Farid tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan jodohnya yang tidak pernah ia sangka. 32 tahun membujang bukan tanpa alasan. Ia pernah sangat mencintai seseorang namun ia ia dikhianati hingga dirinya terluka dan sulit untuk percaya lagi kepada seorang perempuan. Namun pada suatu saat ada seseorang yang dapat mengetuk hatinya. Siapakah dia? Tentu saja dia yang akan menjadi jodohnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siena
Biasanya Farid tidak akan diam lama di hotel. Ia akan pindah untuk mengontrol restorannya. Namun kali ini ia masih betah di hotel. Sambil duduk santai di ruang kerjanya, ia membukan handphone, melihat story di aplikasi hijau. Story yang dibuka adalah milik Romi. Romi yang saat ini berada di Paris bersama istrinya sedang menikmati bulan madu di musim semi. Banyak foto candid yang diupload Romi story nya.
"Kalau sudah punya pasangan hidup begini, nggak ngerasain yang namanya kedinginan. Woi bro Farid, yuk nyusul."
Begitulah caption Romi di salah satu foto mesranya bersama istrinya.
"Dasar Romi! Bisa-bisanya dia pakai caption nyebut namaku di story."
Tidak lama kemudian, Romi menelponnya. Romi pasti sudah tahu kalau Farid sudah melihat storynya. Dengan malas, Farid menerima panggilan Romi.
"Hem... Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam... yaelah kok lemes bro? Kenapa pingin nyusul juga ya, hem?"
"Apaan sih, males saja. Ngapain masih menghubungiku? Nikmati saja bulan madumu."
"Haha.... Farid, apa kamu mau aku bawakan calon dari sini?"
"Huh... tidak usah, terima kasih."
Romi terkekeh.
tok tok tok
Seseorang mengetuk pintu ruangan Farid.
"Rom, sudah dulu. Aku masih sibuk. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
tok tok tok
"Masuk!"
"Selamat siang, Pak."
"Siang, Hadi."
"Apa Bapak mau makan siang di sini?"
"Iya, tapi kamu tidak perlu repot. Aku akan makan langsung ke restoran."
"Oh, baik Pak. Kalau begitu, saya akan pesanan saja terlebih dahulu, agar Bapak tidak perlu menunggu."
"Baiklah, nanti saya kirimkan menu yang aku inginkan."
"Baik Pak. "
Setelah kepergian Hadi, Farid pun menyempatkan diri untuk shalat Dhuhur terlebih dahulu, sebelum ia makan siang.
Setelah shalat, Farid pun langsung menuju restoran yang berada di lantai satu. Ia duduk di meja yang berada di dekat balkon. Tidak lama kemudian, pesanan yang sudah dipesan datang. Ada nasi lemak dan jus jeruk.
"Silahkan, Pak."
"Hem, terima kasih."
Farid pun menyantap makanannya seorang diri.
Dari kejauhan ada yang sedang membicarakan Farid. Siapa lagi kalau bukan pegawai perempuan yang bertugas di restoran.
"Siapa ya nanti jodohnya Pak Farid?"Ujar Dian
"Yang jelas bukan kamu." Sahut Fitri.
"Ya, siapa tahu kan. Haha.... "
"Sebenarnya wanita seperti apa sih yang sebenarnya dia cari. Dengar-dengar orang tuanya sudah mempertemukannya dengan beberapa wanita yang setara dengannya. Tapi dia menolak. Apa lagi yang seperti kita ini, iya kan? "
"Hei, jangan ngegosip! Ayo lanjut kerja!" Sarkas Edo.
Farid baru saja selesai makan. Ia pun meninggalkan restoran dan naik ke lantai lima untuk melihat progres pemasangan vendor dan dekorasi di aula. Kelihatannya Farid cukup puas dengan hasil kerja mereka. Farid meminta tolong kepada Hadi agar memberi intruksi kepada mereka. Setelah itu, Farid kembali turun ke ruangannya.
"Semuanya, silahkan istirahat dan makan siang dulu. Makanan sudah disiapkan." Ujar Hadi.
"Baik Pak."
Mereka pun menghentikan pekerjaannya dan makan siang.
Saat Farid melewati koridor kamar, ia mendengar adanya perdebatan di sebuah kamar yang pintunya sedikit terbuka. Diam-diam, Farid mendekati kamar tersebut.
"Jangan kurang ajar ya, Pak! Saya bisa melaporkan anda kepada manager hotel ini!"
"Huh, gadis nakal. Jangan sok jual mahal! Kamu bekerja di sini pasti membutuhkan uang kan? Saya bisa memberimu lebih dari gajimu satu bulan, asal kamu mau menemaniku satu jam saja." Ujar sang tamu seraya menyeringai dan mencekal tangan gadis tersebut .
Farid sudah tidak dapat menahan diterima lagi. Iya menendang pintu tersebut hingga terbuka dengan sempurna.
brak
Lelaki yang berusia sekitar 50 tahun itu langsung melepas tangan gadis tersebut.
"Pak, anda jangan kurang ajar ya. Hotel kami tidak menerima tamu mesum." Sarkas Farid.
"Hei... karyawan ini yang kurang ajar. Dia merayu saya dengan pura-pura mengantarkan handuk."
"Tidak-tidak! Itu bohong, Pak. Saya mengantar handuk atas permintaan bapak ini." Sanggah Siena.
Ya, gadis tersebut adalah Siena yang tadi memang diperintahkan Niki untuk menghantar handuk ke kamar 56. Ia tidak menyangka jika akan berhadapan dengan tamu yang kurang ajar.
"Pak, saya mendengar sendiri ucapan anda. Jangan menyangkal lagi! Anda bisa keluar dari hotel ini sekarang juga!" Tegas Farid.
"Huh... jangan menyesal jika saya memberi rating jelek kepada hotel ini."
"Silahkan saja! Saya juga bisa menuntut anda ke kantor polisi dengan tuduhan percobaan pelecehan dan pencemaran nama baik!"
"Kamu.... "
"Mau keluar sendiri, atau saya panggil security! Sarkas Farid.
Farid berusaha menahan diri untuk tidak berbuat kasar karena ia takut perbuatannya justru akan memberatkan nantinya.
Orang tersebut langsung mengemas bajunya, lalu memakai jas dan membawa tasnya keluar dari kamar.
Farid masih berdiri tegak dengan nafas yang tersenggal-senggal dan tangan mencengkeram.
"Ish, dasar orang tua edan!" Gerutu Siena.
Hal tersebut membuat Farid tersadar dari lamunannya. Ia pun beristigfar.
"Kamu tidak apa-apa?"
"Eh tidak apa-apa, Pak. Terima kasih sudah membantu saya, Pak."
"Sudah seharusnya. Lain kali hati-hayi. Jika masih ada orangnya di dalam kamar, kamu tidak perlu masuk."
"Saya sudah menolak untuk masuk Pak, tapi tadi bapaknya itu kekeh nyuruh masuk karena katanya kakinya kram. Ternyata bohong!"
"Ya sudah, lanjutkan lagi kerjanya."
"Baik, Pak."
Farid keluar dari kamar tersebut dan kembali ke ruangannya. Sementara Siena, ia terpana dengan ketegasan Farid.
"Udah ganteng, baik, bijaksana.... duh jadi pingin punya suami kayak Pak Farid." Lirih Siena.
Namun sejenak kemudian Siena sadar.
"Ya ampun.... otakmu perlu diupgrade, Siena. Bocil mikirnya kejauhan." Ujar Siena sambil memukul kepalanya sendiri.
Siena kembali ke ruang karyawan. Ia berniat untuk shalat Dhuhur.
Di kursi kerjanya Farid sedang berfikir tentang kejadian yang ia alami beberapa waktu yang lalu. Menurutnya Siena termasuk gadis pemberani dan kuat iman.
"Siena.... ah kenapa dia hari ini nama itu selalu ada di pikiranku." Lirihnya.
Tidak lama kemudian, handphone Farid berdering. Ummi yang menelponnya. Ternyata Ummi memintanya untuk pulang karena ada tamu di rumah. Farid pun segera beranjak dari kursinya. Sebelum keluar dari hotel, ia berpesan kepada Hadi. Setelah itu, ia pun melajukan mobilnya menuju arah pulang.
Saat di lampu merah, Farid melihat seorang pengemudi sepeda motor di sampingnya yang postur tubuhnya dari belakang mirip dengan Siena. Lagi-lagi ia ingat kepada Siena.
"Kenapa di setiap sudut ada Siena?" Batinnya, sambil menggelengkan kepala.
Lampu hijau menyala, Farid pun lanjut tancap gas.
Sebelum sampai di rumah, ia mampir ke toko buah, karena Umminya memesan buah anggur, durian, dan jeruk. Sebagai anak yang baik, Farid tentu memenuhinya.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
semangaatt teruuss