NovelToon NovelToon
Dimanja Suami SMA

Dimanja Suami SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Beda Usia
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Sebuah bakti kepada orang tua, mengharuskan perempuan berumur 27 tahun menikah dengan laki-laki pilihan kedua orang tuanya yang selama ini ia anggap sebagai adik. Qila yanh terbiasa hidup mandiri, harus menjalani pernikahan dengan Zayyan yang masih duduk di bangku SMA. “Aku akan membuktikan, kalau aku mampu menjadi imam!” Zayyan Arshad Qila meragukannya karena merasa ia lebih dewasa dibandingkan dengan Zayyan yang masih kekanakan. Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja? Bagaimana keduanya menghadapi perbedaan satu sama lain? Haloo semuanya.. jumpa lagi dengan author. Semoga kalian suka dengan karya baru ini.. Selamat membaca..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Demam

“Apa demamnya parah? Bagaimana kalau kita bawa ke klinik?” tanya Rumi yang khawatir dengan menantunya.

“Sementara sudah turun, Bu. Kalau nanti demam lagi, kita bawa ke klinik.” Jawab Zayyan.

Saat Zayyan bangun untuk sholat subuh, ia mendapati Qila menggigil. Segera saja ia mengambil kompres air hangat dan memintanya untuk meminum obat penurun panas.

“Mungkin Qila terkejut dengan kejadian yang dialaminya.” Kata Bagus.

“Iya, Yah. Semalam ia sempat terbangun karena mimpi buruk.”

“Siapa sangka akan ada kejadian seperti itu? Untungnya kamu datang tepat waktu. Ayah tidak bisa bayangkan kalau sampai…”

“Cukup, Yah! Jangan dilanjutkan!” sela Rumi.

“Iya, Yah. Semoga demamnya tidak datang lagi.”

“Jaga istrimu! Kami mau ke kebun karena sudah janjian dengan para pengangkut.”

“Iya, Yah. Aku masih bisa izin.”

Kedua orang tua Zayyan pergi ke kebun setelah mengantarkan kedua adiknya ke sekolah. Zayyan mencuci pakaian di belakang, sambil menyiapkan teh panas untuk Qila. Setelah selesai, ia keluar sebentar untuk membeli bubur.

Saat kembali, Qila sudah duduk di tepi tempat tidur seperti orang linglung.

“Kenapa tidak tiduran saja?” tanya Zayyan seraya meletakkan bungkusan bubur.

“Haus.”

“Tunggu sebentar!”

Zayyan ke dapur. Selain mengambilkan minum, ia juga memindahkan bubur ke dalam mangkuk, lalu membawanya ke kamar.

“Terima kasih.” Qila menerima gelas dari Zayyan.

“Makanlah bubur, badanmu masih hangat. Apa kamu mau periksa ke klinik?” Qila hanya mengangguk.

Ia seperti tidak memiliki tenaga dan kepalanya terasa pusing. Zayyan yang melihat tangan Qila bergetar saat menyuapkan bubur, mengambil alih sendok dan menyuapi sang istri.

Qila tidak protes dan hanya menurut sampai ia merasa sudah tidak kuat untuk menelan bubur tersebut. Tanpa merasa jijik, Zayyan menghabiskan bubur sisa Qila setelah membantu istrinya bersandar di tempat tidur.

Melihat Zayyan menghabiskan bubur sisanya, Qila merasakan gelenyar hangat di dalam hatinya. Baru kali ini ia melihat laki-laki mau menghabiskan makanan istrinya. Bahkan kedua orang tuanya yang terlihat harmonis saja tidak melakukannya.

“Apa Zayyan tulus atau hanya pura-pura?” batin Qila yang masih meragukan Zayyan.

“Kenapa Kakak melihatku seperti itu?” tanya Zayyan yang telah menyelesaikan makannya.

“Tidak apa. Apa kamu tidak merasa jijik?”

“Tidak. Kenapa?”

“Aku bahkan belum sikat gigi dan cuci muka.”

“Untuk apa jijik? Kita ini suami istri yang sudah halal. Mau kamu sudah mandi atau belum, tidak jadi masalah bagiku. Bukankah ciuman kita semalam juga saling bertukar air liur?” kata-kata Zayyan sontak membuat Qila tersipu.

Ia masih tidak terbiasa dengan Zayyan yang mengatakan apa yang mereka lakukan dengan apa adanya tanpa merasa malu.

“Kenapa harus malu?” tanya Zayyan seraya meraih dagu Qila yang memalingkan wajah.

“Kalau ada yang mendengar bagaimana?”

“Di rumah hanya ada kita berdua.” Jawab Zayyan enteng.

Qila memilih untuk tidak berdebat dan mengatakan ingin ganti pakaian karena ia merasa tubuhnya lengket. Zayyan mengangguk dan mengatakan akan mengambilkan air hangat untuknya.

Beberapa saat kemudian, Zayyan datang dengan membawa ember berisi air hangat dan handuk di tangannya. Tetapi saat ia ingin membantu istrinya membuka pakaian, Qila menghentikannya dan mengatakan jika ia bisa melakukannya sendiri.

Zayyan mengangguk dan keluar dari kamar. Qila memang bisa mengusap tubuhnya, tapi sayangnya ia tidak sanggup berdiri untuk mengambil pakaian. Terpaksa ia memanggil Zayyan untuk meminta tolong.

“Ini.” Qila mengangguk.

“Kenapa masih di sini?” tanya Qila karena Zayyan tidak beranjak di sampingnya.

“Bagaimana kalau mau minta tolong lagi?”

“Aku bisa memanggilmu.”

“Aku di sini saja! Lagi pula, halal bagiku melihat tubuh istriku sendiri.” Qila tidak ingin berdebat.

Ia akhirnya mengenakan pakaiannya di hadapan Zayyan yang memperhatikannya tanpa berkedip. Meskipun ia merasa canggung dengan tatapan Zayyan, Qila tetap bersikap seolah tidak terpengaruh dengan tatapannya.

Sampai saat Qila sudah selesai mengenakan pakaiannya, Zayyan menarik tubuhnya dan menyatukan bibir mereka.

“Nanti kamu tertular!” kata Qila yang berusaha melepaskan diri.

“Kamu hanya demam biasa. Tidak akan menular.” Zayyan kembali menyatukan bibirnya.

Qila yang lemah tidak lagi bisa melepaskan diri. Ia hanya bisa pasrah dengan perlakuan Zayyan.

Setelah merasa cukup, Zayyan melepaskan bibir Qila dan mengambilkan hijab instan untuk istrinya. Ia akan membawa Qila ke klinik untuk di periksa.

Di klinik, keduanya mengantredi poli dokter umum. Saat tiba giliran mereka, Zayyan menuntun Qila masuk ke dalam ruangan dokter membuat beberapa orang memperhatikan mereka.

“Pasien kelelahan dan stress, saya akan meresepkan obat. Jika setelah obat habis, demam masih naik turun bisa kembali untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.” Kata Dokter.

“Apa yang perlu saya perhatikan, Dok?” tanya Zayyan.

“Pastikan tubuh pasien terhidrasi, istirahat yang cukup, dan makan teratur terutama yang mengandung vitamin C. Apa perlu saya buatkan surat keterangan sakit?”

“Berapa hari suratnya, Dok?”

“Satu hari.”

“Oh, tidak perlu, Dok.”

Kalau hanya satu hari, istrinya masih memiliki libur 2 hari dari kejadian kemarin. Begitu pikir Zayyan.

Keluar dari ruangan dokter, keduanya antre di apotek untuk menebus obat. Setelah mendapatkan obat, Zayyan membayar ke kasir. Tetapi nama Qila yang sudah terdaftar sebagai karyawan Perusahaan T, membuat tagihannya otomatis masuk ke dalam tagihan perusahaan. Zayyan hanya mendapatkan nota tanpa membayar uang.

Sesampainya di rumah, Zayyan meminta Qila untuk istirahat. Ia terbangun tepat sebelum adzan dzuhur berkumandang.

“Qila, bagaimana perasaan kamu sekarang?” tanya Rumi yang melihat Qila keluar dari kamar.

“Sudah mendingan, Bu.” Qila memaksakan senyumnya.

“Zayyan ke masjid sama Ayah. Kamu mau apa? Biar Ibu siapkan.”

“Tidak, Bu. Qila hanya mau ke kamar mandi.” Rumi mengangguk.

Keluar dari kamar mandi, Qila kembali ke kamar dan melaksanakan sholat dzuhur. Saat ia selesai, berpapasan dengan Zayyan yang masuk ke dalam kamar. Ia sengaja pulang lebih dulu karena takut Qila mencarinya.

“Sudah tidak demam.” Kata Zayyan yang menempelkan keningnya di kening Qila.

“Aku sudah lebih baik.”

“Tapi kamu tetap harus banyak istirahat.” Zayyan mengusap bibir Qila yang masih terlihat pucat.

Senyuman Qila mengembang. Ia merasa perhatian Zayyan kepadanya sangat tulus. Mungkin ia bisa membuka hatinya sekarang.

Keesokan harinya, Qila sudah benar-benar merasa sehat kembali. Tetapi Zayyan masih memperlakukannya seperti orang sakit karena saat malam, Qila masih bermimpi buruk.

Di hari ketiga, barulah Qila bisa bergerak bebas. Zayyan mengajaknya jalan pagi untuk menyegarkan tubuhnya. Sorenya, mereka kembali ke kontrakan.

“Apa besok kamu masuk bekerja?” tanya Zayyan.

“Iya. Hari liburku sudah habis. Tapi hanya masuk sehari, habis itu libur lagi.”

“Kenapa tidak sekalian libur saja? Itu hari kejepit.”

“Mana ada hari kejepit?” Qila tertawa mendengar perkataan Zayyan.

“Ya sudah. Tapi jangan memaksakan diri.”

“Iya, tenang saja.”

Zayyan memeluk tubuh Qila dan meresapi bau shampoo istrinya. Dalam hati, ia ingin segera lulus dan menjadi sandaran Qila agar istrinya tidak perlu bekerja lagi.

1
indy
lanjut
indy
sweet...
indy
lanjut
indy
sweet banget
indy
banyak yang hati, teman sekolah zayyab dan teman kerja qila
Mudrikah Ikah
lanjutan nya mana
Meymei: Sabar ya kak 😁
total 1 replies
Susanti
mampir thor
Meymei: Terima kasih dukungannya kak🥰
total 1 replies
Rian Moontero
qu mampir kak mey🖐🤩🤸🤸
Meymei: Terima kasih dukungannya kak🥰
total 1 replies
indy
hadir
Meymei: Terima kasih dukungannya kak🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!