Gairah Sang Casanova

Setelah tragedi meninggalnya Maurin, Ken pergi mansion. Dia tidak pulang selama tiga hari, pria itu terus berada di kantor, dan beberapa kali menghabiskan malamnya dengan meminum-minuman haram, yang dia simpan di sebuah kamar yang ada di dalam ruangannya.

Dia cukup merasa kehilangan atas meninggalnya Maurin yang secara mendadak itu. Hingga Ken menjernihkan otaknya dengan kepulan asap bernikotin, yang entah sudah habis berapa batang.

Dan hal itu justru ditanggapi lain oleh Zoya. Gadis itu berpikir bahwa Ken pasti tengah bermain dengan perempuan lain. Pria matang itu pasti kesepian karena tidak ada lagi sang ibu yang menghangatkannya.

Entah kenapa dengan memikirkannya saja membuat Zoya merasa kesal. Kenapa dia harus hidup bersama orang seperti Ken, pria yang hanya mengandalkan na*su semata.

"Pasti dia sedang bergulat, dan membanggakan senjatanya itu. Dia benar-benar tidak peduli pada Mommy, dia hanya menginginkan tubuh Mommy," gumam Zoya, sambil menatap keluar jendela.

Tepatnya ke arah langit yang membiru, bertabur bintang. Dan entah pikiran dari mana, tiba-tiba Zoya melangkah ke arah lemari dan mengambil tas ranselnya.

"Sepertinya aku harus pergi dari mansion ini, aku tidak boleh terperangkap dengan orang seperti Daddy Ken." Zoya memasukan beberapa bajunya ke dalam tas tersebut.

Tekadnya sudah bulat, malam ini juga dia harus keluar dari mansion milik Ken. Hingga akhirnya, dia membuka jendelanya yang berada di kamarnya dan menatap ke bawah sana.

Dia dengan begitu hati-hati turun dari atas kamarnya, sambil sesekali melirik anak buah Ken yang berjaga di depan gerbang.

"Aku tidak boleh ketahuan, mereka pasti akan langsung melaporkan hal ini pada Daddy Ken."

Zoya dengan susah payah memanjat pagar. Dan beruntungnya dia berhasil, dengan cepat dia berlari menjauh dari mansion tersebut.

Berjalan ke arah jalan raya tanpa arah dan tujuan. Dan sialnya, dia tidak sekalipun membawa uang. Karena dompetnya tertinggal di atas meja rias.

"Sial, sial, sialan!" umpat gadis itu, sambil menendang-nendang batu kerikil yang menghalangi jalannya.

Harus kemana dia sekarang, bahkan dia tidak memiliki teman akrab, karena statusnya yang menjadi anak seorang wanita malam. Hanya ada satu orang yang mau dekat dengannya di kampus, dan itu pun seorang pria.

"Bagaimana ini? Apa aku akan jadi gembel sekarang?" Zoya masih setia menyusuri jalanan, dengan gumaman yang tak mendapat jawaban.

Sementara di sisi lain, Ken membawa kijang besinya untuk pulang ke rumah. Sudah cukup masanya untuk menenangkan diri, dan kini dia harus kembali mengurus Zoya. Gadis yang Maurin titipkan padanya.

Pintu gerbang dibuka oleh satu pengawal, dan kijang besi itu melesat ke dalam, berjejer dengan mobil mewah yang lain.

Penampilan Ken sedikit berantakan, tetapi tidak mengurangi ketampanannya sama sekali. Dia turun dan bergegas masuk ke dalam mansion, untuk mengecek keadaan Zoya.

"Apa dia sudah makan?" tanya Ken pada anak buahnya, dan langsung dijawab anggukan oleh pria itu.

"Di mana dia sekarang?" Ken bertanya lagi, dia membuka jas dan menggulung lengan kemejanya hingga ke siku.

"Setelah makan malam, Nona Zoya langsung masuk ke kamarnya, Tuan," jawab dia apa adanya.

Ken mengangguk, lalu membiarkan pria itu kembali berjaga. Sementara dia naik ke lantai dua, untuk memastikan Zoya benar-benar ada di kamarnya.

Pria itu mencoba mengetuk pintu. "Zoy, ini Daddy. Apa kamu ada di dalam?" tanyanya.

Namun, hingga beberapa saat. Tak ada sahutan apapun dari dalam. Dan hal itu membuat Ken curiga. Dia mencoba memutar kenop pintu, dan hasilnya tidak dikunci sama sekali, Ken masuk ke dalam sana untuk mencari Zoya.

"Zoya, di mana kamu?" Ken berteriak, dia mengecek ke kamar mandi, dan juga balkon, bahkan sampai ke ruang ganti, dan wajahnya sudah tampak pias karena tidak mendapati Zoya di mana pun.

Ken mendesah kesal, dia meninju udara di sekitarnya karena Zoya benar-benar tidak ada di kamarnya. Apalagi saat dia melihat gorden jendela itu tersibak, dan ternyata jendela itu terbuka.

"Damn it!"

Akhirnya pria itu belari menuruni anak tangga, menuju ke halaman rumah.

Begitu sampai di sana, Ken langsung berteriak ke seluruh anak buahnya. "Cepat cari Zoya, jangan pulang sebelum kalian menemukannya!"