Niara yang sangat percaya dengan cinta dan kesetiaan kekasihnya Reino, sangat terkejut ketika mendapati kabar jika kekasihnya akan menikahi wanita lain. Kata putus yang selalu jadi ucapan Niara ketika keduanya bertengkar, menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Reino yang di paksa nikah, ternyata masih sangat mencintai Niara.
Sedangkan, Niara menerima lamaran seorang Pria yang sudah ia kenal sejak lama untuk melupakan Reino. Namun, sebuah tragedi terjadi ketika Reino datang ke acara pernikahan Niara. Reino menunjukkan beberapa video tak pantas saat menjalin hubungan bersama Niara di masa lalu. Bahkan, mengancam akan bunuh diri di tempat Pernikahan.
Akankah calon suami Niara masih mempertahankan pernikahan ini?
🍁jangan lupa like, coment, vote dan bintang 🌟🌟🌟🌟🌟 ya 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
Cinta yang terhalang restu, menjadi bumbu di setiap pertengkaranku dan Reino. Ibunya dari awal sejak kami bertemu, dia selalu memandangku dengan tatapan sinis. Tidak ada keramahan sekalipun, apalagi tersenyum padaku, itu sesuatu hal yang sangat mustahil.
Reino sering mengajakku datang di pertemuan keluarganya. Aku yang tidak memiliki kecakapan dalam bergaul, membuat hubungan antara aku dan keluarga Reino sangat dingin.
Setiap di acara pertemuan, seperti makan malam bersama yang memang dijadwalkan Reino untuk menambah keakraban dengan orang tuanya selama 3 tahun tidak membuahkan hasil apapun. Ayahnya yang cuek, ibunya yang selalu membicarakan gadis lain yang sesuai dengan kriteria calon menantunya.
Usai acara tersebut, Reino dan aku pun pasti bertengkar. Reino yang memintaku untuk terus mengambil hati kedua orangtuanya, sedang aku yang terus memintanya tidak ingin ada acara seperti itu lagi. Jika mencintaiku, aku ingin Reino datang melamar, kita menikah lalu hidup keluar dari rumah orang tuanya. Tidak ada jawaban untuk keinginanku, Reino hanya diam seribu bahasa lalu pergi begitu saja.
Aku sangat mencintainya. Namun, dia tak pernah memberikan kepastian. Hanya meminta maaf, dan berkata akan memikirkan cara lainnya agar ibunya lebih menyukaiku. Aku yang dituntut untuk bisa berbaur dengan keluarganya, namun Reino sendiri enggan berbaur dengan keluargaku.
Hubungan kami hanya, makan di luar, jalan-jalan, sekali-sekali check-in atau bertemu keluarganya. Meskipun Ayah tiriku sibuk, dan ibuku juga sibuk dengan bisnis kulinernya setidaknya jika Reino ada keinginan untuk bertemu dengan mereka, mustahil jika orang tuaku tidak mau menemuinya. Namun, keinginan itu tak pernah dilontarkannya. Dia bilang, kesan orang tuaku saat bertemu dengannya pertama kali sangat baik, jadi tidak perlu dikhawatirkan. Karena itu, Reino tidak ada niatan lagi berkumpul makan bersama dengan keluargaku.
BAB 5 ( Selalu Salah )
Ibunya masuk kedalam cafe, kemudian menggebrak meja dengan keras. Pelayan cafe dan kasir pun menjadikan kami tontonan.
“Kau tidak waras! Sudah menabrak menantuku sekarang bertemu dengan anakku sembunyi-sembunyi!” gertak ibunya.
“Bu.. kan begitu, Bu.” aku tertatih menjawabnya, karena tidak menginginkan situasi seperti ini.
“Sudah Bu, jangan salahkan Niara,” ucap Reino membela “ayo, kita pergi. Tidak baik ribut disini.” imbuh Reino menarik tangan ibunya keluar dari pintu cafe.
Ibunya masih menoleh kebelakang, menatapku dengan tatapan tajam seolah aku ingin di mangsanya hidup-hidup.
Aku bergegas memesan taksi, dan pulang ke kos. Pikiranku masih tidak tenang, meskipun Reino mengatakan tidak akan mempermasalahkan uang 100 juta itu. Melihat watak dan tingkah ibunya terhadapku, tidak mungkin jika mau melepaskan aku dari tanggung jawab menabrak menantunya, apalagi sampai membunuh calon cucunya secara tidak sengaja.
Untuk berjaga-jaga, aku menjual mobilku di marketplace dan menawarkannya di teman-teman kantor. Aku merasa frustasi dengan masalah ini, hingga tak sadar meneteskan air mata.
Belum juga sembuh lukaku atas pernikahan orang yang aku sayang, kini ditambah lagi dengan hutang.
“Apa aku mati saja?,” aku melontarkan kata-kata yang bodoh.
Rrrreeeeetttttt..
Ponselku bergetar, aku melihat Reino meneleponku. Aku maju mundur untuk menjawabnya, hingga akhirnya dering itu berhenti. Aku masih trauma dengan kejadian tadi, takut jika masalah semakin bertambah. Karena ibunya tak main-main jika memakiku.
Rrrreeeeetttttt..
Reino sepertinya masih mencoba ingin menghubungiku, dan aku masih bertahan untuk tidak menjawabnya. Sebuah pesan pun masuk, Reino mengirimkan pesan agar aku keluar dari kamar kos, dia menunggu di minimarket seberang jalan kos ku.
Aku masih bingung untuk menjawabnya.
“Apa dia mau membahas uang 100 juta itu padaku?,” gumamku.
Sebuah pesan pun masuk lagi, berisi jika Reino sudah sampai di minimarket dan akan tetap menunggu sampai aku datang.
Logikaku menolak, tetapi hatiku ingin menemuinya. Aku bergegas mengambil jaket, lalu berjalan dengan perasaan bimbang untuk bertemu dengan Reino.
Aku melihat Pria masih aku cintai itu, mondar-mandir di depan minimarket. Sambil beberapa kali menatap ponselnya berharap aku menjawab pesannya.
Melihat kedatanganku dari seberang jalan, Reino tampak sumringah, senyumnya melebar, matanya berbinar. Sungguh wajah yang aku rindukan darinya.
“Ada apa?,” tanyaku, lalu duduk di bangku depan minimarket.
“Tidak, aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. Aku minta maaf atas ucapan ibuku tadi.” balas Reino, dia duduk disampingku dan menatapku.
“Aku sudah terbiasa dengan ucapan ibumu yang sedikit kasar padaku, 3 tahun kita bersama. Apa kau lupa?.”
Reino terdiam tidak menyahutnya. Dia masuk kedalam minimarket dan keluar dengan 2 cangkir kopi hangat.
“Selamat atas pernikahanmu, maaf aku tak datang,” kataku, lalu menyeduh kopi itu.
“mungkin kalau datang, pesta itu akan berantakan.” imbuhku.
“Seharusnya kau datang, lalu menjadikan pesta itu berantakan. Jika itu terjadi, mungkin kita masih bersama.” balas Reino. Aku terkejut dengan ucapannya, seakan dia tidak menginginkan pernikahan itu.
“Ibuku sangat menyukai Abel, dia anak dari sahabatnya saat kuliah dulu. Sudah lama aku menolak pernikahan ini,” ucap Reino.
“Kau juga sangat menyukainya. Jika tidak, tidak mungkin kau akhirnya menyetujui pernikahan ini,” “apalagi, sampai dia hamil?.”
Jawabanku membuat Reino menatapku lebih tajam, kemudian kedua tangannya perlahan menyentuh tanganku.
“Kau yang tidak ingin menikah, kau bilang belum siap. Kau bilang, tidak ingin akur dengan ibuku.” sanggah Reino.
“Lalu, kau jadikan itu untuk meninggalkanku, tidak berkata putus padaku dan tiba-tiba menikah!” jawabku, lalu menarik tanganku dari tangannya. Aku mulai sedikit kesal dengan alasan Reino.
Aku bangkit dari tempat duduk dan bersiap pergi, aku takut akan menangis di keramaian orang. Sudah cukup rasanya, menjadi tontonan pagi tadi. Reino menarik tanganku dengan kuat, hingga aku terperangkap dalam pelukannya.
“Aku sangat merindukanmu,” ucap Reino lirih di pundakku. Aku hanya diam tak sanggup berkata apapun. Rasanya ini salah, dan sangat lebih menyakitkan. Aku ingin mengatakan kalimat yang sama, mengingat dia sudah milik orang lain, bibirku hanya diam, dan mencoba melepaskan diri dari pelukannya.
Aku membalikkan badan dan menatapnya, aku melihat sendu di raut wajahnya. Ingin membalas pelukannya lebih erat, namun tanganku terlalu gemetar untuk melakukannya.
Aku menarik diriku menjauh, dan berlari pergi dari hadapan Reino.
“Niara..” teriakannya menggema di telingaku. Aku menutup telingaku rapat-rapat.
BRuakk..
Suara klakson berbunyi dengan kencang, orang-orang berteriak dari belakang. Sebuah mobil pickup menabrak Reino. Sang sopir kelabakan melihat situasi, kemudian melarikan diri.
Aku menoleh dan melihat Reino terkapar di jalan, dengan darah di sekitar kepalanya.
Tidakkk!!!
Reino …
Aku berlari kembali ke jalan. Dengan tangisan histeris menyentuh tangannya.
mana main!!!!
tarik atuh!
nanti giliran di tinggal istri baru sesak nafas.
Kau yang lebih terluka.
gak bisa diginiin:(
bunga for you nael
btw bikin Reno mati atuh Thor
Thor...bawa reoni kesini!!
gak bisa gak bisa!
apaan baru baca udah ada yang mati:>
ihh pengen cubit ginjal nya
thor cerita mu tak bisa d tebak.
kerenn bangeettt 👍👍👍