NovelToon NovelToon
Menuju Tenggara

Menuju Tenggara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Karir / Persahabatan / Cinta Murni / Bad Boy
Popularitas:21.4k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Ganesha percaya Tenggara adalah takdir hidupnya. Meski teman-temannya kerap kali mengatakan kepada dirinya untuk sebaiknya menyerah saja, si gadis bersurai legam itu masih tetap teguh dengan pendiriannya untuk mempertahankan cintanya kepada Tenggara. Meski sebetulnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa dia hanya jatuh cinta sendirian.

"Sembilan tahun mah belum apa-apa, gue bisa menunggu dia bahkan seribu tahun lagi." Sebuah statement yang pada akhirnya membuat Ganesha diberikan nama panjang 'Ganesha Tolol Mirella' oleh sang sahabat tercinta.

Kemudian di penghujung hari ketika lelah perlahan singgah di hati, Ganesha mulai ikut bertanya-tanya. Benarkah Tenggara adalah takdir hidupnya? Atau dia hanya sedang menyia-nyiakan masa muda untuk seseorang yang bahkan tidak akan pernah menjadi miliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 30

Banyak tertawa ternyata melelahkan juga. Rasanya seperti makanan ringan beribu-ribu kalori yang dia santap sepanjang hari mendadak lenyap begitu saja, membuat perutnya kembali terasa kosong.

Ganesha bersusah payah mengatur napas dan menyeka bulir-bulir kabut bening di sudut matanya. Satu nama yang abangnya sebutkan betulan setara dengan mendengar seribu lelucon paling menggelikan di dunia.

"Kenapa malah ketawa, sih? Apa yang salah coba?" tanya abangnya heran.

Ganesha melompat turun dari sofa, bergabung duduk di lantai dengan abangnya. Serial Upin Ipin sudah tak lagi menarik perhatiannya. Sekarang, tugasnya adalah untuk meluruskan kesalahpahaman agar abangnya tidak salah jalan.

"Abang, listen to me," mulainya. Raut wajahnya serius, layaknya seorang guru yang hendak mengajari anak muridnya ilmu baru. "Ganesha sama Kafka itu nggak mungkin pacaran, oke."

"Kenapa nggak mungkin? Karena kalian berteman?"

Ganesha mengangguk. "Itu benar. Tapi, yang lebih penting adalah, Kafka sekarang udah nggak jones lagi, jadi Abang jangan main jodoh-jodohin Echa sama dia."

Abangnya tampak terkejut dengan pemaparan tersebut. Tak menduga bahwa Kafka yang dia percaya menjaga adik kesayangannya ternyata sudah punya pawang. Aduh, kalau begini, dia jadi tidak enak pada pacarnya Kafka. Iya kalau orangnya chill, bagaimana kalau pacar Kafka adalah gadis gila, posesif dan cemburuan? Bisa gawat kalau sampai Ganesha dilabrak karena salah paham.

"Sejak kapan?" Abangnya bertanya dengan wajah penasaran.

"Sejak...." Ganesha menggantung ucapannya, melirik ke sudut kiri atas, berpikir keras. "Nggak tahu sejak kapan, yang jelas dia udah nggak jomblo lagi sekarang." Sambungnya beberapa saat kemudian.

Abangnya hanya bisa mengembuskan napas pelan, setengah mencibir. Namun, tak lebih lanjut mengorek perihal siapa gerangan sosok gadis yang berhasil memikat hati Kafka yang kerap kali Ganesha juluki sebagai kanebo kering.

Dia memutar tubuhnya lagi, kembali sibuk dengan laptop yang layarnya menyala terang menampilkan angka-angka unik.

"Kalau gitu, mau Abang kenalin ke temen Abang nggak? Banyak tuh kandidatnya, yang pasti udah lolos seleksi."

Mendengar itu, Ganesha mendesah pelan. Dia mendaratkan punggungnya di sofa, bertopang kepala, dan matanya menatap lurus ke arah abangnya yang kembali sibuk.

Di dekat kakinya, seekor boneka dinosaurus biru kecil tergeletak tak berdaya. Tangannya yang iseng menggulingkan boneka itu sambil berkata, “Nggak perlu deh. Lagian ya Abang, Kak Aga itu nggak jahat tau. Cuma kadang-kadang emang agak nyebelin aja. Jadi Abang nggak perlu segencar itu deh buat bikin Echa buka hati buat yang lain.”

"Abang nggak bilang dia jahat," Lelaki itu sedikit menoleh, "Yang jadi poinnya kan karena dia nggak bisa balas perasaan kamu. Jadi buat apa kamu buang-buang waktu buat menggantungkan harapan palsu?"

Kali ini, Ganesha tidak langsung menjawab.

Hening.

Dia hanya diam, menatap lurus boneka dinosaurus yang tadi sempat dia lempar pelan, kini tergeletak menghadap langit-langit. Tangannya tergerak perlahan meraba leher, menemukan kalung pemberian Tenggara yang masih bertengger manis di sana.

Apa yang abangnya bilang adalah benar. Tak ada gunanya menggantungkan harapan ketika jawabannya sudah diberikan secara gamblang. Masalahnya, move on dari cinta diam-diam selama sembilan tahun kan bukan perkara sepele. Itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi, mereka masih harus sering berinteraksi untuk urusan pekerjaan.

Tapi lebih dari itu, move on jalur orang baru sepertinya adalah ide yang buruk. Ganesha tidak bisa membiarkan orang lain menanggung luka yang bukan ditinggalkan oleh mereka. Tidak bijak, dan dia percaya sesuatu yang dimulai atas hal lain yang belum selesai hanya akan menimbulkan masalah di kemudian hari kelak.

"Kalau Zaloria jadi penghalang, kamu out aja."

Ucapan abangnya seperti menarik Ganesha kembali ke permukaan setelah kembali ke dasar. Dia menatap punggung abangnya lurus-lurus. "Abang...." ucapnya setengah bergumam.

Tetap berada di Zaloria tentu akan entar, tapi kalau disuruh meninggalkannya pun Ganesha tidak mau. Terlepas dari niat awalnya bergabung agar bisa selalu dekat dengan Tenggara, menyanyi sudah membantunya melewati banyak kesulitan. Dia bisa mencurahkan perasaannya lewat beberapa bait lirik yang turut dia sumbangkan. Menumpahkan keresahan, kesedihan, dan kesepian yang kerap kali dia sembunyikan.

"Kamu bisa lanjut solo karier."

Abangnya masih tidak menoleh. Tangannya sibuk menggeser touchpad laptop, jari-jarinya mengetik cepat di antara cahaya layar yang memantul ke kacamata tipisnya. Di meja, ada sisa kopi dalam tumbler stainless, beberapa kertas berisi catatan proyek, dan bungkusan wafer yang sudah dibuka setengah.

Ganesha menarik napas pelan, lalu duduk bersila sambil meremas ujung bantal kecil di pangkuannya. Matanya jatuh pada sepatu Converse miliknya yang tergeletak di dekat rak sepatu—salah satu kenangan kecil waktu Tenggara diam-diam membelikannya sebagai kado ulang tahun, lengkap dengan tulisan “Keep Walking, lil' star” di bagian lidah sepatu.

"Nggak." Dia menggeleng cepat. Kedua tangannya menangkup leher, menyentuh kembali kalungnya, seakan sedang mengumpulkan kekuatan.

"Echa nggak bisa tinggalin Zaloria, Abang."

Abangnya akhirnya menoleh. Mata mereka bertemu sebentar, tetapi tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir lelaki itu.

"Echa janji nggak akan terluka lagi," ucap Ganesha sungguh-sungguh. Dia mengulurkan tangan kanan, menjulurkan jari kelingking. "Kalau suatu hari nanti Abang lihat Echa terluka lagi gara-gara Kak Aga, baru Echa bakal pergi tinggalin keduanya."

Meski terasa berat, lelaki itu tetap mengulurkan jari kelingkingnya, menyegel janji dengan adik kecilnya yang menggemaskan namun keras kepala.

Ganesha tersenyum tipis kala jemari mereka bertaut. "Makasih, Abang."

Lelaki itu tidak menjawab, hanya menarik jemarinya perlahan dan kembali membalikkan badan. Dalam sekejap sudah sibuk dengan dunianya. Meninggalkan Ganesha sendiri dengan pikirannya.

Hening yang terjadi cukup lama membuat Ganesha berpikir obrolan mereka siang itu telah selesai. Jadi, dia bergerak merayap ke atas sofa lagi, merebahkan diri dan kembali berniat menghabiskan waktu bersantai sampai nanti waktunya mandi sore.

Tayangan di televisi sudah berganti dengan serial kartun yang tak terlalu Ganesha minati, maka dia menyambar remote dan memindahkan saluran. Begitu sibuk ibu jarinya memencet tombol. Beberapa kali dia berhenti di satu saluran, hanya untuk mencerna sebentar tayangan yang sedang disajikan, lalu pindah lagi ke saluran lain ketika tak menemukan minatnya di sana.

Beberapa lama berkutat memilah, Ganesha tertahan pada satu saluran yang tengah menayangkan berita.

"...jenazah korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan di dalam kamar, sementara tersangka—yang tak lain adalah suaminya sendiri—awalnya melaporkan kejadian ini sebagai kasus perampokan."

Ganesha mendadak fokus, pandangannya tertumbuk pada visual TV yang kini menampilkan garis polisi melintang di depan sebuah rumah sederhana. Suara reporter terdengar datar namun tegas, seakan berusaha tetap netral di tengah narasi yang terlalu kejam untuk dicerna.

"Namun setelah penyelidikan lebih lanjut dan hasil rekaman CCTV di sekitar lokasi, aparat menemukan sejumlah kejanggalan, termasuk tidak adanya tanda-tanda paksa pada pintu masuk. Hingga akhirnya, suami korban mengakui telah merekayasa perampokan demi menutupi tindakannya."

Wajah sang suami ditampilkan sekilas saat digiring ke mobil tahanan. Wajah datar. Tanpa sesal.

Ganesha bergidik. Kasusnya terlalu mengerikan untuk didengar, sebab dilakukan oleh orang terdekat.

Baru saja hendak menekan tombol untuk kembali mengganti saluran, suara abangnya tiba-tiba menggema di tengah-tengah tegangnya narasi yang dibawakan oleh reporter.

"Mau Abang kenalin ke temen Abang yang Senior Manager di Braga Hotel itu nggak?"

"Abang ih!!" Ganesha merengek sebal.

Buyar sudah buyarrr... Remote televisi jatuh mengenaskan dari genggaman, menyisakan Ganesha dengan mulut setengah terbuka dan pikiran yang melayang.

Bersambung....

1
Dewi Payang
Lo juga gak peka dulunya sama Senna, Kaf.
Dewi Payang
/Joyful/
Zenun
Siapa tuh namanya😄. Penisirin lah
nowitsrain: Sini aku bisikin..
total 1 replies
Zenun
Ya tetep aja Ganesha gak sampai hati Tengg bonyok😄
nowitsrain: Yaa begitulah cingta
total 1 replies
Dewi Payang
Para memang kesalnya si Kafka ke Tenggara😂
Dewi Payang: Tapi tar kayanya aku mencium bau² mereka bakal jadi sohib🤔
nowitsrain: Dendam kesumat dia 😂
total 2 replies
Dewi Payang
Ga senggol donk si Kafka, apa dia masih punya tenaga buat marahi lo😅
Dewi Payang: /Joyful/
nowitsrain: Lelahh menghadapi para gadis
total 2 replies
Dewi Payang
Biarin lecet, tar beli lagi ya Ga, yang pening bisa ikut nginap😂
Weh, Kafka jengkel setengah mampus inu😅
Dewi Payang: /Joyful/
nowitsrain: Wkwk iyaa..

Dikit lagi makan orok tuh si Kafka
total 2 replies
Dewi Payang
Ampun dijay😂
Dewi Payang: Bisa khilaf tar si Tenggara🤭
nowitsrain: 😂😂 marah-marah mulu si Kafka yak
total 2 replies
Dewi Payang
Ini maah Kafka cari ribut😅
nowitsrain: Emang pecinta keributan kan
total 1 replies
Dewi Payang
Kafka dilawan😅
nowitsrain: /Joyful//Joyful/
total 1 replies
Zenun
mamam tuh Tengg. Puas banget dibalikin begitu
nowitsrain: /Joyful//Joyful/
total 1 replies
Zenun
ngapa emang? suka-suka dia atuh😁
nowitsrain: Aga: ih kan aku cemburu
total 1 replies
Zenun
Nanti kalo lo balik lagi ke tengg, tu laki bakal ngulur lagi. Caya dah
nowitsrain: Yee khan
total 1 replies
Zenun
dengerin tuh baik-baik ya
nowitsrain: Au deh kupingnya kebuka apa enggak tu
total 1 replies
Zenun
kenapa kafka gak ditengah aja
nowitsrain: Mabok dia kalau di tengah
total 1 replies
Dewi Payang
Gwe suke gaya lo Kaf😅
Dewi Payang: Ya ampyun, tapi kali ini lo memang keren👍🏻👍🏻
nowitsrain: Kafka: Harus suka, lah, kan gue keren 😎
total 2 replies
Dewi Payang
Wih... kaya bapaknya Nesha aja🤭
Dewi Payang: Kaya begitu😅😅
nowitsrain: Iya ya, bapak kandungnya aja au deh tuh ke mana wkwk mungkin Tuhan kirim Kafka emang biar jadi sosok yang menggantikan peran bapaknya
total 2 replies
Dewi Payang
Lasaiiiinnnn......
Dewi Payang: 😂😂😂😂😂
nowitsrain: Kasian kasian kasiann
total 2 replies
Dewi Payang
Cakiiiiiit ya Ga.....
nowitsrain: Biar tau rasaaaaa. Itu mah belum seberapa
total 1 replies
Dewi Payang
Tak lama, fans gak lagi segalanya....
nowitsrain: Betulllll
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!