Claire Jenkins, seorang mahasiswi cerdas dari keluarga yang terlilit masalah keuangan, terpaksa menjalani prosedur inseminasi buatan demi menyelamatkan keluarganya dari kehancuran.
Lima tahun kemudian, Claire kembali ke Italia sebagai penerjemah profesional di Istana Presiden. Tanpa disangka, ia bertemu kembali dengan anak yang pernah dilahirkannya Milo, putra dari Presiden Italia, Atlas Foster.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Claire duduk di tepi tempat tidur Pandangannya melayang ke luar jendela, Suara gemericik air mancur terdengar samar, seolah mengiringi kebimbangan yang menggelayuti hatinya.
"Andai saja aku laki-laki," gumamnya pelan, tangannya meremas ujung selimut.
Nora yang sedang merapikan lemari menoleh, lalu berjalan mendekat dan duduk di samping Claire, kedua tangannya menyentuh bahu sahabatnya dengan lembut.
"Kenapa kau selalu berkata seperti itu?" Nora tersenyum hangat, matanya menatap Claire dengan penuh perhatian. "Kamu adalah wanita yang luar biasa, Claire. Tidak ada yang perlu kau ubah dari dirimu."
Claire menghela napas panjang, lalu menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. "Pesta pertunangan Millie dan Thomas nanti jam 11 siang. Aku bahkan tidak punya baju yang pantas untuk dipakai. Apa yang harus kulakukan?"
Nora turun dari tempat tidur, berdiri di samping Claire dengan ekspresi yang tiba-tiba berubah serius. "Kau benar-benar akan pergi ke sana?"
Claire menoleh menatap sahabatnya. "Memangnya kenapa? Mereka keluargaku."
Nora mengerutkan kening, tampak merenung sejenak. Kemudian, dengan gerakan cepat, ia menarik lengan Claire dan berkata dengan semangat, "Cepat mandi dan bersiap-siap. Kau akan ikut denganku."
"Untuk apa?" Claire duduk bangkit, bingung.
"Kita akan melakukan transformasi total untukmu!" Nora menyeringai nakal. "Aku tidak akan membiarkan sahabatku pergi dengan penampilan seadanya ke pesta pertunangan yang seharusnya menjadi milikmu."
Claire terdiam, merasakan kehangatan yang mengalir di dadanya. Memiliki sahabat seperti Nora memang adalah berkah terbesar dalam hidupnya.
**
Nora membawa Claire ke boutique eksklusif termewah di Roma. Meskipun masih pagi, toko tersebut sudah terbuka khusus untuk mereka, setelah Nora menelepon sebelumnya.
"Selamat pagi, Signorina Greene," sapa manajer toko dengan hormat. "Kami telah menyiapkan beberapa koleksi terbaik untuk Signorina Jenkins."
Claire mengamati beberapa gaun yang dipajang di depannya. Matanya tertuju pada dua pilihan: gaun hitam ketat selutut dan gaun midi berwarna lotus dengan detail rumbai yang elegan.
"Coba yang hitam dulu," usul Nora sambil duduk di sofa mewah, kakinya yang jenjang disila dengan anggun.
Claire mengenakan gaun hitam tersebut. Potongannya sangat pas di tubuhnya, mengikuti lekuk tubuh dengan sempurna. Namun, gaun itu terasa terlalu berani untuk seleranya.
"Sempurna!" seru staf toko dengan antusias. "Gaun ini seolah dibuat khusus untuk Anda, Signorina."
Nora mengangguk setuju. "Benar sekali. Lihatlah, Claire. Gaun itu membuat siluetmu terlihat menawan."
Claire menatap pantulan dirinya di cermin, namun tidak merasa yakin. Tanpa berkata apa-apa, ia kembali ke ruang ganti untuk mencoba gaun kedua.
Ketika Claire keluar dengan gaun berwarna lotus, mata Nora langsung berbinar. Ia melompat dari sofa dengan wajah berseri-seri.
"Astaga, Claire! Ini dia!" Nora mendekati sahabatnya, memegang kedua bahunya dan membalikkan tubuh Claire perlahan. "Dengan gaun hitam tadi, kau terlihat seperti mata-mata yang mematikan. Tapi dengan gaun ini, kau seperti dewi yang turun dari surga."
Para staf toko juga terpesona melihat Claire. Gaun yang sebenarnya sederhana itu terlihat luar biasa di tubuh Claire, memberikan aura yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Claire tersenyum sambil kembali memandang cermin. "Tapi ini adalah hari pertunangan Millie. Kenapa aku harus tampil lebih menawan dari dia?"
"Tentu saja kau harus tampil lebih menawan!" Nora tampak kesal dengan pertanyaan itu. "Kau sudah terlalu lama membiarkan Millie yang egois itu menginjak-injak harga dirimu. Thomas dulunya adalah kekasihmu, Claire. Sekarang dia justru akan bertunangan dengan adik tirimu, dan kau masih berniat memberikan restu dengan tulus?"
Claire terdiam, merasakan kembali luka lama yang mulai menganga.
"Pakai gaun ini, dan jangan pernah melepaskannya," perintah Nora dengan nada yang tidak bisa dibantah. "Jika kau berani melepaskannya, aku akan putus persahabatan denganmu."
Claire menatap sahabatnya, kemudian tersenyum lembut. "Baiklah, aku akan menurut padamu."
**
Setelah memilih gaun, Nora membawa Claire ke salon kecantikan terkenal di Roma. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk tata rias dan penataan rambut. Ketika selesai, Claire terlihat benar-benar berbeda seperti seorang putri yang siap menghadiri pesta kerajaan.
Di depan Hotel Palazzo, hotel bintang lima tempat pesta pertunangan akan dilangsungkan, Nora menghentikan mobilnya.
"Kau yakin tidak mau aku temani masuk?" tanya Nora dengan nada khawatir.
Claire memang terlalu baik hati dan mudah dimanfaatkan. Selama ini, ia selalu diperlakukan tidak adil oleh keluarganya. Bahkan ibu tirinya pernah meminta Claire melakukan hal yang tidak senonoh demi uang.
Claire berbalik menatap Nora dengan senyuman yang menenangkan. "Kenapa? Kau takut aku akan dimakan hidup-hidup?"
Nora mengangkat alis. "Siapa tahu."
Claire tertawa pelan. "Jangan khawatir, aku sudah bersiap untuk ini."
"Baiklah, hubungi aku jika terjadi sesuatu," Nora berkata sambil memeluk Claire erat.
Claire mengangguk, kemudian keluar dari mobil. Ia berdiri di trotoar, memperhatikan mobil Nora menjauh hingga hilang dari pandangan. Setelah itu, ia berbalik dan berjalan menuju hotel megah di belakangnya.
Powell Corporation kini telah menjadi konglomerat terbesar di Roma. Keluarganya memiliki bisnis yang cukup sukses dalam beberapa tahun terakhir. Pesta pertunangan antara putra tunggal keluarga Powell dan putri keluarga Jenkins tentu saja merupakan acara yang sangat prestisius.
Claire berjalan dari trotoar menuju lobi hotel dengan langkah yang mantap, mkulitnya yang putih mulai memerah karena terik matahari.
Pesta pertunangan Thomas dan Millie diselenggarakan di ballroom lantai empat hotel. Ketika Claire tiba, acara hampir akan dimulai.
"Selamat siang, Signorina. Apakah Anda memiliki undangan?" tanya seorang pelayan di pintu masuk dengan senyuman sopan.
Claire tersenyum tipis. "Saya Claire Jenkins, dari keluarga Jenkins."
Pelayan itu mengamati Claire dari atas ke bawah. Melihat penampilan dan auranya, Claire memang tampak tidak berbohong. Ia langsung mengangguk dan mempersilakan Claire masuk.