Setelah mati tertembak, Ratu Mafia yang terkenal kejam, dan tidak memiliki belas kasihan. Tamara sang Ratu Mafia, mendapati dirinya bertransmigrasi ke dalam tubuh seorang antagonis novel roman picisan bernama sama.
Harus menjalani pernikahan paksa dengan Reifan Adhitama, CEO berhati dingin dan ketua mafia yang tampan, dan juga terkenal kejam dan dingin. Duda Anak dua, yang ditakdirkan untuk jatuh ke pelukan wanita licik berkedok polos, Santi.
Dengan kecerdasan dan kemampuan tempur luar biasa yang masih melekat, Tamara yang baru ini punya satu misi. Hancurkan alur novel!
Tamara harus mengubah nasib tragis si antagonis, membuktikan dirinya bukan wanita lemah, dan membongkar kepalsuan Santi sebelum Reifan Adhitama terlena.
Mampukah sang Ratu Mafia menaklukkan pernikahan yang rumit, mertua yang membenci, serta dua anak tiri yang skeptis, sambil merancang strategi untuk mempertahankan singgasananya di hati sang Don?
Siapa bilang antagonis tak bisa jadi pemeran utama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JEBAKAN AXEL
"Menurut laporan pengawas hotel, Nona Cindy sedang berada di The Velvet Room," jawab Robert.
"Itu adalah bar eksklusif di jantung kawasan elit, tempat berkumpulnya para key opinion leader sosialita dan pengusaha muda bertukar informasi," lanjut Robert,
memberikan detail titik lokasi Cindy.
Hari ini Robert sudah mendapatkan detail informasi tentang calon Nyonya bos nya, beserta orang terdekat nya.
Sayang nya Robert kali ini lengah dan salah cari lawan, Tamara menyadari bahwa dia sedang di mata-matai, hanya saja Tamara memang sengaja membiarkan.
"The Velvet Room? Sempurna, itu adalah Arena permainanku," ucap Axel, seringai nya kembali muncul, tetapi kali ini senyum itu terasa tajam dan dingin.
"Aku perlu jas baru yang tidak terlalu serius untuk menemui Ratu sosialita itu. Jas yang membuatnya berpikir aku hanya playboy kaya tanpa masalah. Robert, aku serahkan sisanya padamu," ucap Axel beranjak pergi dari sana.
Axel pergi dari sana dengan wajah berseri-seri, khas buaya darat yang akan melancarkan aksinya.
The Velvet Room, Jumat Malam....
Musik lounge jazz mengalun lembut di The Velvet Room, menciptakan suasana yang intim dan mewah.
Cindy duduk di booth sudut dengan segelas koktail di tangan, dikelilingi oleh beberapa kenalannya dari kalangan high society. Matanya memancarkan kegembiraan, dan dia dengan bangga menceritakan kecelakaan Ferrari-nya dan bagaimana hal itu digantikan oleh Bentley yang baru.
"Astaga Cindy, kalau aku jadi kamu aku juga mau mobil ku di tabrak, sampai rusak, lalu di ganti dengan mobil yang lebih mewah," ucap Rania, merasa iri.
Cindy hanya menanggapi dengan senyum tipis, dan gadu terangkat, tangan nya memutar-mutar, jelas kristal yang berisi cairan warna merah.
"Kau harus memiliki teman seperti ku, tapi aku rasa hanya Tamara yang mempu melakukan itu semua," ucap Cindy, tersenyum sombong,
Di seberang ruangan, Axel masuk. Mengenakan jas velvet berwarna burgundy yang mewah, dengan dasi sutra, dia tampak seperti definisi dari pesona yang berbahaya.
Axel bukan hanya tampan, tapi dia memancarkan aura uang lama dan kenakalan yang menarik.
Axel tidak langsung mendekat. Dia mengambil tempat di bar, memesan whiskey single malt, dan membiarkan pesonanya bekerja dengan sendirinya.
Beberapa wanita di sekitar Cindy sudah mulai meliriknya, dan hal itu hanya memperkuat citra yang ingin ia bangun.
Setelah beberapa menit, dengan waktu yang diperhitungkan dengan cermat, Axel berjalan santai ke arah booth Cindy.
"Maaf mengganggu," ucap Axel dengan suara bariton yang lembut, senyumnya sedikit miring.
"Tapi aku tidak tahan untuk tidak mengomentari kalungmu, Nona. Safir Biru Madagaskar? Pilihan yang berani untuk Jumat malam. Aku Axel, just Axel," ucap Axel, sambil mengulurkan tangannya.
Cindy, yang terbiasa dirayu, terkesan dengan ketenangan dan kejujuran di mata Axel. Dia membalas uluran tangan itu.
"Cindy," jawab Cindy, menerima uluran tangan Axel
"Dan terima kasih, aku tahu cara memilih perhiasan," ucap Cindy, tersenyum sombong.
"Tentu saja. Dan aku tahu pemilik Bentley baru. Aku melihatnya tadi sore di showroom," ucap Axel, dengan nada santai, seolah-olah hal itu adalah informasi yang lumrah.
"Sebuah Continental GT Mulliner. Pilihan yang sangat berkelas. Aku hampir saja membeli yang sejenis, tapi aku lebih suka yang lebih tua. Ngomong-ngomong, sebuah Ferrari California T ringsek untuk mendapatkan mobil itu. Kau pasti memiliki kisah yang sangat menarik," lanjut Axel, mulai melancarkan aksinya.
Mendengar Axel menyebutkan detail mobilnya dan kecelakaan itu, Cindy langsung merasa ada koneksi.
"Kau kenal sales-nya, ya?" tanya Cindy, tersenyum bangga.
"Hampir. Tapi ceritanya bukan milikku, tapi milik temanku yang gila. Dia-"
Cindy tiba-tiba menghentikan diri, dia baru ingat dia tidak boleh sembarangan membicarakan Tamara.
Axel, merasakan keraguan itu, tertawa kecil.
"Ah, aku mengerti. Selalu ada teman gila di balik drama paling mahal di kota. Aku suka tipemu. Aku baru saja kembali dari Paris dan perlu seseorang untuk mengenalkanku pada semua drama terbaru di sini," ucap Axel, tersenyum memperdalam akting nya.
Axel memesan sebotol champagne termahal dan mengalihkannya ke meja Cindy.
Malam itu, ia menggunakan semua pesona dan kemampuan interogasinya yang tersembunyi. Dia tidak bertanya tentang Black Dragon, atau Reifan. Dia hanya bertanya tentang Tamara.
"Temanmu yang gila itu, dia pasti istimewa. Hanya orang gila yang benar-benar peduli padamu, sampai rela menghancurkan mobil mewah demi statement," ucap Axel, matanya menatap Cindy dengan penuh makna.
"Dia terdengar seperti tipe yang sangat ambisius. Jadi, siapa dia? Sosialita baru? Atau pebisnis yang sedang naik daun?" tanya Axel, tersenyum jenaka.
"D-dia hanya Tamara. Tapi dia akan segera menjadi Nyonya Adhitama," jawab Cindy, sambil menyesap champagne-nya.
Cindy sudah mulai mabuk, Ratu Sosialita itu sudah terlalu banyak minum malam ini.
"Dan ya, dia sangat ambisius. Aku baru tahu dia akan mengadakan pesta pertunangan besar pada hari Sabtu," lanjut Cindy, setengah sadar.
"Reifan Adhitama? CEO yang dingin itu? Wow. Dia pasti wanita yang luar biasa. Kudengar Reifan tidak akan menikahi sembarang wanita. Dia pasti memiliki kendali penuh, ya?" tanya Axel pura-pura terkejut.
Ini adalah umpan pertama Axel. Reaksi Cindy akan mengonfirmasi apa yang Tamara inginkan, ilusi kendali atau kekuasaan sejati.
"Kendali? Kau belum tahu Tamara," bisik Cindy, dengan senyum nakal.
"Aku melihat bagaimana dia menatap dunia. Dia tidak akan pernah membiarkan dirinya dikendalikan. Reifan mungkin Raja, tapi Tamara, dia Ratu yang tahu cara memainkan bidak catur," ucap Cindy sudah mabuk.
Axel tersenyum. Informasi yang didapatkan tidak terstruktur, namun sangat jelas. Tamara menganggap dirinya Queen, tidak hanya sekadar pion.
"Menarik," gumam Axel, menyandarkan tubuhnya lebih dekat.
"Aku harus bertemu dengannya di pesta itu. Wanita yang bisa membuat Reifan Adhitama mengadakan pesta mewah dan memberimu Bentley dalam satu hari, pasti memiliki cerita untuk diceritakan."
"Dia pasti akan senang, tapi hati-hati. Dia bukan wanita yang mudah didekati," peringat Cindy, sedikit oleng karena terlalu banyak minum champagne dan pesona Axel.
"Aku suka tantangan," jawab Axel, mengedipkan mata.
"Katakan padaku, Cindy. Apa ambisi terbesar Ratu mu itu? Uang? Kekuatan? Atau dia hanya ingin menjinakkan sang Raja?" tanya Axel, tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menggali informasi yang lebih dalam tentang calon nyonya bos nya.
Cindy yang sudah setengah sadar, hanya menjawab dengan gumaman lirih yang tidak jelas.
Axel telah menanamkan benih kepercayaan. Sekarang yang dia butuhkan hanyalah kesabaran dan minuman lagi untuk membuka kunci lidah Cindy.
Axel tahu, malam ini, dia sudah selangkah lebih maju memasuki lingkaran berbahaya yang bernama Tamara.
Mereka berdua tidak tahu, bahwa sedari tadi ada sepasang mata tajam yang mengawasi mereka berdua.