Lin Muwan terkubur di makam kuno Permaisuri Qing dari Era Jingyuan yang tidak dikenal ketika menjalankan misi mencari jejak sejarah.
Namun, dia kemudian terbangun di tubuh selir Pangeran Kesembilan Dinasti Jing yang dibenci karena merupakan keturunan pemberontak. Lin Muwan kemudian menyadari bahwa dia datang ke masa saat Permaisuri Qing hidup.
Plum dan aprikot yang mekar di taman adalah kesukaannya, namun kehidupan yang bagus bukan miliknya. Hidupnya di ujung tanduk karena harus menghadapi sikap suaminya yang sangat membencinya dan masih mencintai cinta pertamanya. Dia juga mau tidak mau terlibat dalam persaingan takhta antara putra Kaisar Jing.
Pangeran Kedua yang lemah lembut, Pangeran Keempat yang penuh siasat, Pangeran Kesembilan yang dingin, siapakah di antara mereka yang akan menjadikannya Permaisuri? Dapatkah dia kembali ke kehidupan asalnya setelah hidupnya di Dinasti Jing berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 7: KEINGINAN YANG KUAT
Tiga jam kemudian, suara berisik dari sesuatu yang keras terdengar semakin mendekat. Murong Changfeng menyeret kaki kanannya yang terluka ke bibir gua, hanya untuk melihat wanita bertubuh mungil dengan selapis pakaian tipis putih itu menyeret sebuah rakit bambu sederhana dengan tangan kirinya dengan susah payah.
Rakitnya terbuat dari lima batang bambu dan kedua ujungnya diikat dengan tali dari bambu. Itu dibuat dengan terburu-buru, sehingga beberapa bagian atasnya dipotong dengan tidak rapi.
Lin Muwan menyeretnya sekuat tenaga ke bibir danau, lalu menendangnya sampai rakit tersebut mengapung.
Lin Muwan berbalik kembali ke dalam gua, melemparkan pedang Murong Changfeng lalu mengambil sisa pakaiannya. Hujan sudah berhenti turun, dan ia kira ini saatnya untuk kembali ke perkemahan utama.
Saat dia memakai sisa pakaian luar, matanya tanpa sengaja melirik Sheng Jiayin yang juga sedang menatapnya dari dekat api unggun.
Oh, gadis nomor satu itu pasti merasa kedinginan. Lin Muwan tidak mau bicara dengannya, mengabaikannya dan keluar. Dia bahkan mengabaikan Murong Changfeng yang masih berdiri di bibir gua.
“Kalau kalian masih betah tinggal di sini, silakan tinggal. Aku tidak akan meninggalkan rakitku untuk kalian,” ucapnya dengan enggan.
“Nona Lin, apakah kau membuat rakit ini untuk kami menyeberang?” tanya Sheng Jiayin.
“Tidak, tapi jika kalian ingin menumpang, boleh saja.”
Tersirat keengganan di dalam kata-katanya. Namun, Lin Muwan dengan jelas mengetahui jika dia meninggalkan keduanya di sini, dia mungkin akan sulit mempertahankan nyawanya.
Satunya adalah pangeran, satu lagi adalah putri seorang menteri. Kalau dia kembali sendiri dengan kondisinya saat ini, Lin Muwan tidak dapat membayangkan bagaimana hidup dan nyawanya bisa dipertahankan di tempat ini dengan kondisinya saat ini.
Sheng Jiayin buru-buru keluar dari gua. Dia lupa pada Murong Changfeng yang kakinya terluka.
Melihat gadis itu menyelamatkan dirinya sendiri, Lin Muwan tidak bisa menahan tawanya yang mencibir. Saat itu, dia melihat ekspresi Murong Changfeng tampak terkejut.
“Sungguh sangat setia kawan,” cibirnya diam-diam. “Pangeran Kesembilan, apakah kau masih betah di sini?”
Murong Changfeng lalu menyusul dua wanita yang menjerat hidupnya dengan langkah terseret. Kakinya sudah pincang sebelah, dia kesulitan mempertahankan kecepatan langkahnya.
Beberapa kali dia hampir terjatuh. Butuh perjuangan keras sampai dia mencapai tepi danau.
Lin Muwan dan Sheng Jiayin sudah naik ke atas rakit. Murong Changfeng duduk di bagian paling belakang, menatap dua punggung wanita yang sama-sama sulit ia lepaskan.
Terjebak dalam situasi seperti ini sebenarnya cukup memalukan bagi dia yang biasanya selalu tampil sempurna dan dingin. Tapi, apa daya. Saat ini dia harus bergantung pada orang lain untuk kembali.
Dayung bambu yang ditancapkan ke dalam air untuk menggerakkan rakit bergerak lambat. Lin Muwan kehabisan tenaganya setelah merakit benda ini sendirian.
Dia tidak bisa menggunakan tangan kanannya dan lebih banyak menggunakan tangan kiri, sehingga tenaga yang ia habiskan menjadi dua kali lipat lebih banyak.
Lin Muwan lalu berjalan ke belakang, menyerahkan dayung bambu kepada Murong Changfeng. Dia lagi-lagi mengabaikan tatapan dingin dan marahnya dengan ketidakpedulian yang lumayan mengesankan di mata Sheng Jiayin. Mungkin di dunia ini, selain dia, hanya Lin Muwan yang bisa melakukan itu padanya.
“Apa?”
“Tanganku terluka dan kekasihmu adalah wanita lembut dan lemah. Maaf, Pangeran Kesembilan, kau harus mendayungnya untuk sampai ke tepi.”
“Beraninya kau memerintahku!”
Lin Muwan tidak terintimidasi sama sekali. Sebaliknya, dengan ekspresi jengahnya dia memaksa Murong Changfeng memegang batang bambu tersebut. “Yang lumpuh itu adalah kakimu, bukan tanganmu.”
Murong Changfeng tidak menerimanya, memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapan tanpa ekspresi Lin Muwan.
Dia membenci wanita itu, dia membencinya dalam semua aspeknya sampai ke sumsum tulangnya. Melihatnya saja sudah membuat suasana hatinya berubah buruk.
Dia adalah budak rendahan mantan bangsawan yang terbungkus status selir, atas dasar apa dia memerintahkannya mendayung rakit?
“Baik. Jika Pangeran Kesembilan tidak bersedia mendayung, tidak apa-apa. Kau bisa menghabiskan waktu di tengah danau ini bersama kekasihmu.”
Karena kesal Murong Changfeng tidak kunjung mendayung, Lin Muwan baru menggunakan kata-kata untuk mengancamnya. Dia bisa melompat kembali ke dalam danau, berenang menyelamatkan diri sendiri.
Tangan kirinya masih berfungsi, kedua kakinya normal. Tidak sulit baginya sebenarnya jika ingin pergi sendirian. Dia hanya ingin menjaga nyawanya dengan menahan dua beban di belakangnya.
“Pangeran… cobalah untuk mendayung. Nona Lin sudah susah payah membuat rakitnya, kita tidak boleh merepotkannya untuk hal lain,” suara Sheng Jiayin seperti melodi yang mengalun di tengah sepinya area hutan dan danau. Barulah pada saat itu, Murong Changfeng mau menggerakkan tangannya dan mulai mendayung.
Lin Muwan tidak sanggup lagi menghadapi sikap bajingan bermarga Murong yang hanya menuruti kata-kata wanita yang dicintainya alih-alih selirnya sendiri.
Yah, masuk akal karena Lin Muwan di sini adalah antagonis yang memisahkan cinta mereka dan memutus ikatan kasih sayang keduanya. Dia memang tidak berharap pria itu menurutinya, tapi setidaknya pria itu bisa mengerti situasinya saat ini.
Jika bukan terpaksa, Lin Muwan tidak mau repot-repot bicara dengannya.
Setengah jam kemudian, rakit bambu menepi di tempat Lin Muwan bersantai kemarin. Setelah melompat turun tanpa membantu kedua orang itu, ia berlari menuju tempat ia mengikat keledainya. Betapa terkejutnya ia setelah melihat keledai gemuk yang pendek itu mati dengan kaki yang sudah membusuk.
Lin Muwan berjongkok, mengambil sepotong daun untuk mengambil setetes darah keledai yang masih menggenang.
Dia menciumnya, menemukan sebuah aroma aneh yang samar bercampur dalam genangan tersebut. Dengan ketahanan hewan tersebut, mustahil akan mati dalam satu malam.
Ini…. Lin Muwan menghela napasnya. Bajingan Zhou Ying itu benar-benar berani!
Murong Changfeng tidak dapat menahan perasaan terkejut. Anak panah yang tertancap di kaki keledai itu adalah milik Zhou Ying. Kemarin sebelum dia terjatuh, dia sempat bertemu lagi dengannya.
Ekspresi Zhou Ying sangat tidak puas dan ketika mereka berpisah lagi, Murong Changfeng tiba-tiba mendapat serangan tidak dikenal hingga dia jatuh dari tebing dan berakhir diselamatkan Lin Muwan.
Zhou Ying, panah yang ditembakannya pada kaki keledai itu jelas-jelas mengandung racun. Jika kemarin Zhou Ying berhasil menemukan Lin Muwan, dengan temperamennya yang keras kepala dan pendendam, yang akan ditemukan hari ini dalam keadaan mati adalah Lin Muwan.
Murong Changfeng tiba-tiba merasa kalau masalah ini cukup aneh. Mengapa Zhou Ying sangat ingin membunuh Lin Muwan?
“Nona Lin, apakah itu adalah racun?” tanya Sheng Jiayin.
Darah yang menghitam dari makhluk yang mati biasanya mengandung racun. Ia yakin kalau Lin Muwan mengenalinya juga.
Lin Muwan mengangkat sebelah sudut bibirnya.
“Keledainya sudah mati, tidak penting apakah darahnya beracun atau tidak. Jika kau sangat memedulikan ini, mengapa kau tidak bertanya pada Zhou Ying saja?”
“Nona Ying? Maksudmu, dia yang melakukannya?”
Lin Muwan tidak mau repot menjawab. Aroma hujan yang mulai menghilang setelah matahari bersinar adalah hal yang paling dibenci Lin Muwan. Kemarin, dia menahan perasaan bencinya karena luka di bahunya infeksi.
Sheng Jiayin tiba-tiba merasakan ketakutan dari keterkejutannya. Tidak mungkin! Zhou Ying adalah putri Guru Agung Kekaisaran yang berani dan tegas, dia jujur dan terbuka.
Mengapa dia ingin menggunakan cara licik seperti ini untuk membunuh Lin Muwan? Apakah karena dia ingin membantu Pangeran Kesembilan bebas dari jeratan hubungan yang tragis ini?
Lin Muwan berbalik menghadap Murong Changfeng.
“Pangeran Kesembilan, aku adalah objek perburuan. Karena Zhou Ying tidak berhasil mendapatkanku, maka kau juga tidak akan bisa mendapatkanku dengan cara yang mudah. Jalan selanjutnya, sebaiknya dilalui masing-masing saja.”
Lin Muwan membungkuk dengan postur penghormatan yang alami. Murong Changfeng menatapnya dengan tajam, hatinya tiba-tiba merasakan ketidaknyamanan. Wanita sialan ini berani membuatnya seperti seorang pesuruh, sekarang ia berkata ingin pergi?
“Kau tidak berhak melarikan diri,” ucapnya dengan nada yang dingin dan menusuk. “Hak apa yang kau miliki untuk bicara soal jalan yang dipilih denganku?”
“Meskipun nyawaku tidak berharga, aku tetap harus memperjuangkannya. Oh, aku harus mengatakannya. Sheng Jiayin tidak bisa berenang. Kau pasti mati tenggelam sejak awal.”
Murong Changfeng tertawa mengejek. Seorang putri dari pembunuh ibunya tidak berhak membicarakan soal nyawanya yang tidak berharga.
Mendengar Lin Muwan mengatakan itu, Murong Changfeng merasa lucu dan benci di saat yang sama. Seandainya Kaisar bukan ayahnya dan Sheng Jiayin bukan orang yang dicintainya, dia tidak akan repot menahan diri dan nyawa Lin Muwan ini sudah lama menyusul ayahnya!
“Pangeran, ini bukan saatnya untuk bertengkar. Berhenti berdebat dengan Nona Lin. Jarak dari danau ke perkemahan tidak cukup jauh. Berjalan satu jam sudah dapat mengantarkan kita kembali,” suara lembut yang memabukkan itu benar-benar membuat Lin Muwan meredam sedikit amarah dalam hatinya.
Sheng Jiayin kemudian melanjutkan, “Nona Lin, mari kembali bersama-sama.”
“Tidak perlu. Kita bukan orang yang sejalan,” Lin Muwan menolak dengan tegas.
Terlibat lebih jauh dengan kedua orang ini hanya akan semakin mempersulit hidupnya. Kebaikan hatinya sudah berakhir sejak mereka turun dari rakit.
Ketika Lin Muwan hendak pergi, Sheng Jiayin menarik pergelangan tangannya. Kulit halus kecantikan nomor satu di ibu kota itu menyentuh kulit Lin Muwan yang agak kasar dan sedikit menumbuhkan rambut-rambut halus. Tangan itu terasa agak dingin.
“Nona Lin, kau terluka. Mari kita kesampingkan masalah di antara kita terlebih dahulu. Tunggulah di sini bersama Pangeran Kesembilan, aku akan melihat apakah ada seseorang yang dapat dimintai bantuan atau tidak.”
Tidak ada pilihan selain menurut. Lin Muwan tidak bisa melarikan diri untuk saat ini. Dia berdiri di tepi danau, menatap kejernihan air yang memantulkan bayangan langit dan awan di angkasa. Gelombang-gelombang kecil datang seperti ombak, menjilati tepi danau yang ditumbuhi rumput liar.
Lin Muwan menatap pantulan wajahnya di air. Sosoknya sekarang tidak jauh beda dengan sosoknya di masa depan.
Wajah ini masih wajah yang sama. Hanya saja lebih tirus dan lingkaran hitam di bagian mata agak besar, dan bibirnya jauh lebih pucat.
Ini… menyedihkan sekali. Lin Muwan merasa kasihan pada dirinya sendiri.
Tubuhnya kurus dan terluka, dan dia tidak bisa membunuh orang yang menyebabkan luka ini. Perasaan benci tiba-tiba muncul, menerbitkan hawa membunuh yang suram yang tidak dapat dilukiskan. Diam-diam dia mengambil belatinya dari celah baju, menyembunyikannya di tangan.
Jika dia membunuh bajingan ini, dia mungkin tidak akan hidup. Tapi, jika dia mati, mungkinkah dia bisa kembali ke kehidupannya yang semula?
Bagaimanapun, dia tidak percaya dia mati semudah itu. Ini pasti hanyalah sebuah masa yang menjadi persimpangan hidupnya. Ini adalah mimpi buruk yang timbul dari perbuatan jahatnya.
Jika ia mengakhirinya lebih cepat, masa depan dari sosok Lin Muwan ini mungkin akan mengalami perubahan. Tapi, apa pedulinya?
Pada akhirnya Lin Muwan tetap akan mati. Kalau dia tetap di sini, kehidupan yang tidak menentu dan penuh kesengsaraan akan berlalu lebih panjang dan lama untuknya.
Lin Muwan mengambil kesempatan saat pria itu sedang lengah. Di belakang sosoknya yang terlihat agung meski kakinya pincang, Lin Muwan mengacungkan belatinya dengan tangan kiri, mengangkatnya tinggi-tinggi. Lin Muwan mengayunkannya….
dan kebersamaan itu akan menjadikan kalian lebih saling dekat dan terikat kuat tanpa disadari /Proud/
yang sabar ya zhipeng, maklum nyonya bos agak Laen /Sneer/
tapi daku jadi kepo, gimana caranya mindahin 2 orang itu /Slight/