Mengisahkan persahabatan ketiga nya dikampus dengan pekerjaaan sambilan mereka yang akhirnya mengantarkan mereka pada jodoh masing-masing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Dengan langkah yang cukup berat, Chesty menyeret kakinya dan mendekati lelaki tua yang usianya sekitar 50 tahun.
Jantungnya berdetak begitu cepat, seakan ditabuhi genderang mau perang saja. Chesty sempat melirik pada Ronald dan menggeleng tanda ia takut dan ragu.
"Udah sana." Perintah Ronald dengan memelankan suaranya.
Pria tua itu tidur rebahan di ranjang dengan berselimut tebal yang membungkus tubuhnya, tatapannya langsung merotasi Chesty yang telah ada disamping tidurnya.
"Chez nama bapak itu Ridwan." Ucap Ronald yang tadi tidak sempat memberikan nama calon klien Chesty.
"Lalu saya harus panggil apa kak?" Seru Chesty yang bersuara tinggi pada Ronald.
"Huusst...." Ronald pun menempelkan jari telunjuknya pada alat ucapnya.
"Tuan Ridwan.....bolehkah saya memanggil anda dengan sebutan itu?" Tanya Chesty dengan gugupnya.
Wajah Ridwan terlihat datar, menurut Chesty pria itu bagai mayat hidup yang tanpa kehidupan. Bukan itu saja, wajahnya pun terlihat pucat sekali, macam orang sakit atau kurang terkena sinar matahari.
"Sepertinya orang tua ini vampire kah? Tidaaak jangan bilang gue dijadikan tumbal sama dia. Terus gue bakal is det setelah di cupang olehnya. Tidaaakk......" Batin Chesty yang mendadak bergidik ngeri.
"Chez kenapa Lo diem aja, hey....." Seru Ronald yang akhirnya menyenggol lengan Chesty.
Chesty tersentak dan berteriak histeris.
"Tidaaak tuan vampire, tolong jangan ambil nyawa saya......." Seru Chesty yang tanpa sadar tersadar dalam lamunan nya.
"Chez Lo ngomong apa sih? Lo kenapa?" Panik Ronald yang menatap Chesty yang terlihat tengah tidak baik-baik saja.
"Ti_dak apa kak."
Teriakan Chesty membuat lelaki tua itu merotasi Chesty yang terlihat tangannya gemetaran.
"Jangan takut, saya gak mungkin menyakiti kamu. Apa yang bisa saya lakukan padamu, sedangkan saya hanya bisa lemas diatas tempat tidur." Ucap Ridwan lemah.
"Jadi tuan beneran manusia kan? Bukan vampire?" Cicit Chesty yang kemudian mendapat sambutan tawa dari Ridwan.
Namun setelahnya saat Chesty menatap pada Ronald, lelaki itu malah memberikan tatapan tajam untuknya.
Melihat tatapan tak mengenakan dari Ronald, Chesty pun menunduk ketakutan. Jujur ia baru melihat tatapan bak mata elang yang seakan menusuk dirinya.
Lalu Ronald berjalan untuk mendekati Chesty, dan mendekatkan b1birnya pada alat pendengaran Chesty.
"Jaga bicara Lo chez, dia klien yang paling banyak bayar mahal jasa untuk a5i Lo." Bisik Ronald.
Dan Chesty pun hanya mengulas senyumannya, lalu ia menatap Chesty yang saat ini terlihat cantik walau ia hanya memakai pakaian simpel namun terkesan seksi.
"Mana as1 nya, saya butuh itu....." Ucap lelaki tua itu pada Chesty
Ronald pun akhirnya mendesak Chesty kembali dan wanita itu terpaksa mulai melepa$kan satu persatu kan_cing baju kemejanya hingga semuanya terlepas.
Mata Ridwan berulang kali ia kerjapkan hanya untuk fokus menatap disatu titik yang kini ia pusatkan.
Tentu saja Ridwan telah lama ditinggalkan istrinya, ia bahkan lupa akan bentuk milik istrinya yang telah lama bercerai darinya, dan pergi meninggalkannya hanya karena Ridwan saat itu sakit lama dan tak bisa memenuhi kebutuhan batin istrinya.
Bercerai hampir 5 tahun membuat otong Ridwan tak pernah merasakan lagi kegiatan yang selalu mengeluarkan banyak tenaga itu.
Apalagi di hadapannya terpampang bukit indah yang sudah menjuntai terlepas dari kaitan br4 nya. Terlebih Chesty masih sangat muda dan cantik, sehingga otot-ototnya pun masih kencang.
Tak pikir panjang lagi, Ridwan berusaha bangkit dari tidurnya untuk berusaha duduk ditepi king size nya.
Ronald yang melihat itu semua juga ikut meringis, bahkan ia memalingkan wajahnya melihat Ridwan tanpa segannya mengeksekusi Chesty di depannya.
"Gillee si tua itu semangat sekali nen*n Chesty." Batin Ronald tidak tega melihat ringi$an Chesty ketika pria itu nyu$u dengan r4ku5 nya.
Dan setelah 20 menit Chesty panas dingin, akhirnya Ridwan menyudahi kegiatan itu, serta menghabiskan dua gentong besar a$1 nya.
"Enak......" Satu kata yang terluncur dari mulut Ridwan saat ia menghabiskan isinya.
Chesty hanya diam mematung dengan buah melon yang masih menjuntai belum dipakai lagi, hingga Ronald menepuk pundak Chesty untuk membuat agen Chesty tersadar.
Ronald dengan perhatian ia membantu Chesty membenahi pakaiannya, dan itu tertangkap oleh Ridwan yang entah mengapa ia tak suka melihatnya.
"Besok jangan lupa datang lagi, kalo bisa sendiri saja." perintah Ridwan saat ia melihat Chesty terus-menerus.
Chesty tak menjawab ia hanya mengangguk patuh, karena ia sendiri sudah letih badannya hanya karena sumbernya diambil oleh Ridwan, klien pertamanya itu.
"Terima kasih untuk hari ini."
"Iya tuan." Jawab Chesty disertai kegugupan nya.
"Ayo kita pulang chez...." Ajak Ronald yang merangkul bahu Chesty macam orang yang sedang pacaran saja.
Chesty hanya mengangguk, lalu ia berjalan bersama Ronald hingga mereka memasuki mobil.
Selama di mobil terlihat Chesty hanya diam, Ronald sempat mencuri tatap pada wanita cantik yang duduk disampingnya.
"Kenapa diam? Biasanya Lo paling rame dari Ayu dan Nita." Ujar Ronald yang tangannya sibuk gesit memainkan stir mobilnya.
"Gue shock aja tadi, sebelnya kenapa besok gue kesitu sendiri?" Kesal Chesty.
"Ya si tua Ridwan sendiri kan yang minta? Emang Lo gak denger?"
"Iya gue denger kak, gue gak budeg kok."
"Jangan marah, lagian dia yang paling gede bayar a5i nya, maklum waktu itu gue yang ajukan mahal karena Lo gak nyu5u!n bayi, tapi bayi gede yang giginya udah tumbuh banyak." Tawa Ronald yang makin membuat Chesty terlihat marah dan mencebik.
"Kak Ronald bohong, katanya orangnya ompong, ini malah giginya masih lengkap pula. Mana p3nt1l gue di gigit juga." Geram Chesty jenggah.
"Masak sih? Kok gue gak tau. Lihat dong."
Chesty pun langsung melepaskan separuh kancingnya dan ia tanpa malu mengeluarkan kedua benda itu setelah ia membuka kaitan depannya, terjuntai lah bebas asetnya di hadapan Ronald.
"Nih kak Ronald bisa lihat sendiri....!!" Cebik Chesty dan itu menbuat jadi kesusahan menelan salivanya.
Ronald yang melihatnya sampai bergidik ngeri, karena bentukan pent!l Chesty jadi terlihat lucu dan menggemaskan bagi sang CEO agen plu5-plu5 yang melihatnya.
"Sakit ya? Perih?" Tanya Ronald lembut.
"Iya kak." Jawab Chesty yang menatap kedua bukitnya.
"Kak Ronald tiup ya?" Lirih Ronald meminta persetujuan Chesty.
Chesty hanya mengangguk, lalu Ronald pun segera meminggirkan mobilnya ditempat sepi dan penuh dengan semak-semak ilalang yang tinggi.
"Kenapa berhenti di sini?" Tanya Chesty menatap pemandangan rumput hijau nan tinggi.
"Kan mau ngobatin kamu chez....katanya boleh."
"Iya buruan." Jawab Chesty dengan miliknya yang masih menggantung bebas.
Ronald merasa milik Chesty seakan melambai- lambai dirinya, dengan perlahan meniup pelan-pelan kedua bukit Chesty yang tadi tak sengaja di g1git kliennya.
Hingga 20 menit kemudian di mobil berwarna hitam itu hanya ada d354*han kedua insan yang tengah mereguk surganya dunia. Mobil pun bergerak sendiri dari kejauhan dengan suasana pan*$ di dalamnya.
Flashback pun selesai.
Setelah menceritakan itu Chesty kemudian tersenyum sendiri, ia mengingat kejadian sore saat ia pulang diantar Ronald dan terjadi pengeprekan di mobil.
"Kenapa senyum-senyum sendiri? Ckk ckkk.....udah geser otak temen gue ini." Ucap Nita.
"Lo ini Nita, gue masih waras tau."
"Tapi si aki tua itu ganteng gak?"
Chesty pun langsung berdecih. " Gak banget, mukanya pucat kayak vampire. Persis mayat hidup tau." Gerutu Chesty.
Chesty ingat melihat pertama kali si aki-aki itu malah takut senidiri, mukanya tanpa cahaya sama sekali.
"Mungkin dia sebenarnya sakit chez, makanya butuh as1." Jawab Nita dengan asumsinya.
Karena bagi Nita tidak mungkin orang sampai memanggil jasa a5i jika tidak karena ia memiliki penyakit atau antibodi yang lemah, macam Micky cucu dari klien nya.
"Gak tau gue, lagian males mikir juga. Mana besok gue harus kesana lagi pula, tanpa kak Ronald pula." Kembali jika mengingat hal itu Chesty raut wajahnya berubah kembali. Terutama mood nya yang langsung ganti haluan menjadi kesal lagi.
"Udah jangan ngedumel terus, yang pentingkan uangnya. Sebulan 30 juta Chesty." Peringat Nita yang kemudian menyadarkan sobatnya itu bahwa mereka saat ini memang membutuhkan uang yang cukup banyak.
Chesty hanya mengangguk, seakan ia paham dan mendengar atau membayangkan kata uang ia langsung semangat kembali. Maklumlah kaum cewek macam mereka uang benar-benar dibutuhkan, selain untuk penampilan juga faktor utamanya kebutuhan pokok mereka.