NovelToon NovelToon
CEO Sadis Yang Membeli Keperawananku

CEO Sadis Yang Membeli Keperawananku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: GOD NIKA

Demi menyelamatkan keluarganya dari utang, Lana menjual keperawanannya pada pria misterius yang hanya dikenal sebagai “Mr. L”. Tapi hidupnya berubah saat pria itu ternyata CEO tempat ia bekerja… dan menjadikannya milik pribadi.
Dia sadis. Dingin. Menyakitkan. Tapi mengapa hatiku justru menjerit saat dia menjauh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GOD NIKA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayang - Bayang di Balik Nama

Pagi yang Penuh Jawaban

Sinar matahari menembus tirai kamar saat Lana membuka mata. Leon masih terlelap di sebelahnya, tangannya menggenggam jemari Lana seolah takut kehilangan. Setelah kejadian di galeri kemarin, tidur menjadi barang langka. Tapi malam tadi, tubuh mereka terlalu lelah untuk melawan rasa kantuk.

Lana bangkit perlahan, mencoba tak membangunkan Leon. Ia mengambil flashdisk dari meja dan berjalan pelan ke ruang kerja. Di sana, Dika dan Aluna sudah menunggu. Keduanya sempat kaget saat Lana menyerahkan flashdisk itu dengan wajah tegang.

"Ini dari Adrian," ucap Lana. "Kita harus tahu apa isinya sebelum mereka datang lagi."

Dika langsung menancapkan flashdisk itu ke sistem isolasi. Layar monitor menampilkan deretan folder yang rapi dan bertanggal, beberapa bahkan sudah lebih dari lima tahun lalu.

Aluna membaca cepat beberapa file. "sebagian ini data dari server Titan lama... yang katanya sudah dihancurkan."

"Adrian pasti menyalin semuanya sebelum data nya hilang," kata Dika.

Lana menunjuk folder bernama "BLACKLIST - PERSONNEL." Ia membukanya perlahan, dan di dalamnya ada sederet nama lengkap, beserta kode proyek dan status, Aktif, Dibuang, Diamankan, Dan Dihilangkan.

Mereka bertiga saling pandang saat menemukan satu nama dengan status "Diamankan", lalu berubah menjadi "Aktif Kembali."

Vincent Agra P.

Lana menarik napas keras. "Dia bukan cuma sekedar informan. Dia... ternyata bagian dari mereka juga."

Dika mengetik cepat. "Aku akan coba cari rekam jejak terakhirnya."

Beberapa detik kemudian, layar menampilkan video pendek, rekaman kamera pengawas yang diambil tiga minggu lalu di pelabuhan pribadi milik perusahaan bawah tangan. Vincent terlihat turun dari mobil SUV gelap, berjalan berdampingan dengan seseorang yang wajahnya diblur.

"Coba kamu bersihkan gambarnya," pinta Lana.

Aluna menyipitkan mata ke arah layar. "Gaya berjalannya... aku rasa pernah melihatnya."

Dika mengangguk. "Gue juga." Ia menekan beberapa tombol. Wajah pria yang menyertai Vincent mulai terlihat. Perlahan, detailnya muncul, Bintang Surya Mahendra.

Lana menegang. "CEO Meridien."

Aluna terbelalak. "Dia... dia yang memberi modal utama proyek ORION."

Puzzle itu mulai utuh. Meridien, Titan, dan Aeternum bukan berdiri terpisah. Mereka bagian dari satu jaringan. Dan Vincent adalah jembatan di antara keduanya.

Duri dalam selimut.

Perpecahan dalam Tim

Ketika Leon akhirnya bangun dan bergabung, Dika menjelaskan semua yang mereka temuan. Leon tak mengatakan sepatah kata pun selama beberapa menit. Ia hanya menatap layar, seolah tak percaya.

"Vincent, orang yang aku percayai...," gumamnya. "Dia ikut membentuk fondasi Aeternum bersamaku."

Aluna mendekat. "Mungkin dulu dia tulus. Tapi jelas, dia sudah berubah. Atau... dia memang menyamar sejak awal."

Leon menoleh ke Lana. "Kita harus bertemu langsung dengan dia."

Lana mengangguk. "Tapi tidak dalam posisi lemah. Kita harus tahu semua kartu dia, sebelum menunjukkan milik kita."

Dika berdiri. "Aku bisa retas komunikasi terakhir dia. Kalau kita beruntung, ada lokasi atau waktu pertemuan berikutnya."

Tebusan Masa Lalu

Sore itu, Lana duduk sendirian di ruang kerja kecil di rumah mereka. Ia membuka satu folder dari flashdisk yang tak sempat dipelajari pagi tadi: "INTERNAL MESSAGE - L.R."

Isi folder itu membuat hatinya mencelos. Ada puluhan email, sebagian dikirimkan dari akun lama Leon saat masih menjadi kepala strategi di Titan.

Salah satu email paling lama berbunyi:

"Kalau aku harus mengorbankan relasiku dengan ayahmu demi melindungi perusahaan, aku akan lakukan. Tapi jangan minta aku ikut dalam sistem ini. Kita membangun Titan untuk kebaikan, bukan untuk menyembunyikan uang kotor."

Leon R.

Lana membaca dan mengulanginya dalam hati. Itu email yang dikirim Leon ke Vincent, lima tahun lalu, saat mereka masih berteman dekat. Bahkan sebelum Lana mengenal Leon lebih jauh.

Tiba-tiba semuanya terasa lebih dalam. Leon sudah lama menolak sistem yang sekarang mereka lawan. Ia bukan sekadar pahlawan instan. Ia pernah berjuang dalam diam, sendirian.

Saat Leon masuk ke ruangan, Lana menatapnya dengan mata yang sedikit basah.

"Kamu tahu... kadang aku berfikir kamu itu terlalu keras kepala," katanya pelan.

Leon tertawa kecil. "Dan kamu benar."

"Tapi sekarang aku tahu... kamu juga keras karena kamu pernah berdiri sendirian untuk waktu yang terlalu lama."

Leon duduk di sampingnya, meraih tangannya. "Tapi sekarang aku nggak sendiri lagi, Aku punya kamu yang selalu ada disampingku."

Jebakan Dua Arah

Malamnya, Dika berhasil melacak percakapan antara Vincent dan salah satu eksekutif Meridien.

"Ada rencana pertemuan di hotel milik grup mereka, dua malam lagi. Tapi sepertinya... itu bukan cuma sekedar pertemuan biasa."

Lana menyipitkan mata. "Apa maksudmu?"

"Percakapan mereka memakai istilah ‘pengalihan aset’ dan ‘penutupan celah bocor’. Kayaknya... mereka mau membungkam seseorang."

Aluna berdiri. "Bisa jadi targetnya Adrian. Atau mungkin… kita."

Leon mengangguk. "Ini waktunya kita balik mempermainkan mereka."

Lana menyusun rencana. "Kita akan membuat jebakan. Kita biarkan mereka berpikir kita datang untuk negosiasi... tapi sebenarnya kita yang memegang kendali."

Leon mengangguk pelan. "Kita akan rekam pertemuan itu, pasang pelacak, dan sebarkan data ke media cadangan kalau sesuatu terjadi.*

Dika menambahkan, "Aku bisa aktifkan protokol penyebaran otomatis. Sekali trigger dipicu... semua kebusukan itu akan muncul ke publik."

Lana berdiri. "Mereka pikir kita catur yang bisa digerakkan. Tapi mereka lupa... kita juga bisa jadi api yang membakar papan."

katanya sambil menggerakan tinju kecilnya. 

Penerobosan

Keesokan harinya, Lana dan Aluna pergi diam-diam ke salah satu kantor lama Titan yang sudah ditutup. Menurut peta server di flashdisk, salah satu node jaringan ilegal masih aktif di sana.

Gedung itu gelap, listrik hanya menyala di satu lantai. Lana membuka pintu dengan kartu akses lama yang entah kenapa masih berfungsi.

Di dalam, mereka menemukan satu ruangan dengan pendingin udara menyala. Di dalamnya, dua komputer besar, satu server, dan satu printer dot-matrix yang masih terhubung ke sistem lama.

Aluna mengetik cepat. "Ternyata masih ada koneksi dengan jaringan lama. Aku bisa tarik histori pengeluaran dana, lihat siapa yang tandatangan."

Lana mengawasi pintu, matanya waspada. Suara printer mulai berdetak, mencetak dokumen tebal dari dalam database.

Aluna mengambilnya. "Ini dia. Semua aliran dana ke rekening fiktif. Dan... ada satu nama yang nggak kusangka."

Ia menunjuk lembar terakhir. Nama yang tertulis di sana.

Kirana Astari.

Lana menegang. "Itu... nama ibu Leon."

Aluna menatapnya dengan wajah syok. "Apa dia masih hidup?"

Lana menggeleng cepat. "Enggak. Dia meninggal dua tahun lalu. Tapi... artinya dia pernah terlibat."

Lana mengambil berkas itu, menyimpannya di dalam tas. "Jangan bilang ke Leon dulu. Aku ingin tahu kebenarannya lebih lengkap."

Akhir Hari, Dan Awal Luka

Malamnya, Lana duduk di halaman belakang, memandangi langit yang penuh dengan bintang. Di tangannya, berkas tentang Kirana. Di dalam hati, pertarungan mulai muncul, antara menjaga Leon dari luka lama, atau memberi tahu semua kebenaran nya.

Leon datang dan duduk di sampingnya. "Besok kita mulai operasinya."

Lana mengangguk.

Leon menatapnya dalam. "Ada sesuatu yang mengganggu mu?"

Lana menunduk. "Kalau aku nemu sesuatu tentang masa lalu keluargamu... kamu mau tahu sekarang? Atau nanti?"

Leon tak menjawab cepat. Ia berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Sekarang."

Lana menyerahkan berkas itu. "Aku belum tahu semuanya. Tapi nama ibumu ada di jalur dana ilegal Titan, sebelum kamu keluar dari sana."

Leon membuka lembar demi lembar. Matanya tidak berkedip. Tangannya sedikit gemetar.

"Ini..." Ia terdiam. "Aku tahu dia pernah kerja di bagian keuangan. Tapi aku kira hanya admin biasa..."

Lana meraih tangannya. "Mungkin dia korban sistem. Mungkin dia dipaksa. Tapi apapun itu, kamu nggak sendirian dalam menghadapi nya."

Leon menatapnya, ada luka yang muncul di balik kekuatan. Tapi juga ada penerimaan. "Kalau dia memang terlibat... maka kita harus tetap bongkar semuanya. Bahkan kalau nama keluargaku ikut terbakar."

Dan malam itu, mereka bersiap untuk pertempuran terakhir.

Karena konspirasi bukan lagi tentang perusahaan atau uang, tapi tentang warisan, kebenaran, dan cinta yang tetap memilih berdiri meski badai terus menguji.

Jangan lupa dukungannya🙏🥰

1
Risa Koizumi
Bikin terhanyut. 🌟
GOD NIKA: Terima kasih🙏🥰🥰
total 1 replies
Mít ướt
Jatuh hati.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!