(***) Peony surgawi adalah seorang gadis yatim piatu . dia tinggal bersama seorang Bibi penjual bunga yang bernama Aura Herawati , dia tidak mempunyai anak dan suami . Peony tinggal bersamanya semenjak usia delapan tahun .
***
Al gozali Matthew adalah seorang anak laki laki kecil yang sejak lahir telah di tinggal pergi ibunya mengejar kemewahan duniawi . dia tumbuh menjadi anak laki laki yang dingin dan datar seperti Ayahnya Al Gibran Matthew .
semenjak di khianati oleh istrinya ,Al Gibra Matthew sangat membentengi diri dengan namanya wanita .Semenjak sang istri pergi bersama laki laki yang lebih kaya darinya ,karena kehidupan Matthew saat itu masih kalang kabut .
suatu hari Al tanpa sengaja bertemu dengan Piony . melihat kelembutan kesabaran dan kebaikan Piony Al menginginkannya sebagai temannya . karena selama ini kehidupan anak berumur lima tahun itu sangat abu abu .
apakah Matthew akan mengabulkan permintaan Al putra . perubahan apa yang akan terjadi pada Al Gibran Mat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Matthew juga ragu serta bingung harus berbicara seperti apa . Jelasnya sekarang Peony pun menunggu Matthew bersuara .
Peony tentu tak kalah di buat bingung akan sikap Matthew saat ini ." sebenarnya Tuan Matthew ingin apa? "batin Peony bertanya tanya .
"Silahkan pergi ambil ponselmu ."
Peony mengangkat kepalanya dan menatap Matthew yang baru saja bersuara . Gadis itu benar benar di buat bingung , tetapi Peony hanya mengangguk singkat.
"Saya permisi ,Tuan." Peony menyempatkan diri membungkuk singkat sebelum pergi dari hadapan Matthew .
Peony berjalan ke arah lift berada . Dalam keadaan bingung dan bertanya tanya . Peony terkejut saat menyadari ternyata Matthew mengikuti langkahnya dari belakang .
Peony tak menoleh ke belakang , dia hanya bergerak ke samping dengan niat ingin mempersilahkan Matthew berjalan duluan .
Matthew pun tak bersuara ,dia melewati tubuh Peony begitu saja . Sampai akhirnya sepasang insan itu masuk ke dalam lift .
Peony menunduk kepada Matthew ." Anda mau ke.lantai berapa ,Tuan ?"
"Lantai bawah ."
Peony mengangguk , tujuan mereka sama . Dirinya juga ingin ke lantai bawah untuk mengambil ponselnya . Peony tidak tahu tujuan Matthew ke lantai bawah . Gadis itu tetap diam ,dan merasa itu semua wajar tanpa mencurigakan .
Ting...
"Silahkan ,Tuan." Peony mempersilahkan Matthew untuk keluar terlebih dahulu . Tanpa bersuara Matthew pun keluar dan berjalan ke arah ruang tamu mansion . Peony mengikuti langkah kaki pria itu dari belakang . Bukan karena di sengaja , tetapi karena memang tujuannya sama .
"Ah ,itu ponselku ." Peony bergegas mendekat ke arah meja ruangan keluarga , di mana benda pipih miliknya berada .
Peony tersenyum , sambil meringis saat melihat beberapa panggilan telepon tak terjawab ." sudah aku duga , Bibi Aura pasti akan khawatir , teleponnya tidak aku jawab ."
Peony langsung menghubungi Bibi Aura . Si pemilik kios atau toko bunga tempatnya bekerja dan tinggal . Karena Bibi Aura sudah dia anggap sebagai Ibunya sendiri . Mereka setiap hari selalu teleponan , tepatnya saat Peony akan akan pergi tidur seperti saat ini .
Sekitar jam setengah sepuluh malam , di mana biasanya saat itu Al sudah tidur dan Peony juga bersiap untuk tidur .
"Hallo Peony!, kamu baik baik saja!"
Peony terkekeh mendengar suara Bibi Aura di seberang sana , terdengar sangat khawatir ." Iya ,Bibi . Aku baik baik saja . Maaf tadi ponsel aku tertinggal di lantai bawah . Ini aku baru ambil kembali ,Bibi tidurlah , ini sudah malam ."
"Huft...syukurlah . Bibi kira kamu demam lagi atau kenapa napa . Kamu juga tidurlah . Pekerjaan kamu sudah selesai , bukan? Anak tampan itu sudah tidur ?"
"Sudah , Bi . Aku juga ingin kembali ke kamar dan bersih bersih sebelum tidur .
"Iya pergilah , kamu harus cukup tidur malam ini , biar ngak ngedrop karena kelelahan ."
Peony memang menyempatkan diri untuk duduk terlebih dahulu di sofa ruangan keluarga mansion Matthew . Gadis kecil itu mungkin tidak sadar jika sekarang ada sepasang mata tajam sedang memperhatikan .dirinya .
Matthew sedari tadi memperhatikan peony yang tersenyum dan begitu ceria ketika berbicara dengan Bibi Aura . Sambil meneguk anggur di gelasnya pria itu terus memperhatikan Peony .
"Jadi dia benar benar masih berhubungan dengan mantan majikannya itu? " gumam Matthew .
"Baik Bibi , aku tutup sekarang . Selamat malam Bibi."
Matthew meletakkan gelas kecil itu , saat melihat Peony sudah menyelesaikan kegiatan menelponnya . Pria itu ikut berdiri saat Peony berjalan kembali menuju ke arah lift .
Baru saja masuk dan membalikkan badan di dalam lift , Peony kembali di buat terkejut oleh kedatangan Matthew .
Peony kembali menunduk sopan saat melihat Matthew ikut masuk ke dalam lift . Entah apa sebenarnya yang ingin di lakukan di lakukan pria itu .
"Apa Anda akan langsung ke kamar Tuan?" tanya Peony sopan .
"Hhem."
Peony mengangguk singkat , kemudian memencet tombol lantai paling atas , di mana kamar Matthew berada . Selama di dalam lift ,Peony hanya diam . Keheningan memenuhi ruangan lift , dan Peony merasa tidak nyaman .
Gadis itu memang selalu tidak tenang setiap kali berada di dekat Matthew . Apa lagi hanya berdua seperti ini ,jantung Peony berdetak tak normal. Tetapi dia berusaha untuk tetap tenang .
"Huft... Pergerakan ke lantai atas pun rasanya terlalu lama ." batin Peony bergumam .
Gadis itu berdiri tepat di depan tombol lift sedangkan Matthew berdiri di bagian tengah . Keberadaan peony dapat di perhatikan oleh Matthew dari belakang . Sebab Peony tidak bergerak bak patung .
Mata tajam duda arogan itu memindahi seluruh tubuh Peony . Jika masalah tinggi badan , Peony memang terbilang cukup mungil . Tetapi tubuh gadis kecil itu cukup berisi. Tidak kurus dan juga tidak terlalu besar .
"Tubuhnya tidak kecil juga tidak besar . Berisi dengan porsi yang pas . Hanya saja , wajahnya memang masih terlihat imut . Bahkan nampak lebih kecil dari umurnya . Ck , kenapa juga aku harus repot sampai seperti ini ? Kenapa tidak di paksa saja ?" Matthew malah berceloteh sendiri di dalam hatinya .
"Tuan."
Suara lembut Peony mengembalikan kesadaran Matthew . Pria itu menoleh dan melihat Peony yang sedang menatapnya dengan wajah cukup bingung .
"Kenapa ."
"Ehm ..Apa Anda tidak ingin keluar? Ini sudah sampai di lantai atas ."
Matthew tersadar dia menoleh ke arah pintu . Dan ternyata benar jika pintu lift sudah terbuka . Duda tampan itu berdehem kecil kemudian melangkah keluar begitu saja .
Peony menunduk saat melihat Matthew berjalan keluar . Dia melirik sang majikan yang terkesan semakin aneh . Peony menggaruk ubun ubun kepalanya sambil memencet tombol lift . Gadis itu mengendikkan bahu mencoba tak memikirkan keanehan sang majikan .
"Hari ini cukup melelahkan , sepertinya malam ini akan tidur lebih nyenyak ." Peony bergumam sembari melompat ke atas tempat tidur nya yang empuk di kamarnya .
Gadis kecil itu baru saja selesai bersih bersih . Kini dia juga sudah mengunakan baju tidur .
Masih seperti biasa , kali ini Peony menggunakan lingerie berwarna merah . Sedari dulu Peony suka mengunakan lingerie berompi , apa lagi di musim panas .
"Mari kita tidur." Peony memejamkan matanya bersiap untuk menjemput mimpi . Maksudnya masuk ke dalam alam mimpi .
Tring...tring....tring..
Baru saja akan memejamkan mata , tiba tiba ponsel Peony berdering , membuat gadis itu menghela napas panjang . Dengan terpaksa Peony kembali bangun ,membuka mata dan meraih ponselnya dengan wajah sedikit lesu dan cukup lelah .
"Baru juga mau tidur ." Gumamnya.
Kening Peony mengerut saat melihat nama Matthew sebagai sang penelpon . Perlahan Peony mengeser ikon hijau dan membawa benda pipih itu ke arah daun telinganya .
"Hallo ,Tuan . Ada yang bisa saya bantu?" tanya Peony seperti biasa lembut dan sopan .
"Ke kamar saya sekarang ."
"H-hah? Kenapa ,Tuan? Apa ada sesuatu yang harus saya lakukan ?" tanya Peony bingung .
"ke sini saja , saya tunggu dalam lima menit . Jika kamu terlambat , maka siap siap terima hukuman . Saya hitung dari sekarang , cepat!"
secara kamar kan ad cctv nya
aku suka Thor Matt tersiksa
karena benci dan cinta itu terlalu tipis
bujang lapuk kah si Matthew thor
secara dia bilang dadanya masih rata