Harusnya, Ziva menghabiskan malam pertamanya itu dengan sang suami. Namun, saking mabuknya, ia malah masuk ke kamar mertuanya dan membuatnya tidur di ranjang yang salah.
Apa yang akan terjadi pada Ziva dan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma_98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Murung
Plokkk
Plokkk
Plokkk
"Ahh.. Victor, aku ingin keluar!" Ucapnya, di sela-sela desahannya.
Victor semakin mempercepat tempo dengan menggerakan pinggulnya maju mundur. Dan tak lama kemudian, cairan kental putih tersebut, akhirnya tumpah di dalam sana.
"Uhhh..." Victor memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Brukh
Mereka berdua melakukan adegan tersebut kurang lebih satu jam. Tanpa pengaman, Victor langsung menerobos miliknya begitu saja ke dalam sana. Andai pria itu sadar, sepertinya Victor tak mungkin melakukan hal sejauh itu.
"Aku membencimu Ziva!" Lirihnya, sembari menindih memeluk Risa.
"Ziva? Apa itu nama isterimu?"
Degh
Seketika, Victor terpaku. Pria itu mematung dan matanya pun melotot terkejut saat mendengar suara tersebut. Akhirnya, Victor pun tersadar bahwa wanita yang sejak tadi ia gempur ternyata bukan Ziva, melainkan sang mantan.
"K-kau...." Dengan terkejutnya, Victor langsung mengangkat tubuhnya lalu menatap Risa. Ia langsung menatap Risa dengan intens, kali ini Victor sendiri yang terjebak dalam egonya.
"Ada apa? Apa kau menyesal, huh?" Sahut Risa.
Victor terdiam, ia memilih beranjak lalu memakai pakaiannya kembali. Bukan hanya itu, Victor merasa tak percaya jika dirinya ini sudah melakukan hal sejauh itu dengan mantannya sendiri. Saking marahnya, ia tak sadar melakukan hal tersebut.
"Risa! Setelah ini, kau beli pil pencegah hamil. Jangan sampai semua itu terjadi." Kata Victor, dengan tatapan datarnya.
"Pffft..!" Risa tiba-tiba menahan tawanya saat mendengar ucapan Victor. "Victor, apa kau ingin membunuh anak kita untuk kedua kalinya?"
"Kau....." Victor mengeraskan rahangnya menatap tajam Risa.
Srukkkk
Risa merubah posisinya menjadi duduk, wanita itu terkekeh pelan menatap Victor yang sedang memandanginya dengan tatapan marah.
"Benih yang sudah kau tanamkan di dalam rahimku, seharusnya kau bertanggung jawab untuk hal itu. Bukannya menghindar seperti dulu!"
Victor akhirnya bungkam setelah di skakmat langsung oleh Risa. Pria itu tak bisa berkata-kata lagi dan memilih memalingkan wajahnya.
"Risa, bisakah kau keluar setelah ini? Aku sibuk!" Celetuknya, tiba-tiba.
Risa mendengus kesal, Victor seolah-olah membuangnya setelah menikmati tubuhnya. Namun Risa malas berdebat lagi, ia memilih diam karena takut dipecat.
"Baiklah, aku keluar sekarang!" Sahut Risa, langsung memakai pakaiannya kembali.
Setelah itu..
Srukkk
Setelah Risa pergi, Victor merebahkan tubuhnya ke sofa. Ia meremat rambutnya sembari memejamkan matanya. Pria itu di selimuti rasa penyesalan karena sudah melakukan kesalahan besar dengan meniduri Risa yang notabennya mantannya sendiri.
"Arggghh!!" Victor menggeram kesal. "Dasar bodoh kau Victor!!"
Drrrrttt
Tiba-tiba, telepon kantornya berbunyi. Victor menghela nafasnya sebelum mengangkat telepon tersebut.
"Halo?" Sahut Victor dari sambungan teleponnya.
"Tuan, kenapa ponsel anda tidak bisa di hubungi?" Ucapnya, bernada panik.
Victor mengerutkan dahinya, suara tersebut berasal dari telepon rumahnya. Namun ada yang membuatnya penasaran, kenapa suara asisten rumah tangganya terdengar panik.
"Lho, ada apa bi?" Victor bertanya balik.
"Tuan, cepat nyonya Ziva mengalami pendarahan, ia sudah di bawa ke rumah sakit."
Degh
***
**
*
Di rumah sakit.
"Sayang, ayo makan dulu! Kamu harus mengisi perutmu, nanti kamu sakit, lho." Ucap Heri, bernada lembut.
Ziva menggeleng pelan. Wanita itu tak ada nafsu untuk makan, ia memilih fokus melamun dan terlihat murung. Mungkin sebagai wanita ada yang bisa merasakan di posisi yang sama, merasa terpukul sekaligus sedih atas apa yang terjadi pada Ziva saat ini.
"Ziva, makan sedikit ya, daddy khawatir."
"Gak, aku gak nafsu!" Ucapnya ketus.
"Jangan seperti ini terus, kamu bisa sa--"
Ceklek
"ZIVA!!"