NovelToon NovelToon
IKATAN PERJODOHAN

IKATAN PERJODOHAN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ivan witami

Arjuna dikenal sebagai sosok yang dingin dan datar, hampir seperti seseorang yang alergi terhadap wanita. la jarang tersenyum, jarang berbicara, dan selalu menjaga jarak dengan gadis-gadis di sekitarnya. Namun, saat bertemu dengan Anna, gadis periang yang penuh canda tawa, sikap Arjuna berubah secara drastis.

Kehangatan dan keceriaan Anna seolah mencairkan es dalam hatinya yang selama ini tertutup rapat. Tak disangka, di balik pertemuan mereka yang tampak kebetulan itu, ternyata kedua orangtua mereka telah mengatur perjodohan sejak lama. Perjalanan mereka pun dimulai, dipenuhi oleh kejutan, tawa, dan konflik yang menguji ikatan yang baru saja mulai tumbuh itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ivan witami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 Ghosting

“Dok, bagaimana hasilnya. Pacar saya gak gegar otak kan?” tanya Anna cemas melihat dokter memegang hasil CT scan Juna.

“Tidak, Non. Tenang saja. Masih termasuk benturan ringan. Pusing karena efeknya saja. Saya resepkan obat yang paling bagus ya. Nanti istirahat di rumah beberapa hari juga sudah pulih kok,” jawab sang dokter.

“Syukurlah.”Anna tersenyum menatap Juna.

“Ini resepnya,” kata Dokter memberikan resepnya.

“Terima kasih,Dok. Kami pamit.” Anna dan Juna keluar dari ruangan dokter.

Anna mendorong kursi roda Juna dan mengambil obat di apotik yang berada di rumah sakit.“Juna, kamu tunggu disini ya. Aku tebus obat dulu.”

Juna mengeluarkan dompetnya lalu memberikan kartu debitnya.“Ini,” ucap Juna.

“Pinnya?”

“Tanggal lahir kamu.”

Sejenak Anna memandang Juna heran, sejak kapan pin kartu debitnya diganti tanggal lahirnya. Tetapi ia tidak mau ambil pusing. Anna melangkah menuju loket obat dan menembus obatnya.

“Sudah, Sekarang aku antar kamu pulang ya,” ucap Anna setelah selesai menebus obat.

Juna hanya diam mengangguk, Anna pun langsung mendorong kursi roda Juna. Menuju depan.

“Tunggu disini, aku ambil mobilnya.“ Anna melangkah ke parkiran sedangkan Juna masih duduk di kursi roda menunggu Anna di teras rumah sakit.

Saat Anna ke parkiran, Juna dihampiri seorang wanita cantik.“Juna? Kamu kenapa kok gini,” ucap Wanita tersenyum sambil sedikit memegang dagu Juna.

Juna menepis tangan wanita itu.“Jangan sentuh aku. Aku begini bukan urusanmu.”

“Cih, sombong banget. Udah lumpuh gini juga sok banget. Eh, gimana itu usaha konveksi orang tuamu, sudah bangkrut?” Wanita yang bernama Winda itu tertawa melihat Juna tampak tak berdaya.

Juna menatap tajam ke arah Winda, musuh bebuyutan Juna. Winda selalu dihina saat orang tua Juna masih dibawah merintis usaha konveksi, tetapi Winda tidak tahu jika usaha orang tua Juna sudah berkembang dan bisa bersaing dengan perusahaan besar.

Winda adalah teman sekolah menengah atas Juna. Profesi sebagai dokter di salah satu rumah sakit besar dijakarta.

“Juna, ini siapa? Kok kamu kayak marah? tanya Anna yang sudah tiba.

“Bukan siapa-siapa, gak penting juga? Ayo pulang,” ajak Juna. Juna ingin segera pergi dari hadapan Winda.

“Kamu pacarnya Juna?” tanya Winda melihat Anna dari atas sampai bawah, sekilas ia tertarik dengan gaya pakaian Anna.

“Iya, maaf ya. Kami harus pulang.”

Juna hanya diam dan bangkit dari duduknya membuat Anna panik.“Jun, duduk. Nanti sempoyongan lagi. Kan belum sembuh,” ucap Anna cemas tetapi dengan logat gayanya yang lucu.

“Aku gak apa-apa. Aku bisa jalan kok. Gak lumpuh,” jawab Juna geram di akhir kalimatnya dan menatap tajam Winda.

Anna bergegas meraih lengan Juna dan menuntun masuk ke mobilnya. Namun, saat Anna hendak membuka pintu mobil, Winda mencegahnya membuat Anna heran dengan wanita dihadapannya itu.

“Kamu kenapa handang kita sih, kamu siapanya Juna?” tanya Anna sudah mulai tidak nyaman dengan gangguan dari Winda.

“Aku bukan siapa-siapa Juna. Hanya saja, aku mau peringatkan kamu, lebih baik kamu putusin aja anak tukang jahit. Gak guna!” Winda tertawa melihat Juna yang semakin kesal.

Winda sekali lagi melihat Anna.“Atau jangan-jangan kamu tukang jahit juga. Makanya mau sama Juna.”

Anna semakin heran dan ilfeel melihat Winda.“Gak jelas deh kamu, dih…”

“Apa? Kamu bilang aku gak jelas, aku ini dokter disini.”

Ana melihat jengah lalu membuka pintu mobil dan mendorong pelan Juna agar masuk kedalam.“Kamu duduk diam, biar aku tangani wanita gila itu,” ucap Anna lalu menutup pintu mobilnya.

“Kamu bilang dokter, tapi kok bahasamu kayak gak pernah sekolah ya?” Anna menyilangkan kedua tangannya melihat Winda masih berdiri sombong menatapnya.

“Aku tidak perlu menjaga ucapanku untuk Juna si anak tukang jahit itu. Si miskin!”

“Sombong…, sok kaya bangat mbuuuaaakkk. Najis!” Anna meninggalkan Winda menuju pintu mobil satunya.

“Ada apa ini?” tanya seorang pria dengan menggunakan jas dokter.

“Kak urus dia, aku mau pulang. Dia ngatain pasien, miskin. Kasih paham dia,” saut Anna pada pria itu. Pria itu rupanya kakak dari Anna yang bekerja di rumah sakit sekaligus cucu pemilik rumah sakit tersebut.

“Kakak?” saut Winda penuh tanda tanya.

“Iya, aku adik dokter Raffi. Kenapa? Paham kan sekarang! Ngeselin,” cicit Anna langsung masuk ke mobil dan langsung melesat meninggalkan rumah sakit. Sedangkan Winda masih syok karena Raffi menyuruhnya menghadap ke ruangannya.

Sepanjang jalan Anna terus mengoceh membuat Juna semakin sakit kepala. Juna meraih setir dan membelokkan ke tepi membuat Anna hampir kewalahan mengatur keseimbangan mobilnya.

“Kamu gila ya? Hampir saja nabrak mobil di depan!” ucap Anna kesal.

Anna menepikan mobilnya di bahu jalan.“Kalau mau mati, mati sendiri aja. Gak usah ngajak-ajak aku.”

“Kamu bisa diam tidak, kepalaku ini sudah sakit, denger kamu ngoceh sepanjang jalan, kepalaku tambah sakit,” ucap Juna tak kalah kesal.

“Aku itu lagi bela kamu. Lagian temen kamu yang namanya Winda itu norak banget sih! Baru jadi dokter aja belagu.”

Juna menarik tengkuk Anna dan mencium bibirnya. Anna terkejut, matanya membelalak beberapa detik sebelum akhirnya membalas ciuman itu dengan lembut. Napas mereka berpadu dalam kehangatan yang tiba-tiba mengisi ruang mobil kecil itu. Namun, setelah beberapa saat, Juna menarik diri dan menghela nafas panjang.

“Maaf, aku nggak seharusnya kayak gini sekarang. Tapi… aku cuma nggak tahan dengar kamu ngomong tentang Winda.”

Anna tertawa kecil, lalu berkata, “Yah, Winda memang sedikit sombong. Baru dapat gelar dokter, sikapnya jadi beda. Tapi jangan kebawa emosi. Winda sudah ditangani kakakku, kakak aku seniornya,” jelas Ana tersenyum mengusap lengan kekar Juna.

“Sudah jangan bahas dia lagi . Sekarang kita pulang,” ajak Juna.

Anna justru berpindah ke pangkuan Juna menatap Juna begitu dalam.“Juna, kita sudah tiga bulan pacaran. Kamu ada niat serius gak sama aku.”

Juna memandangi Anna.“Menurutmu?”

“Kok balik tanya sih?”

Juna tertawa kecil melihat Anna lalu Juna mencium kembali bibir Anna.“Kamu mau aku lamar,” ucap Juna pelan.

“Eummm.., nanti dulu deh. Lagian bisnis kita baru jalan. Kita selesaikan misi dulu.”

“Kamu itu ngeselin ya. Minta kepastian tapi malah cuma ghosting.” Juna meniup wajah Anna.

Anna hanya tertawa kecil, bukannya ia tidak mau serius tetapi ia ingin pekerjaannya selesai dulu. Anna ingin membuktikan pada papanya jika ia bisa lepas dari bayang-bayang nama besar keluarganya.

“Sudah, pulang yuk! Aku lapar juga.” Anna kembali duduk di kursi kemudi.

Saat Anna kembali ke kursi kemudi dan melakukan mobilnya. Juna diam-diam menekan jantungnya dan Hasratnya. Wajah Anna dan sikapnya barusan membuat Juna bergairah. Juna mengambil botol air minum yang ada di sampingnya dan meminum airnya sampai habis. Ia benar-benar menahan gejolak dalam dirinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!