Hidup Naura yang sudah menderita itu, semakin menderita setelah Jessica anak dari Bibinya yang tidak sengaja menjebak Naura dengan seorang pria yang dikenal sebagai seorang preman karena tubuhnya yang penuh dengan tato, berbadan kekar dan juga wajah dingin dan tegas yang begitu menakutkan bagi warga, Naura dan pria itu tertangkap basah berduaan di gubuk hingga mereka pun dinikahkan secara paksa.
Bagaimana kelanjutannya? siapakah pria tersebut? apakah pria itu memang seorang preman atau ada identitas lain dari pria itu? apakah pernikahan mereka bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Namanya Aiden?
Sore harinya, Jessica pulang bersama Gladis menggunakan mobil milik Gladis tentunya. "Eh, siapa itu cakep banget," ucap Jessica ketika melihat seorang pria berjalan sendirian.
"Aduh, gue lupa namanya lagi, tapi dia itu preman disini. Kalau gak salah dia anak buahnya juragan Adit," ucap Gladis.
"Gaya banget juragan adit punya anak buah cakep giti," ucap jessica.
"Ganteng sih ganteng, tapi syaangnya dia miskin. Gue sih gak mau ya kalau punya pacar ganteng, tapi miskin. Mendingan jelek, tapi kaya lah," ucap Gladis.
"Gue juga ogah punya pacar ganteng, tapi miskin. Btw, tatonya serem ya," ucap Jessica.
"Gue dengar nih, dia itu sadis orangnya. Beberapa hari yang laku, dia mukulin Bagus sampai kakinya patah," ucap Gladis.
"Terus sekarang gimana Bagus?" tanya Jessica.
"Dia di rumah, gak bisa jalan," ucap Gladis.
"Kenapa gak di laporin aja tuh orang?" tanya Jessica.
"Dia itu anak buahnya juragan Adit, siapa sih yang berani lawan juragan Adit. Bagus ya takut, jadinya dia diam aja gak mau nambah masalah, tapi nama tuh orang jadi buruk di mata warga dan banyak yang gak suka dia ada disini, warga itu menganggap dia pengganggu. Makanya lo lihat kan dia jalan aja udah nakutin dan banyak warga yang lihat dia gak suka," ucap Gladis dan diangguki Jessica.
"Juragan Adit gak tau tentang kelakuan dia?" tanya jessica.
"Kayaknya sih tau, tapi bodoh amat," ucap Gladis.
"Ngapain dia ke gubuk?" tanya Jessica.
"Kayaknya dia mau neduh deh, lihat didepan udah mendung gitu dan mau hujan," ucap Gladis.
"Orang miskin ya gitu, gak bisa beli mobil. jadinya pas hujan neduh," ucap Jessica dan Gladis pun tertawa mendengarnya.
"Wh, bukannya itu Naura," ucap Gladis dengan menunjuk Naura yang berjalan kearah mereka.
Disisi lain, Naura terus berjalan hingga menjauhi pemukiman, ia melihat sawah yang ada disekelilingnya. "Kalau punya sawah enak kali ya, tapi sawah Ayah sama Ibu sudah dijual sama Bibi. Aku harus kerja apa lagi, orang-orang udah gak suka sama aku, mereka gak mau ngasih aku kerjaan," gumam Naura.
Ditengah kebingungannya, tiba-tiba angin berembus kencang, membawa aroma tanah basah, daun-daun padi di sawah melambai-lambai seolah memberi isyarat pada Naura dan dari kejauhan gumpalan awan hitam pekat mulai menutupi langit biru.
Naura mempercepat langkahnya, ia tahu hujan akan segera tiba, Naura melihat ke sekeliling untuk mencari tempat berteduh dan pandangannya jatuh pada sebuah gubuk kecil yang tertutup layaknya rumah, di mana gubuk tersebut digunakan untuk menyimpan hasil panen para petani, gubuk tersebut berdiri kokoh di tengah hamparan sawah hijau.
Dengan sisa tenaganya, ia berlari menuju gubuk itu, belum sempat Naura sampai di gubuk itu, tetes air hujan mulai berjatuhan membasahi bumi. Tak lama kemudian, hujan deras mengguyur sawah, menciptakan melodi alam yang menenangkan.
Bajunya setengah basah ketika Naura sampai di gubuk itu dan ia pun segera masuk karena bagian depan gubuk tersebut tidak memiliki penutup.
Jessica dan Gladis yang melihat Naura masuk kedalam gubuk pun terkejut karena mereka tahu jika ada orang lain didalamnya. "Tunggu! bukannya didalam gubuk ada anak buahnya juragan Adit!" pekik Gladis.
Jessica yang mengetahui hal itupun tersenyum, sebuah ide muncul di benaknya. "Gue punya ide," ucap jessica.
"Ide? apa?" tanya Gladis.
"Kita grebek mereka, gue yakin mereka pasti lagi enak-enak didalam," ucap Jessica.
"Yakin lo?" tanya Gladis.
"Yakin, ayo kita kumpulkan warga buat grebek gubuk itu," ucap Jessica.
"Tapi, hujan gini," ucap Gladis.
"Karena hujan makanya kita harus kesana, kalau nunggu hujan selesai, ya telat kita," ucap Jessica dan diangguki Gladis.
Naura yang baru saja masuk tidak mengetahui jika didalam gubuk tersebut ada orang lain karena didalam yang gelap dan tidak terlihat apapun, hingga suara seorang pria mengejutkan Naura.
"Siapa?" tanya pria tersebut.
Naura yang berpikir jika didalam gubuk tidak ada siapa-siapa pun terkejut, "Ma-maaf, saya tidak tau kalau didalam ada orang," ucap Naura dan hendak keluar.
"Diluar hujan, kalau mau berteduh ya berteduh saja, diluar juga gak ada penutupnya buat berteduh," ucapnya.
"Gak usah, saya cari tempat lain saja," ucap Naura.
"Terserah," ucap pria tersebut.
Baru saja, Naura berdiri dan berjalan menuju pintu, tiba-tiba pintu gubuk terbuka hingga Naura dan pria yang ada didalam gubuk pun terlihat. "Oh, jadi ternyata kalian berzina di gubuk ini ya, ayo bawa mereka pergi!" teriak warga yang memergoki Naura dan pria itu didalam gubuk.
"Pak, saya gak ada hubungan apa-apa sama pria itu, saya cuma mau meneduh, saya juga gak tau kalau ada dia disini bahkan saya gak kenal dia Pak," ucap Naira.
"Halah, kamu ini emang cewek kegatelan ya. Setelah godain suaminya Bu Terry, sekarang godain anak buahnya juragan Adit," ucap salah satu warga dan menarik tangan Naura hingga Naura tertarik keluar dan jatuh ke tanah yang basah akibat hujan.
Diluar masih hujan sehingga tubuh Naura pun basah, pria yang ada didalam pun ditarik keluar. "Kalian harus diarak keliling desa, kalian sudah mempermalukan nama baik desa ini," ucap warga.
"Kamu juga Aiden, padahal udah enak ikut juragan Adit dan bisa milih perempuan manapun yang kamu mau, tapi malah milih si cewek kegatelan ini," ucap warga lainnya.
"Namanya Aiden? bagus banget, gak cocok sama dia," ucap Jessica yang berada didalam mobil bersama Gladis.
"Zaman sekarang, nama itu udah bagus-bagus kali, gak peduli dia miskin atau gak," ucap Gladis.
Pria bernama Aiden itu hanya diam tanpa ekspresi, ia melihat kearah Naura yang sudah basah. Baju berwarna cream itu membuat lekuk tubuh Naura tercetak jelas, tanpa basa basi, Aiden melepaskan jaketnya dan memberikannya pada Naura.
Begitu Aiden melepaskan jaketnya, tubuh kekar dan bertatonya pun terpampang jelas, banyak warga yang merasa takut melihatnya.
"Kalian gak usah takut, mereka ini udah berbuat salah, jadi kita harus mengadili mereka. Ayo kita arak mereka sampai balai desa," ucap salah satu warga.
"Ayo!" sorak warga lainnya.
Para Ibu-ibu menarik tubuh Naura yang basah seolah mereka menarik hewan, bahkan cara menarik Ibu-ibu tersebut pada Naura begitu buruk daripada ketika menarik koruptor.
Berbeda dengan Naura yang pasrah ketika ditarik warga, Aiden yang hendak ditarik oleh Bapak-bapak pun menepis tangan mereka. "Gak usah pegang, saya punya dua kaki dan saya bisa jalan sendiri," ucap Aiden datar tanpa ekspresi.
Keduanya diarah keliling desa, banyak warga yang berkomentar buruk tentang Naura dan Aiden bahkan mereka mengatakannya dengan keras hingga keduanya mendengar hujatan tersebut, bagi Aiden itu semua tidak ada apa-apanya, tapi bagi Naura hujatan terseut sangat menyakitinya, Naura hanya bisa menangis dalam diam ditemani hujan yang menghapus air matanya.
.
.
.
Bersambung.....