Kehidupan yang di alami orang sekitarnya, terutama kakak nya sendiri membuat Harfa tak mau menjalani yang namanya pernikahan.
Apalagi, setelah Biru, membatalkan pernikahan mereka. Membuat hati Harfa begitu dingin akan yang namanya cinta. Mengunci hati hingga sulit di tembus.
Perubahan Harfa membuat kedua orang tuanya merasa sedih. Apalagi usia Harfa tak lagi mudah.
"Nak, menikahlah. Usia kamu sudah matang?"
"Tidak. Aku gak mau menikah, Ummah."
Jawab tegas Harfa membuat hati umma Sinta teriris.
yuk ikuti kisah nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Buah ketaatan
Prang ...
Sebuah gelas hancur tak terbentuk menjadi sasaran kemarahan Pak Ayus.
Amarahnya tak terbendung lagi. Kali ini ia benar-benar tak bisa selamat.
"Bodoh. Memenangkan kasus seperti itu kau tak becus cuih ..,"
Sangat pengacara hanya bisa diam dengan hinaan yang ia dapatkan. Dirinya tak berdaya walau harga dirinya di injak-injak.
Bug!
Entah bagaimana keadaan pengacara itu. Akibat Alex di penjara kini karir politiknya benar-benar terancam. Apalagi ada surat panggilan dari pengadilan.
"Seret dia keluar dan kalian tahu apa yang harus kalian lakukan."
Sangat pengacara di seret keluar dengan tak ber manusia. Kini hidupnya benar-benar di ambang batas. Ia harus bisa melarikan diri sebelum nyawanya melayang.
"Anak pembawa sial. Bisanya hanya menyusahkan. Bedebah ..,"
Teriak pak Ayus, amarahnya tak bisa di bendung lagi. Bagaimana bisa kini karirnya terancam hanya karena pengacara ingusan itu.
Telepon terus berdering dari berbagai pihak. Membuat kepalanya pusing.
Apa yang harus ia lakukan agar keluar dari masalah besar itu.
"Semua karena anak sialan itu. Dia benar-benar Akhhh...,"
................
"Mas, apa kamu akan tetap melanjutkan kasus ini?"
Tanya Zahira hati-hati, Zahira tak mau Bumi kenapa-kenapa. Sudah banyak orang yang tersakiti akibat kasus ini.
"Iya, mereka harus tahu, jika kekuasaan tidak ada apa-apanya di mata keadilan."
"Aku takut hal buruk terjad--"
"Cukup Zahira. Kamu bicara seolah kamu bukan seorang pengacara."
Amarah Bumi sedikit tersulut. Membuat Zahira tersentak.
Bumi menghela nafas berat. Semenjak kepergian kedua orang tuanya membuat emosi Bumi tidak stabil. Tak jarang Bumi tersulut emosi karena hal kecil.
"Maafkan saya Zahira. Saya tahu resiko dari semua ini. Tapi, saya tak bisa mundur. Jika di biarkan saja tak ada perlawanan mereka akan semena-mena pada kita. Maafkan saya jika saya juga telah menempatkan kamu dalam situasi berbahaya ini. Saya janji sebisa mungkin akan melindungi kamu."
"Sekarang kamu tidur. Saya akan menyelesaikan berkas ini dulu."
Zahira beranjak dari duduknya. Meninggalkan Bumi di ruang kerja.
Hati Zahira benar-benar gelisah. Zahira tak ingin hal buruk terjadi pada Bumi.
Apa boleh buat, Bumi orang yang sangat keras apalagi menyangkut keadilan.
Penguasa memang mempunyai segalanya. Apapun bisa di lakukan. Tapi Bumi yakin keadilan akan selalu ada. Bumi tak akan menyerah. Apapun akan Bumi lakukan untuk meruntuhkan kedudukan pak Ayus.
Kabar itu sudah tersebar di berbagai sosial media. Membuat nama Bumi selalu di bicarakan. Bahkan kemanapun Bumi pergi akan selalu ada wartawan mengikutinya.
Kehidupan Bumi berubah dalam sekejap. Kedamaian itu tak lagi ada.
Namun, Bumi sedikit lega karena banyak masyarakat yang mendukung kasusnya. Bahkan banyak akun-akun ternama yang terus mengikuti perkembangan kasus yang Bumi tangani.
Ini kasus yang benar-benar menghebohkan karena kasus ini menyeret berbagai pihak.
Keadaan semakin tak terkendali melihat bagaimana antusias nya Masyarakat mendukung Bumi. Membuat aparatur yang ada di atas semakin terpojok oleh desakan sana sini.
Mereka juga harus hati-hati dalam menangani kasus ini. Jangan sampai mereka terseret juga. Jika sudah begini, mereka hanya bisa saling menyelamatkan diri.
Kini jamannya sudah berubah. Dan Bumi begitu cerdas memanfaatkan simpati public agar memudahkan Bumi menangani kasus ini.
Dokter Harfa dan keluarga melihat berita itu mereka semua berdoa semoga Bumi bisa memenangkan kasusnya.
Apalagi banyak tanggapan-tanggapan negatif dari masyarakat pada pak Ayus.
Pak Ayus memang mempunyai kekuasaan. Tapi, tak selamanya kekuasaan bisa ia kendalikan. Apalagi anaknya terjerat kasus berlapis. Kini, sangat sulit bagi pak Ayus menyelamatkan diri ataupun karir politiknya. Belum lagi para pesaing mendorong pak Ayus kedalam jurang kehancuran.
Para pesaing tentu merasa senang akan apa yang di alami pak Ayus karena mereka bisa naik menggantikan jabatan pak Ayus.
Keuntungan yang sangat besar bagi sebagian pihak.
Bumi tak peduli akan hal lain. Yang Bumi tahu sekarang pak Ayus harus di berantas jangan sampai ada pak Ayus kedua yang menggunakan kekuasaannya dengan semena-mena. Ini Indonesia bukan drama India.
Jalan Bumi juga tak begitu mulus tentu ada saja yang menekannya untuk mundur. Bahkan Bumi juga hampir di keluarkan dari biro hukum. Namun, Bumi tak sebodoh itu. Bumi mempunyai file yang membuat ketua tak bisa berbuat lebih selain dari pada mengizinkan Bumi.
Jadi pengacara tidaklah mudah. Butuh mental kuat untuk terus berada di jalur yang benar.
Rasa lelah tentu Bumi rasakan, belum lagi Bumi harus menjaga Zahira agar keselamatan tetap terjaga.
Zahira tanggung jawab Bumi dalam hal apapun. Walau Zahira bukan wanita yang di cintai ya. Tetap saja Zahira adalah istri Bumi wanita yang harus Bumi jaga.
Ada baik dan buruknya juga karena kasus yang Bumi tangani untuk Zahira.
Semenjak Bumi menangani kasus besar itu. Zahira semakin di percaya orang-orang untuk menangani kasus masing-masing. Membuat nama Zahira juga ikut melambung dalam karirnya. Namun dalam hal ketenangan Zahira tak merasakan itu. Akan ada bahaya selalu menyertainya. Bukan sekali atau dua kali Zahira mengalami itu. Baik tekanan verbal atau non verbal.
Bumi meminta bantuan pada Sky untuk keselamatan Zahira.
Semenjak mereka saling kenal dalam kasus itu tentu ikatan mereka semakin dekat layaknya saudara. Apalagi nenek Sky juga sudah berangsur pulih bahkan mendukung penuh Sky membantu kasus Bumi.
Hari ini sidang terakhir di putuskan. Semua bukti sudah Bumi kantongi. Sang hakim yang tadinya menerima suap dalam jumlah besar agar menyelamatkan pak Ayus. Kini berbalik menjerat pak Ayus. Karena ada hal yang jauh lebih besar sekedar jumlah uang yang di tawarkan pak Ayus.
Begitulah politik di atas sana. Yang penting untuk tak peduli siapa yang harus celaka. Bagi mereka uang adakah dunia mereka. Tak peduli benar atau salah.
Hingga hakim memutuskan pak Ayus mendapatkan hukuman berat. Penjara seumur hidup. Semua aset di sita belum lagi denda yang cukup besar.
Dalam sekejap kekuasan itu hancur, keluarganya hancur tak tersisa.
Begitulah cara Allah menjatuhkan hambanya yang serakah. Mudah bagi Allah melakukannya.
Allah angkat derajatnya tinggi-tinggi lalu Allah jatuhkan lagi sampai tak tersisa. Itulah balasan bagi manusia-manusia serakah akan kekuasaan.
Banyak cemooh yang di lontarkan masyarakat di sosial media pada instansi hukum karena tak becus menangani kasus.
Sampai membutuhkan proses lama untuk menjatuhkan hukum padahal bukti sudah jelas.
Hingga kepercayaan masyarakat pada berbagai pihak kepolisian dan hukum turun drastis. Masyarakat sekarang tidak bisa lagi di bodohi oleh omong-omong.
Begitulah kekuasaan memporak-porandakan semuanya.
Bumi menghela nafas lega ketika sidang usai. Air mata Bumi jatuh tak bisa di bendung lagi. Kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil.
Keadilan telah di tegakkan. Bumi merasa lega seolah beban berat yang selama ini ada di pundaknya sirna.
"Mama, Ayah, Bumi sudah memenangkannya sesuai yang kalian minta. Bumi menang ..,"
Isak Bumi, dadanya terasa sakit ketika mengingat kedua orang tuanya. Orang tuanya banyak berjasa membantu kasus ini. Sampai mereka rela kehilangan nyawa mereka.
Itulah resiko yang harus Bumi tanggung. Menjadi seorang pengacara jujur memanglah tidak mudah. Banyak tekanan yang Bumi dapatkan. Namun, Bumi masih berdiri tegak memegang pendirian nya. Tak goyah oleh uang ataupun jabatan. Bumi selalu percaya Allah akan membantu setiap langkah hamba-nya yang taat.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih...