Sebagai murid pindahan, Qiara Natasha lupa bahwa mencari tahu tentang 'isu pacaran' diantara Sangga Evans dan Adara Lathesia yang beredar di lingkungan asrama nusa bangsa, akan mengantarkannya pada sebuah masalah besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunny0065, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Orang
"Pak, ijin ambil seragam olahraga, saya belum punya," ucap Natasha.
Guru pria penjaskes memberi ijin.
Adanya kesempatan, Kevin ke luar bangku menghampiri ke depan kelas.
"Gue temenin Lo ketemu guru bendahara buat ambil baju olahraga," putus Kevin.
Natasha mengangguk. "Makasih."
"Silakan yang lainnya menuju lapangan, beres menilai catatan saya nyusul," kata Pak Guru.
"Baik, Pak!"
Anak-anak kelas Xl A, berbondong-bondong menelusuri koridor sambil memeluk seragam olahraga, menuju gedung ganti untuk berganti kostum.
"Gelagat Natasha mencurigakan, menurut gue kenapa enggak minta antar ke sesama cewek? Jangan-jangan dia mau berbuat onar sama Kevin?" ghibah Alleta.
"Gue satu pendapat. Sejak dia masuk kelas, Kevin gampang banget dikendalikan Natasha. Gue yakin dia pakai mantra ajian jaran goyang buat jebak korban hatinya, ngeri!" Adara bergidik merinding.
"Kalau Kevin kena goyangan Natasha sampai tepar dia bakalan nempel terus sama tuh, cewek, jijik banget gue bayangin."
"Emang boleh seliar itu?"
Serempak mereka tertawa bahak membayangkan Kevin dan Natasha melanggar norma asusila.
"Omongan Lo semua lebih bau daripada air comberan, najis!" sindir Gibran berjalan mendahului.
Tawa renyah Alleta seketika lenyap begitu perubahan Gibran yang tampak mulai menyukai Natasha.
Di lorong gedung tempat pengambilan barang-barang, Natasha sekali lagi mengatakan terimakasih sudah diantar Kevin mengambil baju seragam.
"Sama-sama," jawab Kevin.
"Kronologi tentang ciuman di hutan Chaise, enggak valid. Sangga yang duluan dorong gue ke pohon besar dan mencuri first kiss di situ, padahal masalahnya sepele banget, gara-gara gue minta penjelasan ke dia, kenapa praktek kami di hutan Chaise, bukan di tempat terbuka, menyebalkannya reaksi dia main cium bibir gue, gila banget kan," curhat Natasha.
"Sistem belajar di sini emang begitu, tempat prakteknya di luar ruangan, berhubung hari ini Lo udah gue kasih tau, ke depannya Lo jangan bingung lagi pokoknya proses belajar nikmatin aja," jelas Kevin.
"Dan mengenai sikap Sangga emang gila," miris Kevin.
"Terus gimana, sekarang Lo enggak nyimpan perasaan marah ke gue?" tanya Natasha.
"Ngapain ngambek kayak anak TK aja!" ujar Kevin.
"Berarti kita baikan?" Natasha mengangkat jari kelingking.
Kevin tersenyum kecil, mengaitkan jari kelingkingnya dengan kelingking Natasha.
"Lo tau kejelasan hubungan Adara dan Sangga? Terkadang gue suka ragu kalau mereka serius pacaran," cakap Natasha.
Suasana hati Kevin suram kembali semakin muak mendengar nama Sangga dinobatkan pemenang nobel populer di kalangan semua mulut penghuni asrama.
"Sebenarnya, kabar beredarnya mereka berdua jalin hubungan, tapi enggak tau mereka itu emang pacaran atau enggak. Gue juga bingung respon bijaknya mesti gimana menanggapi hubungan mereka, karena Sangga jarang terbuka soal kehidupan pribadinya ke siapapun, yang tau kebenarannya cuma Adara," tutur Kevin.
"Jadi selama ini orang lain enggak tau kejelasan hubungan mereka berdua?" simpul Natasha.
"Yup."
"Hubungan Sangga dan Adara seperti teka-teki rumit yang harus dipecahkan, gue tertarik mencari tau dibalik kemisteriusan itu," tukas Natasha.
"Jangan ikut campur urusan orang. Itu bisa membahayakan keselamatan Lo," tegur Kevin.
"Gue enggak mau menelan mentah berita apapun, terserah Lo dukung gue atau enggak terpenting kebenarannya tetap kudu terungkap," tekad Natasha.
Tiba di lorong penempatan khusus loker, Adara celingak-celinguk menilai keadaan sepi. Begitu menangkap derap sepatu mendekat, gadis cantik serba memakai pakaian warna biru berjongkok di sudut lemari.
"Lo duluan ke lapangan, gue lupa ninggalin ikat pinggang di kamar mandi," kata Natasha.
"Oke, ditunggu!"
Kevin mengamankan seragam putih abu miliknya ke loker dan mengunci kembali, setelah itu berlari pergi.
Natasha putar balik, melaju belok menuju deretan kamar mandi tidak jauh dari penempatan loker, dan masuk ke bilik pertama.
Selang beberapa detik, seorang cowok ngeloyor lewat sambil membuka baju Jersey, kemudian masuk ke kamar mandi yang sama dengan Natasha.
Diam-diam menguntit jejak Natasha, Adara melotot binar mengetahui seorang cowok berada satu ruang bersama Natasha.
Tidak perlu susah payah memberi pelajaran, pelan-pelan Adara menarik gagang pintu kamar mandi, mengunci dua orang di dalam sana.
'Mampus!'
*
"Dim, lihat Natasha ada di mana?" tanya Gibran.
Dimas meneguk mineral berkemas Aqua lalu menggeleng. "Tanya Kevin. Terakhir kali Natasha bareng dia ambil seragam."
"Lah, iya." Gibran menepuk jidat, berlari kecil menghampiri ketua kelas di tepi lapangan.
"Tangkap Gib!" seru Kevin melambungkan bola basket ke udara.
Gibran menangkap bola cukup baik, mendribble sebentar kemudian menembakkannya ke jaring menggantung tertempel di tiang, masuk!
"Lanjut babak dua, lawan gue!" tantang Kevin.
"Mainnya tahan dulu, gue ada hal serius mengganjal di hati. Lo sembunyikan Natasha di mana?" the point' Gibran.
"Ngapain gue sembunyikan anak orang emangnya tampang gue seseram nenek gayung? Nih, gue kasih tau, Natasha belum selesai di tempat ganti, dia bilang ikat pinggangnya ketinggalan di kamar mandi, nyuruh gue duluan ke sini. Ya udah, gue tinggalin," terang Kevin.
"Kirain ke mana."
"Udah lah, kita lanjut main!" ajak Kevin tahu-tahu menguasai bola.
"Yang kalah traktir makan!" taruhan Gibran.
"Oke!"
Di pinggir lapangan, Adara melipat tangan sambil senyam-senyum bahagia, menunggu masalah besar di kamar mandi terendus semua orang.
"Lo ngapain di gedung ganti lama bener, gue nyariin tau," omel Alleta seraya duduk di samping.
"Gue kurung Natasha di kamar mandi," beritahu Adara.
Mata Alleta membulat besar. "Demi—" ucapannya terpotong tiupan pluit berasal dari guru olahraga.
Terpaksa Alleta mengatupkan bibir rapat-rapat, menelan kekagetannya dan beranjak mengekori Adara berkumpul di tengah lapangan bersama murid lainnya.
Pria berperawakan tinggi mulai mengabsen nama siswa-siswi tertera di buku agendanya, dan dijawab hadir oleh setiap pemilik nama.
"Sangga?"
"Hadir Pak, tadi pamit bentar ke kamar mandi!" sahut Dimas menyampaikan pesan.
"Natasha?"
"Ketinggalan ikat pinggang di kamar mandi, Pak!" jawab Kevin.
Menyadari dua orang itu tidak ada di lapangan, Adara langsung terperangah.