“Arghhhhkkkk mayaaaat!!!’’
Tumini yang sedang mencari rumput untuk makanan ternaknya, tiba-tiba saja mencium aroma busuk dari sekitarannya. Dia yang penasaran meski takut juga memberanikan diri masuk ke kebun lebih dalam.
Saat asik mencari sumber bau busuk, Tumini di buat shock berat karena melihat mayat yang menggantung di pohon cengkeh.
Bagian dada kiri terdapat luka bolong lumayan besar, bagian kaki terus mengucurkan darah, mayatnya juga sudah tidak di kenali.
Apa yang terjadi di kampung Kabut Surem? akankah kematian misterius bisa terpecahkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kematian Kardi
“Tolong!!! Ada mayat!’’ pekik seorang wanita yang sedang mencari rumput untuk makanan ternaknya.
Warga sedang memetik Teh dan yang kerja kebun lainnya jelas terdengar suara yang keras itu. Karena memang lokasi tidak terlalu jauh. Mereka semua berkumpul di jalan.
“Kalian juga dengar?’’ tanya Bude Surti.
“Iya Bude. Seperti nya dari arah sana’’ tunjuk ijum ke arah semak di tikungan.
“Ayo lihat. Mungkin saja seseorang yang jatuh atau di gigit ular.’’ ujar Bude Surti yang memang mengira seseorang jatuh, karena di lokasi tikungan terdapat jurang.
Para warga menuju ke arah suara teriakan. Saat tiba terlihat Tumini terduduk lemas di semak tak jauh dari mayat yang bergantung di pohon cengkeh. Semua yang datang jelas bukan main kagetnya. Bude Surti langsung mendekat ke Tumini memapahnya yang terlihat berkeringat dingin dan pucat.
Siapa yang tidak pucat jika melihat pemandangan yang seperti ini. Mayatnya sudah bau, bagian kaki juga mengeluarkan darah terus-menerus, dada kiri berlobang. Ini sudah jelas bukan pembunuh biasa.
“Siapa ya? Ini kok wajahnya sangat sulit di kenali. Apa warga desa tetangga?’’ tanya ijum.
“Anak-anak, sebaiknya kalian pergi ke sekolah! Ini bukan tontonan anak kecil. Kamu Aji, tolong beri kabar pada pak Lurah.’’ ucap pak RT yang kebetulan juga mau mengantar anaknya ke sekolah.
“Iya pak’’ balas aji langsung menaiki motornya menuju rumah pak Lurah. Sedangkan anak-anak langsung meninggalkan lokasi.
.
“Ini, minum dulu. Nanti ini pasti akan berususan dengan pihak polisi. Pasti kamu akan jadi saksi nak. Nanti kamu ceritakan saja apa yang terjadi.’’ ucap Bude Surti. Dia sudah menganggap gadis pendiam ini sebagai anak sendiri.
“Iya Bude, tapi Bude nanti temenin aku ya?!’’ pintanya memelas.
“Iya. Sudah, kamu pulang dulu sana. Bersih-bersih dulu.’’
Tumini mengangguk dan langsung naik sepeda nya pulang ke rumah.
.
1 jam kemudian polisi tiba di tempat kejadian. Para warga semakin banyak saja yang melihat. Banyak dari mereka yang prihatin, ada juga yang ngeri melihat bentuk korban. Dada nya yang bolong dan kaki yang terus mengucurkan darah segar,.padahal sudah menjadi mayat dan sudah pucat juga.
“Iiiih, kasian sekali ya. Siapa sih yang tega melakukan hal keji begini?’’ ucap salah satu warga.
“Iya ini. pasti orang gangguan jiwa ini pelakunya. Jika orang sehat nggak mungkinlah melakukan ini’’ timpal temannya.
“Sudah-sudah. Kalian ini bukannya mendo'akan si korban, malah asik bergibah. Belum tentu juga yang kalian ucapkan itu benar. Kita tunggu saja pihak polisi yang menyelidiki’’ Sentak ijum kesal juga dengan kedua wanita itu. Keduanya menatap sengit ke arah ijum.
Polisi memasang garis kuning di sekitar lokasi kejadian. Jadi para warga tak ada yang boleh masuk/mengacaukan saat polisi menyelidiki korban.
“Siapa yang pertama kali menjumpai mayat ini?’’ tanya salah satu petugas. Sementara yang lain menyimak saja.
"Saya pak!’’ Tumini datang.
“Mohon kerja samanya dan jawaban yang jujur ya Mbak, demi pelengkap penyelidikan kami.’’ ucap petugas.
“Iya pak. Saya setiap dua hari sekali memang sering merumput di sini. Tadi aman-aman saja, ketika saya masuk lebih dalam, tepatnya disini, saya langsung shock melihat ada mayat bergelantungan.’’ cerita Tumini kembali bergetar dan berkeringat dingin.
“Apa saudara mengenal korban?’’ tanya nya sambil mencatat keterangan saksi.
“Tidak pak, mayatnya sudah seperti 2 hari sehingga bengkak dan sulit untuk di kenali.“ jawabnya tanpa keraguan.
“Baiklah. Terimakasih atas penjelasannya.’’ polisi segera kembali ke lokasi mayat yang sudah di turunkan ke bawah. Sebelumnya rekannya yang lain sudah memotret serta video guna bukti dan penyelidikan. Tidak di temukan identitas yang lain, selain jam tangan dan baju yang di pakai.
Diki dan teman nongkrongnya juga ada disana. Melihat kain sarung yang di pakai si korban, Dia minta izin untuk masuk.
“Ini kok Yo seperti pakaiannya Kardi tadi malam?!’’ kenyataannya membuat warga yang lain kaget.
“Apakah saudara mengenalnya?’’ tanya petugas memastikan.
“Belum pasti sih pak, mayatnya bengkak begini. Saya hanya menebak karena sarungnya sama dengan salah satu warga desa sini. Tapi kan kain yang begini juga banyak.’’ ujarnya agak ragu, tapi hatinya sudah tidak enak ini.
“Baiklah. Terima kasih.’’
Diki langsung keluar dari garis kuning. Dia menuju di sekitar warga yang berkumpul.
“Begini saja, pak RT dan pak RW setempat harap kerja samanya mengumpulkan data pria di desa sini. Umumkan dimasjid jika ada salah satu keluarga yang tidak pulang, segera datang ke lokasi. Saya juga akan menghubungi para RT RW desa tetangga.’’ ucap pak lurah.
Mereka semua sungguh ngeri dan pusing melihat kasus ini. Sudah lama kasus kematian misteri ini tak lagi terjadi di desa Kabut Surem. Semenjak Eyang Gayatri meninggal dunia, kampung mereka aman. Kini kembali kematian misterius terjadi.
Pikiran buruk mulai merasuki mereka. Ada yang beranggapan jika ini ulah Darma, karena pria itu keturunan Eyang Gayatri yang masih hidup. Ada juga yang menepis pikiran itu, karena anak-anak Eyang Gayatri tak ada yang mau mewariskan Ilmu Ibunya. Apalagi selama ini yang meninggal adalah warga yang jahat dan bermasalah. Karena Eyang Gayatri tidak memelihara iblis yang memakan korban, iblis yang di pelihara hanya akan memakan roh yang berbuat dosa.
Bagi sebagian warga, Eyang Gayatri adalah wanita di segani di desa ini, karena wanita ini seperti dukun. Tapi bukan dukun santet, Dia bertugas mengobati warga yang kena santet saja. Tak hanya itu, wanita yang terlihat seram itu punya kebun teh terbesar di Desa Kabut Surem, jadi banyak warga yang bekerja padanya. Terkadang mereka juga meminjam uang pada wanita itu saat masih hidup, karena Dia memang wanita yang dermawan.
Setelah Beliau meninggal dunia, timbul desas desus yang menyebut beliau hanya berpura-pura baik. Beliau membantu para warga hanya untuk menutupi kejahatannya. Sebagian warga ada yang percaya ada yang tidak.
.
Rani datang ke lokasi tergopoh bersama anak perempuannya. Melihat mayat yang tak lagi di kenali, awalnya Dia ragu. Tapi sang anak langsung menangis histeris karena sarung dan jam tangan yang diamankan oleh petugas, adalah pemberiannya saat hari ayah.
“Buk, ini memang Ayah’’ ujar gadis itu.
“Apa? tidak mungkin! Tadi malam Ayahmu pergi dengan ceria karena mendapat hadiah darimu, tidak mungkin Dia bunuh diri begini.’’ Rani langsung histeris, berakhir pingsan.
“Ibuk!’’ pekik gadis itu.
“Ini tolong di bawa Mbak Rani di saung situ, kasian pasti shock ini.’’ ujar ijum prihatin.
.
Sementara dari tempat sepi dan rimbun, terlihat seseorang berjubah hitam dan bermasker tersenyum smirk.