tingkat menengah.
"Nah, ketemu juga kau, Cewek Semok," Tie Niu menjilat bibirnya. "Tetua Mo bilang kau punya tubuh yang bagus. Sayang sekali kalau dibunuh langsung. Bagaimana kalau kita main-main dulu?"
"Mimpi saja kau dasar botak!"
DOR!
Tang Bing menembak tepat di jidat Tie Niu.
TING!
Peluru itu memantul! Hanya meninggalkan goresan putih di kulit jidat Tie Niu.
Tang Bing melongo. "Dasar Monster..."
Tie Niu tertawa menggelegar. Dia melesat maju dengan kecepatan mengerikan.
"Hahaha... Sini kau!"
Tangan besarnya mencengkeram leher Tang Bing, mengangkat tubuh polisi wanita itu ke udara seperti mengangkat boneka.
"Ughh... uhuk!" Tang Bing meronta, kakinya menendang-nendang udara. Oksigen di paru-parunya mulai menipis. Lehernya serasa mau remuk.
"Cantik juga..." Tie Niu mendekatkan wajah jeleknya. "Sayang sekali kau memilih lawan yang salah. Sekarang, matilah!"
Tie Niu mengangkat kepalan tangan kanannya, bersiap menghancurkan tengkorak Tang Bing.
Tang Bing memejamkan mata. Air mata mulai menetes. 'Maafkan aku, Ayah...'
Kepalan tangan Tie Niu meluncur deras.
Namun...
SWUUUSH!
Suara angin yang tajam terdengar membelah udara.
Sesuatu yang kecil, berkilau perak, melesat dari jendela yang pecah di ujung koridor.
JLEB!
Benda itu menancap tepat di mata kanan Tie Niu.
"AAAAARGHHH!"
Tie Niu menjerit kesakitan. Cengkeramannya terlepas dan Tang Bing jatuh ke lantai, terbatuk-batuk menghirup udara.
"Mataku! Siapa?! Siapa di sana?!" Tie Niu meraung, mencabut benda di matanya. Itu adalah sebuah Jarum Perak yang sangat halus, tapi menancap sampai ke otak!
Di jendela yang pecah, sesosok pria berdiri santai dengan satu kaki berpijak di kusen. Angin malam menerbangkan hoodie dan rambutnya. Di belakangnya, bulan purnama bersinar terang, menciptakan siluet yang dramatis.
"Berani sekali kau menyentuh wanitaku!" suara pria itu terdengar dingin, lebih dingin dari angin malam. "Tanganmu itu... aku akan mengambilnya."
"Ye... Ye Chen?" bisik Tang Bing tak percaya, matanya berkaca-kaca melihat sosok itu.
Ye Chen melompat turun tanpa suara. Dia berjalan perlahan menyusuri koridor. Di sela-sela jarinya, tersemat beberapa jarum perak yang berkilau mematikan.
"Kau..." Tie Niu menutupi matanya yang berdarah dengan satu tangan. "Kau Ye Chen?! Target utama Tetua?!"
"Benar. Dan kau pasti si Botak yang sudah bosan hidup," jawab Ye Chen.
"Serang dia! Bunuh dia dan cincang-cincang dia!" perintah Tie Niu pada anak buahnya.
Sepuluh murid sekte langsung menerjang Ye Chen secara serentak.
Ye Chen mendengus.
"Sampah yang suka menghalangi jalan."
Ye Chen mengibaskan tangannya. Gerakannya terlihat anggun seperti seorang konduktor orkestra.
SWOSH! SWOSH! SWOSH!
Sepuluh jarum perak melesat keluar dari tangannya. Jarum-jarum itu tidak terbang lurus, tapi melengkung di udara, mencari targetnya sendiri seolah-olah punya kesadaran sendiri (aslinya sih dikendalikan oleh Qi).
Ye Chen terlalu dominan dalam kekayaan ekonomi, kekuatan super, dan bahkan kekuasaan politik. Jika Ye Chen masih dominan di bab-bab selanjutnya, ini akan mematikan konflik bagus dan kemunculan antagonis yang bagus pula.
Apalagi saat ini plot masih menekankan dominasi Ye Chen dalam hal seksualitas dan kekayaan.