Pertarungan Cinta

"Aku tidak akan membiarkanmu mati, setidaknya sebelum diriku."

Perlahan Sienna mendorong tubuh Ethan menjauh.

"Aku memang tidak memiliki kemampuan apa pun selain merengek dan menangis layaknya anak manja. Aku hanya beruntung terlahir cantik dan kamu benar... kecantikan itu tidak akan bertahan lama. Aku tidak punya apa pun untuk menjamin hidupku akan baik-baik saja setelah menikah denganmu, tapi setidaknya kamu tidak akan membiarkan aku mati dengan cepat, itu sudah cukup bagiku. Aku tidak butuh cintamu."

Sienna kemudian melangkah keluar mendahului Ethan. Terlihat bahu gadis itu bergetar menahan tangis. Namun, ia tetap melangkah dengan kepala tegak, berusaha untuk tidak menangis.

Lagi-lagi Ethan diliputi oleh rasa bersalah. Pernikahan ini jelas juga bukan kemauan Sienna. Tangan Ethan mengepal kuat, ia kemudian menyusul langkah Sienna lalu menempatkan tangan gadis itu di lengannya. Melangkah bersama menuju pelaminan tempat mereka akan mengikat janji pernikahan.

Sienna tidak menoleh, sorot matanya kosong menatap lurus ke depan. Bunga Lily of valey di tangan kanannya menjuntai indah, menguarkan harum lembut diantara aroma mawar khas seorang Sienna.

Tiba di pelaminan dimana keluarga besar mereka duduk mengelilingi. Ethan dan Sienna duduk di tempat yang sudah di sediakan di tengah kolam, dibawah naungan paviliun yang biasanya jadi tempat Sienna menghabiskan waktu senggang.

Para penjaga istana tetap bersiaga atas kemungkinan terburuk, media istana sudah bersiap meliput. Tangisan Ibu Sienna tidak bisa terbendung. Rieta terus menangis di sisi suaminya sementara Arthur, kakak Sienna yang baru saja tiba dari luar negri pagi tadi juga tidak menunjukkan senyuman. Melihat adik kesayangannya harus menjalani pernikahan politik membuatnya marah, tapi ia juga tidak mampu menentang.

Diana juga terlihat tidak senang, sorot matanya seolah ia telah dikhianati oleh sepupunya, mewakili perasaan Dave. Sementara Jack dan Jimmy berusaha menunjukkan senyuman. Sebagai seorang ayah, mereka tahu jika Sienna dan Ethan tidak saling mencintai, tapi mereka tetap berharap kebahagiaan akan menyertai setelah pernikahan ini terjadi.

"Baiklah, kita mulai saja pernikahannya. Dengan mengucap bismillah..."

Ethan menarik napas dalam. Ia menjabat tangan Jimmy dengan penuh ketegangan.

"Saya terima nikahnya Sienna Adeline Foster..."

Air mata Sienna perlahan menetes. Janji pernikahan telah diucapkan. Ia dan Ethan telah resmi menjadi sepasang suami istri. Tangisan pecah, jelas bukan haru kebahagiaan.

"Harta yang paling berharga dalam hidupku adalah Sienna, sekarang aku menyerahkannya padamu... aku tidak akan berpesan untukmu agar membahagiakannya, aku hanya berharap kamu menganggapnya sebagai istrimu, wanita yang akan selalu mendampingi dirimu mulai sekarang," pesan Jimmy pada Ethan. Laki-laki tua itu tidak bisa menghentikan tangisannya.

"Aku akan melindunginya dengan nyawaku sendiri. Dia adalah duniaku mulai sekarang."

Mendengar jawaban Ethan, Jimmy akhirnya bisa tersenyum lega begitupun dengan Jack yang merasa bangga.

Sementara Sienna tidak menyangka jika Ethan akan mengatakan hal seperti itu tanpa ada keraguan sedikitpun.

"Sienna...." Jack memanggil dengan lembut. "Putraku memang kaku, sebagai seorang prajurit dia sedikit kasar, dia tidak tahu caranya memperlakukan wanita karena ibunya meninggal saat dia masih kecil. Aku hanya berharap semoga pernikahan ini akan membawa kebahagiaan dan kehangatan untuk kalian berdua."

"Aku...." Bibir Sienna bergetar. "Aku...." Lidahnya keluh.

Semua orang menatap, berharap Sienna akan menjawab ucapan Jack namun gadis itu hanya bisa terus menangis.

"Tidak apa, kamu tidak perlu mengatakan apa pun," ucap Jack menenangkan.

"Aku tidak akan mengecewakannya...."

Semua orang terdiam saat Sienna akhirnya menjawab dengan suara lantang meski air matanya tetap mengalir.

"Aku tidak akan menjadi dunia yang membuatnya kecewa. Aku berjanji demi hidupku."

Ethan tidak mampu mengalihkan pandangannya dari Sienna. Ucapan gadis itu membuat jantungnya bergetar, mendorongnya untuk mencium bibir Sienna.

Mengikat sumpah yang telah mereka ucapkan di hadapan keluarga terkasih. Melebur perasaan bersalah yang semula menyelimuti meski hanya dengan sebuah kecupan singkat.

Wajah Sienna seketika memerah, begitupun dengan telinga Ethan. Kegugupan menyelimuti hingga baik Ethan maupun Sienna tidak lagi berbicara setelah itu.

Berita pernikahan telah diliris, foto pernikahan juga sudah dimuat diberbagai media. Sumpah setia yang Sienna dan Ethan ucapkan juga menjadi trending topik disetiap kalangan.

Rumor pernikahan politik langsung hilang, yang dunia ketahui sekarang hanyalah pasangan bangsawan yang menikah karena cinta sejati yang berakhir bahagia.

Saat pesta akhirnya usai dan malam mulai menjelang. Makan malam pertama sebagai penyatuan dua keluarga berlangsung intim.

Arthur yang sejak kedatangannya tidak bicara, akhirnya memberanikan diri menghadang Ethan yang baru akan memasuki ruang makan.

"Aku dengar kamu sudah punya kekasih, kenapa masih menikahi adikku?" tanya Arthur tanpa basa-basi. Sebagai seorang pebisnis handal, ia sudah sering menghadapi berbagai jenis manusia, mulai dari yang baik hingga munafik.

"Semua orang juga tahu jika Sienna sudah memiliki kekasih, kami berdua sama buruknya," jawab Ethan tanpa gentar.

Arthur melangkah lebih dekat, tinggi badan mereka yang hampir sejajar membuatnya tidak terintimidasi meski aura kuat Ethan tidak terbantahkan.

"Aku tahu ini karena politik, tapi sekali saja kamu membuat adikku menderita, aku sendiri yang akan membunuhmu," ancam Arthur bersungguh-sungguh. Kilatan matanya berbahaya, Ethan dapat merasakan itu.

"Kalau begitu mulailah belajar berterimakasih padaku karena kelak, aku hanya akan melindungi Sienna."

"Sikapku tergantung bagaimana kamu memperlakukannya."

"Dan sikapku tergantung bagaimana Sienna memperlakukanku."

Arthur menyeringai, terlihat puas dengan jawaban sang adik ipar. Ia kemudian melangkah masuk ke dalam ruang makan, meninggalkan Ethan di belakang.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Sienna mendekat usai mengganti gaun pengantinnya dengan gaun berwarna hijau emerald.

Sienna tampak anggun dan mempesona dengan rambut yang dibiarkan tergerai. Sejak melihat kakaknya mencegat Ethan di depan pintu, ia ingin menegur, tapi berada diantara dua laki-laki yang tingginya seperti pilar itu hanya akan membuatnya merasa terhimpit.

"Kakakmu berpesan agar aku tidak terlalu kasar saat malam pertama kita nanti," bisik Ethan yang sontak membuat Sienna melotot.

"Ma-malam apa?"

"Ayo, kita makan. Kamu harus mengisi tenaga sebelum bertempur, kan?" ajak Ethan yang langsung menggandeng Sienna masuk ke ruang makan tanpa bisa gadis itu melayangkan protes.

...