NovelToon NovelToon
MIRORR SIDE(Sisi Lain Diriku)

MIRORR SIDE(Sisi Lain Diriku)

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Persahabatan / Romansa / Tamat
Popularitas:642
Nilai: 5
Nama Author: Fanesya elyin

Reksa pemuda tampan yang berusia 20 tahun,ia memiliki rahasia yg ia sembunyikan yaitu memiliki hobi makeup hingga menjadi vloger beauty/selegram terpopuler,banyak brnd terkenal yang ingin mengendorsnya.shutt...ini kisah Reksa tidak ada yang tau kecuali dirinya sendiri.

no plagiat.
real karya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fanesya elyin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 35

Setelah puas berkeliling dan makan, mereka memutuskan masuk ke toko pakaian anak-anak. Theo terlihat sibuk mencoba topi-topi lucu, sementara Bagas dan Reksa berdiri di belakangnya, tertawa pelan melihat tingkah bocah itu yang mematut diri di cermin.

“Pii, yang ini lucu nggak?” tanya Theo sambil mengenakan topi bebek kuning.

Reksa jongkok. “Lucu banget, tapi kamu lucuan sih.”

Bagas mencubit pelan pipi Theo. “Papa beli deh, cocok.”

Di saat itulah, seseorang dari sisi lorong berhenti mendadak.

Cewek muda, sekitar awal 20-an, membawa tote bag dengan gambar brush make-up. Ia menatap tajam ke arah mereka—lebih tepatnya ke arah Reksa. Matanya melebar.

“Eh… kamu… ini… bukan yang dari akun Reina?!”

Reksa langsung membeku. Bagas reflek berdiri lebih tegak, menutupi sedikit posisi mereka dari arah cewek itu. Theo malah melambaikan tangan, polos.

“Hai, Kakak~”

Cewek itu mengerjap. “Eh? Anaknya siapa tuh?”

Bagas cepat-cepat tersenyum ramah. “Keponakan. Lagi nemenin dia jalan-jalan aja.”

Tapi cewek itu tetap menatap Reksa tak berkedip. “Tapi… kamu Reina yang aslinya cowok?sumpah aku ngefans bgt”

Reksa menahan napas. Senyum tipis muncul, tapi wajahnya tetap tenang.

“ah...makasih kak,kalo gitu kita pamit ya” ujarnya dengan suara rendah dan dalam, sedikit berbeda dari biasanya.

Tapi cewek itu mulai curiga, apalagi saat melihat tangan Reksa memegang tangan Theo.

“Dia lucu banget,aku liat dia di konten mu. Anak kamu ya?” celetuknya sambil setengah bercanda.

Sebelum siapa pun sempat jawab, Theo berkata pelan sambil mengangguk:

“Iya. Ini Papa, itu Pii.”

Cewek itu kaget. “HAH?!”

Reksa dan Bagas refleks saling pandang.

Reksa langsung tertawa canggung. “Anak ini suka ngarang-ngarang. Dia lagi fase suka manggil siapa aja Papa sama Pii.”

Bagas cepat mengangkat Theo dan tertawa, “Kita pergi dulu ya, Kak. Makasih udah nyapa!”

Mereka bertiga buru-buru meninggalkan toko. Di luar, Reksa nyaris menggerutu.

“Ini beneran deg-degan,” desisnya sambil mengusap wajahnya sendiri.

Bagas hanya menggeleng, menahan senyum. “Gimana kalau nanti foto kita tersebar? Siap siap trending.”

Theo malah tertawa di gendongan Bagas. “Papa Pii… kita artis ya?”

Reksa menepuk jidat pelan. “Kita bisa beneran jadi headline besok…”

...

Mobil kecil mereka melaju keluar dari parkiran mall dengan cepat, suasana dalam kabin sunyi—setidaknya selama lima menit pertama. Bagas menyetir sambil mencuri pandang ke kaca spion, memastikan nggak ada yang mengikuti. Reksa duduk di depan dengan masker sudah diturunkan, mengelus pelipisnya sendiri.

“Gue panik sumpah,” gumam Reksa. “Baru kali ini hampir ketauan segitunya.”

“Ya siapa suruh lo terus-terusan gandeng Theo,” sahut Bagas sambil melirik.

“Dia tadi takut ilang!”

“Pii,” suara kecil dari belakang menyela, “kenapa kita lari?”

Reksa menoleh. Theo duduk manis di car seat belakang sambil memeluk sandal barunya.

“Kita nggak lari, Sayang. Kita… berpindah tempat. Liburan dadakan.”

Theo memiringkan kepala. “Liburan? Ke mana?”

Bagas tiba-tiba tersenyum kecil. “Pantai. Gimana? Kita nggak bawa baju ganti, tapi siapa peduli.”

Reksa menatapnya dengan kaget. “Serius? Ini random banget.”

Bagas mengangkat bahu. “Daripada pulang dan paranoid. Pantai kosong sore-sore gini. Santai bentar lah.”

Satu Jam Kemudian – Pantai Pinggir Kota

Mereka sampai di pantai kecil yang cukup sepi. Matahari mulai turun, langit memerah keemasan. Angin laut meniup rambut Reksa yang sekarang dibiarkan berantakan, hoodie-nya tetap melekat, sementara Bagas menggulung celananya sampai betis. Theo? Sudah lari-lari sambil jingkrak-jingkrak di pasir.

“Papa! Pii! Ada kepiting kecil!”

Bagas tertawa dan mengejar Theo yang berlari ke arah ombak. Reksa mengikut dari belakang, awalnya ragu buat nyeker, tapi akhirnya pasrah juga.

“Pakaiannya nggak proper, kita nggak bawa baju ganti, dan bisa masuk angin,” keluhnya.

“Dan kamu tetap nyusul juga, berarti udah kalah dari logika,” ejek Bagas.

Mereka bertiga akhirnya duduk di bibir pantai, kaki masuk air. Theo duduk di pangkuan Bagas, memainkan busa ombak, sementara Reksa merebahkan diri di pasir.

“Gila, ini nyenengin banget,” gumam Reksa.

Bagas menatapnya. “Udah jarang banget kita bisa begini, ya.”

Theo tiba-tiba mengangkat wajah. “Papa Pii…”

“Hm?” jawab keduanya bersamaan.

“Kita kayak keluarga beneran ya…”

Keduanya terdiam. Angin sore meniup lembut, dan sejenak, mereka hanya saling pandang.

Bagas lalu mengusap kepala Theo. “Kamu emang keluarga kita, Sayang.”

Reksa mengangguk pelan. “Dan kita... mungkin bukan kayak keluarga biasa. Tapi kita tetap keluarga, kan?”

Theo tersenyum senang.

“Papa… Pii… ayo bikin istana pasir!”

Bagas dan Reksa hanya bisa pasrah.

“Ya udah, Pii duluan gali. Papa ngatur fondasinya ya,” ucap Riyan sok serius.

“Dasar mandor,” sahut Reksa sambil ketawa.

..

Tbc

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!