Pengantin Yang Ditukar

Tanpa terasa satu setengah bulan telah berlalu.

Hari ini, Aiden sedang menjadi Alexander karena ada rapat khusus yang baru saja selesai. Kini dia sedang duduk di ruangannya.

Dean datang melalui lift khusus yang terdapat dalam ruangan itu dan hanya mereka saja yang tau. Wajahnya tampak gugup.

Aiden langsung berdiri dari kursi kebesarannya. "Ada apa Dean?" tanyanya dengan wajah khawatir. Dia tau jika Dean datang tanpa memberi kabar, maka ada hal buruk yang terjadi. Terlebih Dean terlihat gugup.

"T-tuan. Sarah... Sarah..dia.."

"Katakan Dean!!" Aiden semakin tidak sabar.

"Sarah, dia kabur pagi tadi tuan," ucap Dean dengan ragu.

"Apa?? Kabur?? Bagaimana bisa? Rumah itu dijaga ketat oleh para pengawalku!! Dan Wina? Apa yang dia lakukan???"

"Wina dibius dengan obat tidur tuan. Dan semua pengawal tidak menyadari kepergian Sarah karena Sarah kabur jam tiga pagi."

Aiden terbakar emosi mendengarnya. Dia menarik kerah kemeja Dean dan berteriak padanya. "Dasar bodoh!! Bagaimana bisa kau mempekerjakan orang-orang bodoh!!!"

"Ma-maafkan saya tuan. Semua diluar kendali saya," jelas Dean.

"Aaaaarrrrghhhh!!! Kenapa semua jadi begini!!" Aiden menjambak rambutnya kemudian memukul dinding ruangan itu. "Sekarang aku tidak mau tau!! Cari Sarah sampai ketemu. Jika kau tidak menemukan mereka maka kau akan tau akibatnya!!" Aiden mendorong tubuh Dean dengan kasar.

"Baik tuan, saya akan segera menemukan mereka. Saya permisi." Dean membungkukkan badannya dan pergi dari ruangan itu. Pencariannya akan memakan waktu mengingat dirinya mulai dikenal beberapa orang. Dia harus seminim mungkin menunjukkan wajahnya kepada siapapun.

Aiden mengusap wajahnya dengan kasar. "Aaaarrrghhh bagaimana ini bisa terjadi!! Ini menimbulkan dua perasepsi. Yang pertama, musuhku menculiknya, dan yang kedua Sarah yang sebenarnya musuku!!"

Dean dan beberapa pengawal Aiden melakukan pencarian ke segala penjuru kota. Mereka mengecek penerbangan, pelayaran, kereta api, bus, taxi dan semua transportasi yang bisa saja Sarah lalui.

"Bagaimana?" tanya Dean setelah semua pengawal sudah berkumpul sehabis berpencar mengecek semua akses transportasi.

"Nihil tuan, tidak ada daftar nama sarah. Bahkan kami juga mengecek semua CCTV yang ada dan tidak menemukan apapun.

"Ini berarti satu hal. Dia masih berada di kota ini. Cepat lakukan patroli di seluruh penjuru di kota ini. Telusuri seluruh penginapan di kota ini. Villa, hotel, kontrakan, kost, warung remang-remang atau bahkan gedung-gedung tua dan tempat yang tak dihuni lagi!" titah Dean.

"Siap tuan," jawab mereka serempak.

Dean langsung melaporkan hal ini pada Aiden.

"Cari dia sampai ketemu. Dan jangan kembali sebelum kau menemukan nya!" Aiden mematikan panggilan tersebut.

"Kau itu sangat cerdas, Dean. Tapi kau malah melakukan kesalahan fatal karena kurang teliti," gumam Aiden.

Karena hari sudah sore, Aiden pun pulang dengan menjemput Haira terlebih dahulu.

Sesampainya di tempat Haira, Aiden melihat wajah Haira yang agak pucat.

"Kau kenapa sayang?" tanya Aiden.

"Aku tidak tau. Aku sangat pusing dan lemas," ucap Haira.

"Sayang, kita naik taxi saja ya. Kalau naik motor nanti semakin pusing. Sekalian kita rumah sakit," ujar Aiden.

"Tidak sayang, aku masih kuat. Aku akan istirahat setelah sampai rumah, tidak perlu ke rumah sakit," ucap Haira.

"Tidak, kita naik taxi saja. Aku tidak mau mengambil riskio," ujar Aiden.

"Apa? Tidak perlu. Aku tidak mau ke rumah sakit," tolak Haira.

"Sudahlah, aku akan menitipkan motorku disini. Kita akan pergi ke rumah sakit, titik." Aiden menuntun motornya ke pos satpam dan menitipkan nya.

Mereka pergi ke rumah sakit. Sesampainya disana, Haira langsung di periksa oleh dokter.

"Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Aiden.

Dokter itu tersenyum. "Selamat pak, sebentar lagi kalian akan jadi orang tua," ucap sang dokter.

Aiden dan Haira saling berpandangan dan melebarkan senyuman. "Jadi istri saya hamil, dok?" tanya Aiden hampir tak percaya.

"Benar pak, selamat ya. Dan untuk ibu Haira jangan terlalu capek ya. Karena usia kehamilan ibu masih terlalu muda. Dan ada dua janin yang sedang ibu kandung," ucap dang dokter.

"Apa? Dua? Anak kami kembar dok?" tanya Aiden yang semakin melebarkan senyuman.

"Benar pak, tapi untuk jenis kelamin akan kita ketahui di usia trimester ketiga. Saya akan berikan vitamin, jangan lupa diminum ya," ujar dokter.

Setelah itu mereka pun keluar dari rumah sakit dengan perasaan bahagia. Akhirnya impian Aiden menjadi kenyataan. Haira hamil dan tidak hanya satu, melainkan dua.

Di rumah, Aiden langsung mengerjakan pekerjaan rumah yang seharusnya Haira lakukan. Sedangkan Haira disuruh istirahat. Urusan memasak juga akan dilakukan Aiden. Kini calon penerus Alexander akan segera lahir. Tak lupa dia mengabari kedua mertuanya tentang kehamilan Haira. Tentu saja Harsya dan Laras sangat senang dengan kabar baik itu.

Dan kini yang perlu Aiden lakukan sekarang adalah membujuk Haira untuk keluar dari pekerjaan nya agar dia tidak kelelahan. Menjaganya sepenuh jiwa agar kandungan Haira tidak bermasalah dan menuruti semua keinginan ibu hamil pada umumnya. Aiden harus bersiap-siap jika suatu Haira mengajak karoke dangdut atau menonton film lagi.

Hari ini Aiden mendapat kabar baik dan buruk sekaligus.