ini squelnya dokter tampan, sarangheo yang menceritakan kisahnya Alvian.
Alvian Pratama Atmaja dijodohkan oleh sang kakek dengan gadis bercadar yang bernama Nafisah Adelia putri. Alvian tidak mencintai Nafisah karena dia sudah mempunyai wanita dambaannya.
Alvian memberikan perjanjian perceraian setelah enam bulan mereka menikah.
Akankah Nafisah menyetujuinya atau Mala bertahan dengan suami dingin yang tidak mencintainya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umi ayi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Huek..Huek...
Alvian memuntahkan isi perutnya,hanya cairan bening yang ia muntah kan karena tidak berisi makanan.Tubuhnya lemas kepalanya juga sedikit pusing.
Mama rosa dan Safira menghampiri Alvian,Mama memijit tengkuk alvain agar sedikit lega.
"Kamu masuk angin, Jangan cari penyakit Al,kamu harus makan." Ucap mama
Alvian Kembali berbaring di ranjang nya, "Al gak selera makan ma, perut Al langsung mual jika makan." jelasnya.
Mama rosa dan Safira mengernyit heran. "Itu karena kamu sering tidak makan Al,jadi lambungmu kosong. Kamu harus paksakan makan jika tidak nanti lambungmu bisa sakit." Paksa mama memberikan piring nasi kepada Alvian.
Alvian mengambilnya dan menyuapkan kedalam mulutnya,namun baru saja sesuap yang ia telan, perutnya lansung bergejolak ingin mengeluarkan sesuatu. Ia kembali berlari kekamar mandi dan menumpahkan nasi yang baru sesuap kemulutnya. Setelah selesai ia kembali merebahkan tubuhnya di ranjangnya.
"Al tidak mau makan ma, rasanya sangat sakit jika harus muntah seperti ini." Ucap Alvian lemas.
"Mama panggilkan dokter dulu", mama merogoh sakunya mengambil posel nya.
"Tidak usah ma, Al tidak sakit." tolaknya.
"Fir, bisakah kamu membelikan kakak seblak dan siomay yang ada didepan sekolahmu? kakak pengen makan itu." sambungnya.
Safira dan mama rosa mengernyitkan dahinya heran.
"Sejak kapan kakak suka makanan pinggir jalan?" tanya nya heran.
"Tidak usah banyak tanya, belikan saja, kakak pingin makan itu."
Mama rosa melihat Safira memberi kode agar ia pergi membelikannya.
"Baiklah" Safira membalikkan badannya dan beranjak pergi.
"Yang pedas fir,level sepuluh", teriak Alvian pada Safira.
Sekitar satu jam Safira kembali dengan membawa seblak dan siomay pesanan kakaknya,Ia membawa siomay dan seblak yang sudah dimasukkannya kepiring terlebih dahulu.
"Ini kak" Safira meletakkan piring diata nakas.
Alvian bangun dan mengambil piring seblak dan siomay, matanya berbinar melihat makanan yang ada didepannya,air liur nya seakan menetes melihatnya.
"Ia menyendokkan siomay kedalam mulutnya, satu sendok,dua sendok, tiga sendok, ia terus memakannya hingga habis. Keringat memenuhi dahinya. Kemudian ia memasukkan seblak kedalam mulutnya, dengan semangat ia memakannya ,walau bibirnya sudah merah karena pedas, sesekali ia mengipas mulutnya yang terasa terbakar oleh cabai. Ia memakannya hingqa habis.
Mama dan Safira terperangah melihat Alvian, ia bisa memakannya dan tidak muntah. Padahal Alvian tidak pernah mau memakan makanan yang dijual di kaki lima ataupun di pinggiran, ia hanya memakan makanan yang menurutnya higienis. Tapi kali ini? sungguh tidak menyangka melihat Alvian.
"Kak, kakak menghabiskannya?" Alvian hanya mengangguk.
"Rasanya sangat lezat,Jika kamu mau kamu bisa beli lagi fir!"
"Tidak Kak, Fira gak mau kok."
***
Azka mencoba menghubungi Alvian melalui handphone nya, namun sudah beberapa kali panggilan Alvian tidak mengangkatnya, hingga panggilan kesepuluh barulah Alvian mengangkat.
"Al, lho harus segera kekantor Al, hari ini ada meeting dengan para investor"
"Lho kan bisa Ka, gue serahkan semua sama lho."
"Al, ayolah! sampai kapan lho begini? lho harus bangkit Al, jangan terpuruk dalam kesedihan terus."
"Gue gak bisa datang Ka, gue gak enak badan."
"Masalahnya mereka cuma mau lho yang presentase,kalo tidak mereka akan membatalkannya."
"Ckc.." Alvian berdecak langsung mematikan ponselnya sepihak.
"Al, Al..." Azka begitu kesal dengan Alvian.
Dua jam berlalu, Azka melihat jam yang melingkar ditangannya sudah menunjukkan pukul sebelas siang, dan sudah waktunya mereka bertemu dengan para investor yang akan bekerja sama dengan perusahaan Alvian.
"Huffff" Azka menghela nafas kasar, Ia akan coba bertemu para investor itu tanpa Alvian, meski tidak tahu jika mereka para investor bisa menerima atau tidak,tapi ia akan mencoba dan hasilnya terserah apa kata yang kuasa.
"Maaf pak Azka, para investor sekarang sudah dalam perjalanan menuju tempat yang sudah dijanjikan, sebaiknya kita pergi sekarang." Aluna menyampaikan.
"Baiklah, kita berangkat sekarang." Ucap Azka tanpa melihat Aluna.
"Bagaimana dengan Al, eh maksud saya pak Alvian?" tanya nya.
Azka tidak menjawab pertanyaan Aluna, dan langsung saja melangkahkan kakinya.
"Iiihh...kesal banget gue lihat tu orang. Awas saja kamu Azka, gue bakal nyingkirin kamu dari perusahaan ini, sebentar lagi Alvian akan jatuh kembali pada ku." Ia tertawa dalam hati.
Kini Azka dan Aluna sudah sampai disebuah restoran tempat mereka bertemu dengan para investor.
"Bagaimana pak Azka, mana pak Alvian? kita sudah menunggu sepuluh menit." tanya salah satu investor itu.
"Maaf pak dev, Alvian tidak bisa hadir saat ini, dan saya yang akan menyampaikan semua." Ucap Azka.
"Maaf pak azka, kami hanya ingin jika pak Alvian yang tampil."
"Pak, pak Azka kemampuannya sama dengan pak Alvian, bapak harus percaya pak Azka pasti bisa." Aluna menimpali.
"Maaf pak Azka, kami tidak mau, kalau begitu lebih baik kami permisi". Saat pak Dev berdiri dari duduknya suara Alvian menghentikannya.
"Maaf pak dev, saya terlambat." Alvian datang.
Azka menghela nafas lega, Alvian duduk dan langsung mempresentasikan hasil kerja nya dengan sangat baik, para investor sangat tertarik dan memilih untuk bekerja sama dengan perusahaan Alvian.
"Selamat pak Alvian." Pak Dev menjabat tangan Alvian.
"Terima kasih pak", Alvian menyambut tangan Dev.
"Huff.. Akhirnya." Azka bernafas lega. "kamu selamat Al," Azka memukul bahu Alvian.
"Pak Al, minum dulu pak, ini aku pesankan jus kesukaanmu." Aluna memberikan segelas minuman pada Alvian,namun tidak dilihat oleh Alvian, Karena Alvian diam, Aluna menggeser kursinya mendekat ke Alvian.
Alvian menutup mulutnya karena perutnya yang mual. "Jangan mendekat" Alvian berucap agar Aluna tidak mendekat, bau parfum Aluna sangat membuat perutnya bergejolak ingin memuntahkan isi perutnya.
"Kamu kenapa Al?" Aluna merasa khawatir melihat Alvian.
"Huek..."Alvian menutup mulutnya dan bergegas berlari ke toilet. Azka menyusul Alvian dan Aluna juga berdiri hendak menyusul. "Kamu jangan ikut, tetap disini." ucap Azka tegas dengan mata elangnya membuat Aluna diam menelan saliva.
"Huek..huek.." Alvian mengeluarkan semua isi perutnya, wajahnya sangat pucat, dan dipenuhi keringat.
"Kamu kenapa Al?" Azka menggosok punggung Alvian.
"Gak tau ka, bau parfum Aluna buat gue mual." Ucap Alvian lemas, ia bersandar didinding,tubuhnya tidak kuat untuk berdiri.
"Ayo kita kerumah sakit." Azka memapah Alvian berjalan.
"Antar saja ke rumahku Ka."
Azka mengantar Alvian pulang ke apartemen ya, dan ia juga menelpon mama rosa untuk datang ke apartemen Alvian.
.
.
Bersambung.