Drabia tidak pernah di sentuh suaminya selama menikah. Karena sebelumnya Ansel mendengar gosib tentang dirinya yang pernah tidur dengan pria lain sebelum menikah.
Di saat Ansel akan menceraikannya, Drabia pun meminta satu hal pada Ansel sebagai syarat perceraian. Dan setelah itu jatuhlah talak Ansel.
Apakah yang di minta Drabia?, akan kah Ansel memenuhi permintaan Drabia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06.Dompet
"Tutup mulutmu !"
Drabia langsung terlonjak mendengar suara keras Ansel yang tiba tiba.
"Aku gak ridho Ansel. Aku gak ridho kamu bersama wanita lain" isak tangis Drabia.
Ansel berdecih dan tersenyum miring, gak rhido?." Aku yang gak ridho memiliki istri bekas pria lain Drabia Salfadilah, aku!." Ansel menunjuk dadanya sendiri.
"Tapi aku tidak sengaja Ansel, itu musibah Ansel" lirih Drabia.
Kenapa tidak ada satupun orang percaya, kalau kejadian malam itu bersama Pak Kevin adalah sebuah musibah. Namun siapa yang percaya?, mengingat Drabia dulu gadis bebas yang tidak terkendali.
Seperti biasa Ansel akan mengedikkan bahunya, enggan mendengar penjelasan Drabia. Ansel pun melanjutkan langkannya naik ke lantai dua rumah itu, masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil berkasnya yang tertinggal.
Sedangkan Drabia melangkahkan kakinya gontai sambil menghapus air matanya ke luar rumah.
"Drabia, kamu kenapa menangis?." Ternyata saat Drabia keluar pintu, Lea sudah datang untuk menjemputnya.
Drabia tidak menjawab, ia langsung memeluk Lea dan kembali terisak. Lea pun langsung membalas pelukan Drabia dan mengusap usap punggungnya.
"Sabar ya, semuanya akan indah pada waktunya. Percayalah, Tuhan itu tidak tidur. Sekarang keimananmu sedang di uji kekuatannya. Sampai dimana kamu mampu bertahan untuk berhizrah" ucap Lea menenangkan, bisa menebak Drabia baru mendapat hinaan dari Ansel.
Drabia menganggukkan kepalanya dan menghapus air matanya. Benar kata Lea, di sedang di uji, atau mungkin Tuhan sedang menghukumnya.
Drabia dan Lea pun melangkahkan kaki mereka dari teras rumah itu, masuk ke dalam mobil Lea yang terparkir tepat di samping mobil Ansel.
Seorang wanita memperhatikan mereka berdua dari dalam mobil Ansel. Wanita itu mengerutkan keningnya, merasa seperti mengenal Drabia.
Setelah Lea melajukan mobilnya, tak lama kemudian Ansel keluar dari dalam rumah membawa map di tangannya.
"Siapa wanita itu?, kenapa dia menangis?. Sepertinya aku mengenal wajahnya" cerca wanita bernama Hafshah itu setelah Ansel duduk di kursi kemudi.
Ansel mengulas senyumnya ke arah gadis cantik itu." Dia sepupuku, namanya Drabia" jawabnya dengan tenang.
"Kenapa dia menangis?" tanya wanita itu lagi.
"Dia orangnya seperti itu, cengeng dan manja" jawab Ansel lagi berbohong.
Hafshah diam memandangi wajah Ansel yang sudah mulai melajukan kenderaannya. Kemudian memandang lurus ke depan memperhatikan kenderaan di depan mereka. Mobil Lea yang sedang melaju membawa Drabia.
.
.
Sampai di sebuah parkiran mall, setelah memarkirkan mobilnya dengan sempurna. Lea dan Drabia sama sama keluar dari dalam mobil dan langsung masuk ke dalam Mall.
Sampai di dalam salah satu restoran, Drabia menyapa seseorang yang sudah menunggunya dari tadi.
"Assalamu alaikum, selamat pagi menjelang siang Pak" sapa Drabia tersenyum ramah.
"Walaikum salam" balas pria itu menangkupkan telapak tangannya di depan dada, melihat Drabia melakukan hal itu." Silahkan duduk." Kemudian pria itu mempersilahkan Drabia dan Lea untuk duduk.
"Trimakasih, maaf sudah membuat Bapak menunggu" balas Drabia.
"Saya juga baru sampai" balas Pria itu, kemudian memanggil pelayan, dan memesan minuman untuk mereka.
"Oh ya, saya langsung ke intinya saja Pak. Mmm...sejauh ini, sudah bagaimana penyelidikan Bapak tetang kasus saya?" tanya Drabia.
"Jangan memanggil Bapak, saya masih muda. Dan juga biar lebih santai, panggil saja nama saya" ucap Pria itu ramah.
Drabia tersenyum," baiklah, Pak Irham."
Irham adalah orang yang di tugaskan Pak Kevin untuk menyelidiki siapa orang yang telah menjebaknya dan Drabia, sehingga berahir di dalam salah satu kamar hotel. Dan Menyebarkan photo mereka saat tertidur pulas menampakkan tubuh bagian atas mereka.
"Menurut saya, kejadian itu sudah di rencanakan matang matang sebelumnya. Dan sebenarnya target mereka bukan kamu. Mereka hanya memanfaatkan kamu untuk menjebak Pak Kevin" jelas Irham.
Drabia menghela napasnya," apa maksud orang itu menjebak Pak Kevin?."
**
Kilas balik
Drabia melangkahkan kakinya ke luar dari dalam Club dalam keadaan sedikit mabuk, tak sengaja menginjak seseuatu.
'Dompet' batin Drabia saat mengangkat kakinya dari atas benda yang di pijaknya. Drabia mengambil dompet itu dan membukanya untuk melihat siapa pemilik Dompet itu.
"Kevin Wijaya" gumam Drabia membaca kartu nama yang ada di dalam dompet tersebut.
Melihat isinya penuh dengan kartu dan uang, Drabia pun memutuskan menghubungi pemilik no telepon yang ada di kartu nama itu, untuk mengembalikan dompet tersebut.
"Halo!" sapa Drabia lalu meringis merasakan kepalanya sedikit pusing.
"Dengan siapa?" tanya seorang pria di balik telepon. Drabia yakin, pria itu adalah pemilik dompet di tangannya.
"Saya menemukan dompet, pemiliknya atas nama Kevin Wijaya" ucap Drabia tanpa ingin memberitahu siapa namanya.
"Astaga!" pria itu meraba raba saku celananyan ternyata dompetnya sudah tidak ada." Bisa minta tolong antar ke tempat saya sekarang. Saya sedang berada di restoran yang ada di hotel XX" ucap pria itu." Saya minta tolong. Saya terlanjur membuat janji dengan teman saya di sini. Saya sedang menunggunya" mohon pria itu.
"Tapi Pak..."
"Saya mohon" potong pria itu cepat.
"Baiklah" ucap Drabia, tidak ada salahnya membantu orang, bukan?, pikirnya.
Setelah sambungan teleponnya terputus. Drabia pun masuk ke dalam mobilnya, menyetir sendiri meski dalam keadaan mabuk.
sampai di alamat hotel yang di katakan pria itu. Drabia langsung masuk ke dalam restoran hotel itu. Memutar pandangannya mencari pria pemilik dompet itu, meski tidak tau seperti apa wajah pria itu.
"Ada yang bisa di bantu Nona?" tanya seorang pelayan kepada Drabia yang masih berdiri di dekat pintu.
"Aku akan menemui seseorang di sini. Saya akan menghubungi orangnya dulu" jawab Drabia sedikit mengernyit merasakan kepalanya pusing. Drabia pun mengeluarkan handphonnya dari dalam tas kecilnya, dan langsung melakukan panggilan.
Pelayan itu pun mengangguk sambil tersenyum, dan langsung berlalu dari depan Drabia.
"Halo, saya sudah berada di dalam restoran" ucap Drabia setelah no yang di hubunginya tersambung.
"Saya di meja barisan sebelah kanan" balas pria itu.
Pandangan Drabia pun langsung mengarah ke barisan meja sebelah kanan restoran itu. Drabia langsung melangkahkan kakinya ke arah pria yang sedang melambaikan tangan ke arahnya.
"Ini dompetnya Pak, di cek dulu, mana tau ada yang hilang" ucap Drabia sembari meletakkan dompet di tangannya ke atas meja.
Pria bernama Kevin itu tersenyum."Trimaksih, silahkan duduk dulu" ucap Pak Kevin dan langsung menyimpan dompetnya ke dalam saku celananya. Dia tidak perlu memeriksa isi dompetnya. Jika uang di dalamnya hilang, itu tidak seberapa baginya. Jika ada kartunya yang hilang, cukup memblokirnya dan mengganti yang baru, gampang.
"Saya langsung pergi aja Pak" tolak Drabia.
"Oh! kalau begitu sekali lagi, terimakasih. Ambil kartu ini, jika suatu saat butuh bantuan, jangan sungkan meminta bantuan pada saya." Pria bernama Kevin itu memberikan kartu namanya pada Drabia.
"Kalau begitu saya permisi" setelah menerima kartu nama itu, Drabia berlalu meninggalkan pria itu. Namun Drabia tidak langsung ke parkiran mobilnya, melainkan memesan kamar hotel untuknya. Karena tak mungkin Drabia pulang ke rumah dalam keadaan mabuk.
Setelah mendapatkan kunci kamar, Drabia melangkahkan kakinya masuk ke dalam lif untuk naik ke lantai atas. Di dalam lif, pandangan Drabia tiba tiba berubah gelap saat merasakan seseorang menyemprot hidungnya. Drabia jatuh pingsan dan tak tau apa apa lagi.
*Bersambung