NovelToon NovelToon
HAMIL ANAK CEO : OBSESI IBU TIRI

HAMIL ANAK CEO : OBSESI IBU TIRI

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Ibu Tiri / Pelakor jahat / Nikahmuda / Selingkuh
Popularitas:876
Nilai: 5
Nama Author: EkaYan

Dikhianati sahabat itu adalah hal yang paling menyakitkan. Arunika mengalaminya,ia terbangun di kamar hotel dan mendapati dirinya sudah tidak suci lagi. Dalam keadaan tidak sadar kesuciannya direnggut paksa oleh seorang pria yang arunika sendiri tak tahu siapa..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EkaYan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketika Kesetiaan Diuji

"Sayang," ucap Arsen lembut suatu pagi, sambil menggenggam tangan Arunika di ruang tamu yang terasa sunyi.

"Aku harus kembali ke Yogyakarta lusa. Kelas akan segera dimulai."

Arunika mengangguk pelan, tatapannya menerawang. Ia sudah tahu hari ini akan tiba. Kehadiran Arsen selama beberapa hari terakhir ini menjadi sumber kekuatannya, namun ia juga sadar Arsen memiliki kehidupannya sendiri yang harus dijalani.

"Aku mengerti, Sen," jawab Arunika lirih.

"Bagaimana kalau kamu ikut aku ke Yogyakarta? Kamu bisa tinggal di sana bersamaku untuk sementara waktu. Mungkin suasana baru bisa membantu kamu..." tawar Arsen dengan hati-hati. Ia khawatir meninggalkan Arunika sendirian dalam kesedihannya.

Arunika menggelengkan kepalanya perlahan. "Terima kasih banyak atas tawaranmu, Sen. Aku sangat menghargainya. Tapi... sepertinya aku belum siap."

"Belum siap untuk apa, Sayang?" tanya Arsen lembut.

"Untuk... untuk kembali ke rutinitas. Untuk kembali ke kampus. Semuanya terasa berbeda sekarang," jawab Arunika dengan suara bergetar. "Aku masih ingin di sini, bersama Tante. Aku masih merasa dekat dengan Ibu di sini."

Arsen mengerti. Ia bisa merasakan betapa beratnya bagi Arunika untuk meninggalkan kenangan akan ibunya yang masih begitu kuat melekat di setiap sudut rumah ini. Ia tidak ingin memaksa Arunika jika ia memang belum siap.

"Baiklah, Sayang. Aku mengerti," ucap Arsen sambil mengusap punggung tangan Arunika. "Tapi berjanjilah padaku, jika kamu merasa sudah siap atau jika kamu membutuhkan sesuatu, jangan ragu untuk menghubungiku kapan saja. Aku akan selalu ada untukmu."

Arunika mengangguk lemah. "Aku janji, Sen. Terima kasih sudah sangat sabar dan pengertian padaku."

"Aku mencintaimu, Nika," ucap Arsen tulus.

"Aku juga mencintaimu, Sen," balas Arunika dengan senyum tipis yang terasa getir.

Arsen menghela napas pelan. Ia merasa berat meninggalkan Arunika dalam kondisi seperti ini, namun ia juga menghargai keputusannya. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan terus menghubungi Arunika setiap hari dan segera kembali ke Bandung jika Arunika membutuhkannya.Ia berharap, dengan berjalannya waktu, Arunika akan menemukan kembali kekuatannya dan siap untuk melanjutkan hidupnya, termasuk mimpinya untuk kembali kuliah. Untuk saat ini, ia hanya bisa memberikan dukungan dari jauh dan berharap Arunika bisa menemukan kedamaian di tengah kesedihannya.

***

Di Yogyakarta, setelah kepergian Arsen kembali ke rutinitas kuliahnya, Risa mulai bergerak. Ia tahu Arunika sedang dalam masa berkabung dan tidak berada di sisi Arsen. Ini adalah kesempatan yang ia tunggu-tunggu untuk kembali mendekati pria yang masih ia cintai itu.

Risa mulai mengirimkan pesan-pesan singkat kepada Arsen, awalnya hanya menanyakan kabarnya dan rasa simpati atas musibah yang menimpa Arunika.

Namun, lambat laun, pesan-pesan itu menjadi lebih intens dan pribadi. Ia mencoba membangun kembali kedekatan emosional dengan Arsen, mengingatkannya pada kenangan-kenangan indah yang pernah mereka lalui bersama.

Ia tahu betul Arsen adalah tipe pria yang perhatian dan memiliki rasa tanggung jawab. Ia memanfaatkan kesendirian Arsen dan kebaikan hatinya. Risa seringkali berpura-pura membutuhkan bantuan atau sekadar teman bicara di tengah kesibukan kuliah Arsen. Ia selalu ada saat Arsen merasa lelah atau tertekan, berusaha menjadi sosok yang pengertian dan suportif.

Awalnya, Arsen merespons Risa dengan dingin dan menjaga jarak. Pikirannya masih tertuju pada Arunika dan ia merasa tidak nyaman dengan perhatian Risa yang berlebihan. Ia selalu berusaha mengalihkan pembicaraan dan menekankan bahwa ia masih berstatus sebagai kekasih Arunika.

Namun, Risa tidak menyerah. Ia sangat gigih dan pandai memanfaatkan momen. Ia tahu Arsen sedang dalam kondisi emosional yang rentan karena turut merasakan kesedihan atas apa yang menimpa Arunika. Ia berusaha menunjukkan bahwa ia adalah sosok yang bisa memahami dan memberikan kenyamanan di saat-saat sulit ini, tanpa harus membebani Arsen dengan masalahnya sendiri seperti yang mungkin dirasakan Arsen saat berkomunikasi dengan Arunika yang sedang berduka.

Suatu malam, setelah Arsen selesai mengerjakan tugas kuliah yang menumpuk, Risa mengirimkan pesan yang membuatnya sedikit melunak.

Ia mengatakan bahwa ia mengkhawatirkan Arsen dan ingin memastikan bahwa ia juga baik-baik saja di tengah kesedihan Arunika. Arsen yang merasa lelah dan sedikit kesepian tanpa kehadiran Arunika di sisinya, membalas pesan Risa dengan lebih terbuka. Mereka terlibat dalam percakapan yang cukup panjang malam itu.

Risa merasa angin segar berhembus ke arahnya. Ia melihat celah untuk kembali merebut hati Arsen. Ia terus membangun komunikasi intens dengan Arsen, perlahan tapi pasti. Ia berusaha menjadi sosok yang dibutuhkan Arsen saat ini: seorang teman bicara yang pengertian, seorang pendengar yang baik, dan seseorang yang bisa memberikan sedikit kehangatan di tengah kesepiannya.

Meskipun Arsen tidak pernah secara eksplisit menunjukkan ketertarikan romantis padanya, Risa bisa merasakan bahwa Arsen tidak lagi sepenuhnya menutup diri darinya. Ia yakin, dengan kesabarannya dan taktiknya yang tepat, ia akan mampu membuat Arsen kembali berpaling padanya, terutama saat Arunika masih bergelut dengan kesedihannya di Bandung. Risa tidak peduli jika tindakannya ini dianggap tidak etis. Baginya, mendapatkan Arsen kembali adalah prioritas utama, dan ia akan melakukan segala cara untuk mencapainya.

Hari-hari berlalu, dan intensitas komunikasi antara Arsen dan Risa semakin meningkat. Risa dengan lihai menyelipkan perhatian-perhatian kecil dalam percakapan mereka. Ia tahu betul apa yang disukai Arsen, topik pembicaraan yang menarik baginya, dan bagaimana cara membuatnya merasa dihargai. Ia memuji pencapaian akademis Arsen, menanyakan kabarnya dengan tulus, dan sesekali mengirimkan makanan kesukaannya melalui layanan pesan antar.

Arsen, di tengah kesibukan kuliah dan kerinduannya pada Arunika, menemukan sedikit pelipur lara dalam perhatian Risa. Meskipun ia merasa bersalah karena merasa nyaman dengan kehadiran sahabat kekasihnya itu, ia tidak bisa memungkiri bahwa ia merasa diperhatikan dan didengarkan. Kesepian tanpa Arunika di sisinya menciptakan ruang kosong yang perlahan diisi oleh Risa.

Suatu malam, Risa mengajak Arsen untuk makan malam bersama. Awalnya, Arsen ragu, namun Risa berhasil meyakinkannya dengan alasan hanya ingin menjalin silaturahmi dan memberikan dukungan морально. Arsen akhirnya setuju.

Malam itu, Risa tampil memukau. Ia mengenakan pakaian yang sederhana namun elegan, dan aroma parfumnya yang lembut mengingatkan Arsen pada masa-masa awal hubungan mereka. Mereka makan malam di sebuah restoran yang dulu menjadi tempat favorit mereka. Suasana nostalgia tak terhindarkan.

Risa dengan cerdik mengungkit kenangan-kenangan indah mereka, membuat Arsen tanpa sadar tersenyum. Ia tidak menyalahkan Arsen atas keputusannya memilih Arunika, justru ia menunjukkan pengertian dan penerimaan. Ia bahkan выразил rasa kagumnya pada kesetiaan Arsen terhadap Arunika di masa-masa sulit ini. Sikap Risa yang dewasa dan pengertian membuat Arsen merasa nyaman dan dihargai.

Setelah makan malam, Risa mengajak Arsen untuk berjalan-jalan sebentar di taman kota yang sepi. Di bawah rembulan, mereka duduk di bangku taman dan melanjutkan percakapan. Risa dengan hati-hati menyentuh tangan Arsen, menatapnya dengan mata penuh harap.

"Sen," ucap Risa lembut, suaranya bergetar. "Aku tahu mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi... aku tidak bisa membohongi perasaanku. Aku menyukaimu..."

Arsen terdiam. Ia menarik napas dalam-dalam, merasa dilema. Di satu sisi, hatinya masih terpaut pada Arunika. Ia merasa bertanggung jawab dan mencintainya. Di sisi lain, perhatian dan penerimaan dari Risa terasa begitu berbeda dan menawarkan kenyamanan di tengah kesepiannya.

"Risa," jawab Arsen akhirnya, suaranya pelan. "Aku... aku tidak tahu harus berkata apa. Aku masih bersama Nika."

"Aku tahu," potong Risa lembut. "Aku tidak memintamu untuk langsung kembali padaku. Aku hanya ingin kamu tahu perasaanku. Mungkin... mungkin suatu saat nanti, jika keadaan berubah..."

Risa tidak melanjutkan kata-katanya, membiarkan kalimatnya menggantung di udara. Ia tahu ia telah menanam benih keraguan di hati Arsen. Ia hanya perlu bersabar dan menunggu waktu yang tepat untuk menuai hasilnya. Kesedihan Arunika yang berkepanjangan dan jarak di antara mereka adalah keuntungan baginya. Ia yakin, perlahan tapi pasti, Arsen akan kembali ke pelukannya.

1
partini
wah temen lucknat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!