Ratu Esme Coventina Vasilica dieksekusi oleh suaminya sendiri, Raja Stefan Vasilica karena dituduh membunuh anak raja.
Anak raja yang berasal dari selir Jenna itu akan jadi putra mahkota dan akan duduk di tahta selanjutnya. Keputusan itu diambil karena Ratu Esme dinyatakan oleh tabib tidak akan bisa mengandung selamanya alias mandul.
Karena dianggap membunuh keturunan raja, Esme yang merupakan seorang ratu tetap tidak lepas dari hukuman.
Namun ketika ekseskusi akan dimulai, sebuah senyum licik dari Jenna membuat Esme merasa bahwa semua ini tidak lah benar. Dia sendiri tidak pernah merasa membunuh anak dari suaminya itu.
" Jika aku diberi kesempatan untuk hidup kembali, maka akan ku balas semua rasa sakit dan penghinaan ini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 24
Kemelut yang terjadi ruang kerja Kaisar Ravenloft karena ulah kaisarnya sendiri agaknya sudah menjadi hal yang biasa. Algar dan Heros, terkhusus Heros sudah sangat biasa dengan ulah Loyd yang kadang diluar nalar dan pemikirannya.
Berbeda dengan Stefan, Raja dari Vasilica. Saat ini dia tengah berjibaku dengan pekerjaannya. Sang Raja sedang disibukkan dengan urusan pekerjaan Istana yang sangat banyak dan menumpuk. Dia bahkan sampai lupa berapa banyak waktu yang ia gunakan sehingga tidurnya berkurang. Pasalnya baru saja memejamkan mata, pagi tiba-tiba sudah menjelang.
"Apa masih banyak lagi, Peter?"
"Iya Baginda, masih banyak. Bahkan ini belum setengahnya."
Dugh!
Stefan menghantukkan kepalanya di atas meja. Dia merasa sangat lelah saat ini dan ingin sekali merebahkan tubuhnya. Stefan mengingat bahwa dia tidak pernah merasa seperti ini dulu.
Terang saja, semua itu karena adanya Esme. Perkejaan Istana menjadi lebih ringan. Stefan sama sekali tidak menyangka bahwa pekerjaan semuanya itu begitu banyak dan tentunya tidak mudah.
"Baginda?"
"Hmmm."
"Apa sebaiknya Anda segera mengisi posisi Ratu kembali. Pekerjaan rumah tangga istana, segala hal yang berhubungan dengan istana pasti akan bisa dikerjakan oleh Ratu. Para lady bangsawan pasti mendapat pendidikan pengelolaan rumah tangga. Jadi saya pikir, itu akan sedikit membantu Anda jika mencari ratu lagi."
Stefan langsung menatap Peter dengan tatapan yang tajam. Tapi Peter tidak terganggu sama sekali. Dia tidak peduli, karena semua ini demi kebaikan raja sekaligus kebaikan istana. Peter sangat tidak takut. Semua sungguh jadi berantakan jika tidak ada yang bisa menggantikan Esme untuk mengurus rumah tangga istana.
"Kau memintaku mengganti Esme? Tidak itu tidak bisa. Aku yakin Esme sebentar lagi pasti akan kembali ke sini. Dia akan kembali padaku. Aku yakin itu."
Peter menghela nafasnya panjang. Rasanya ingin sekali berteriak di muka Stefan,"Jika kau masih mengharapkannya, mengapa waktu itu kau lepaskan!!"
Ya Peter ingin sekali melakukan itu, namun untuk kali ini dia tidak berani.Dia memilih untuk diam dan mencari cara lain untuk mencari jalan keluar dari banyaknya pekerjaan yang ada.
Stefan tentu tidak bisa menyelesaikan semua sendiri, paling tidak jika ada yang mengurus tentang rumah tangga istana, Stefan bisa fokus dengan pekerjaannya sebagai Raja.
"Begini saja Baginda, Selir Jenna. Berikan dia sebagian pekerjaan itu. Sambil menunggu ratu kembali, sebaiknya dia juga diberikan pekerjaan. Agar dia juga bekerja dan tidak hanya hidup tenang dan nyaman di istana."
"Oh iya, benar juga. Kirim utusan ke rumah Marquis Rosen Arcarito, minta wanita itu kembali."
"Baik Baginda."
Peter langsung pamit undur diri dan segera menjalankan apa yang diperintahkan Stefan. Ia beruntung bahwa ide nya kali ini disetujui. Jika tidak, pekerjaan yang sebanyak itu mungkin tidak akan kunjung selesai.
Di dalam ruangannya, Stefan menyandarkan bahunya. Rasanya perasaannya sekarang ini tidak karuan. Bukan karena mengerjakan pekerjaan yang sebegitu banyaknya. Melainkan karena saat ini dia tengah teringat oleh mantan istrinya.
Bukan sesal, tapi lagi-lagi Stefan kembali bertanya. Mengapa Esme tiba-tiba meminta perceraian, mengapa Esme tiba-tiba ingin berpisah dengannya? Sungguh sampai detik ini Stefan masih bingung.
Dan, sudah hampir kurang lebih satu minggu, Esme tidak kunjung kembali. "Apa aku harus mengirimi dia surat? Kalau begitu nanti seolah aku yang mengejarnya? Tidak, mari bertahan sebentar lagi. Aku yakin dia tidak akan lama lagi kembali kemari."
Stefan meyakini pemikirannya itu. Dia tidak pernah berpikir apakah mungkin di rumahnya Esme lebih senang, lebih tenang dan lebih santai? Stefan sama sekali tidak pernah berpikir hingga ke sana. Yang jadi keyakinannya adalah, Esme pasti tidak akan betah di rumah dan akan kembali lagi ke istana.
Stefan tidak tahu saja bahwa saat ini Esme sedang melakukan perjalan jauh yang belum pernah dilakukan seumur hidupnya. Perjalanannya kali ini untuk melakukan apa yang dia inginkan yakni bertransaksi dengan kaisar langsung. Stefan tidak tahu bagaimana antusiasnya Esme dengan semua hal itu.
"Kita benar-benar pergi ke Kekaisaran Ravenloft, Lady Esme?"
Esme mengangguk, entah sudah berapa kali Daria bertanya. Esme membawa Daria karena Daria pintar dalam merias dan selama ini dia memang dayang yang kompeten."
"Sudah berapa kali kau bertanya hah, sudah diam dan tidurlah. Perjalanan kita masih jauh ini."
Daria hanya membuang wajahnya saat Paul bicara demikian. Tidak dulu, tidak juga sekarang, Paul dan Daria memang sellau terlibat adu mulut yang sebenarnya tidak penting-penting amat. Hanya saja hal tersebut membuat Esme merasa senang.
Mereka menggunakan perjalanan darat tanpa menggunakan gate teleportasi. Selain mahal, itu karena di Vasilica tidak ada penyihir. Jadi mau tidak mau mereka melakukan perjalanan dengan kereta kuda dan memakan waktu setidaknya satu pekan lebih. Tapi Esme tidak mempermasalahkan itu karena dia begitu menyukai perjalanan ini.
"Es, kau nampaknya yang paling menyukai perjalanan ini."
"Yap, tepat. Kau tahu Paul, aku sungguh sangat senang bisa bepergian begini. Rasanya kehidupan ini sungguh bebas. Aku seperti burung yang terbang kesana kemari tanpa pikiran. Dan saking bodohnya aku baru tahu kalau dunia sungguh luas. Aku juga jadi penasaran dengan kekaisaran yang lainnya. Jika diberi kesempatan, aku akan mendatangi semua tempat itu."
Paul tersenyum tipis, dia senang jika Esme pun merasa senang. Pun dengan Daria, dia baru kali ini melihat wajah Esme yang bersinar. Wajahnya begitu terlihat seperti tidak ada beban.
"Baginda, maksud saya Lady Esme saya senang melihat wajah Anda yang sekarang. Anda nampak lebih berseri dan bercahaya."
"Waah benarkan demikian? Terimakasih Daria. Kau yang selalu ada untuk ku. Dan tentu Paul juga. Aku ingin dimanapun aku berada ada kalian. Hanya kalian yang aku percaya, hanya kalian yang bisa ku ajak untuk berkeluh kesal."
Daria spontan memeluk Esme. Dia bersama dengan Esme sudah bertahun-tahun saat menjadi dayang di istana, jadi dia tahu persis apa yang dilakukan dan juga lelahnya pikiran dan tubuh Esme. Jadi Daria berharap Esme bisa sepenuhnya bahagia mulai sekarang.
Dulu ketika Esme memutuskan untuk bercerai, Daria sedikit tidak setuju. Tapi sekarang, melihat Esme lebih bisa menunjukkan perasaan hatinya, dia pun mengerti bahwa berpisah dengan Raja Stefan adalah pilihan terbaik.
"Aku berharap Anda bahagia selalu Lady."
"Terimakasih Daria. Mari kita bahagia bersama-sama."
TBC
ditunggu kelanjutan dan keseruan kisah cinta dari janda mantan ratu dengan kaisar loyd /Drool/
semangat dan tetap sehat kak 🙏
daku padamu kaisar..sat set /Kiss/