JANJI AISYAH

Radit mengintai Aisyah yang baru saja keluar dari kediamannya. Hari ini Aisyah berencana akan menjemput Zila dari sekolah. Bahkan hari ini Aisyah berencana akan mengajak Zila jalan-jalan ke mall terdekat.

Radit tak bisa melihat dengan jelas wajahnya Aisyah karena kaca mobilnya terlalu gelap. Tapi dia sudah berinisiatif akan membututi Aisyah kemanapun Aisyah pergi. Bukan karena apa, dia ingin mengetahui kebiasaan Aisyah sehingga Radit punya celah untuk membawa Aisyah masuk ke dalam jebakannya.

Setelah beberapa menit berkendara Aisyah telah tiba di gerbang sekolah tempat Zila menuntut ilmu. Aisyah tak sabaran menunggu di dalam mobil.

"Ema, nanti setelah menjemput Zila tolong bawa kami ke Mall terdekat sini ya!" perintah Aisyah lembut.

"Baik nyonya," jawab Ema cepat.

Sedangkan di ujung sana ada seorang Raditya yang penasaran, secantik apa sih seorang Aisyah hingga membuat Devan yang kaya raya, muda dan idaman kaum hawa bisa bertekuk lutut di hadapannya. Dia menanti kapan Aisyah akan turun dari mobil yang ia tumpangi.

Nampak dari kejauhan Zila yang telah usai belajar menuntut ilmu hari itu, Aisyah yang melihatnya segera turun dari mobil,

"Ema, kamu tunggu disini ya biar Aish yang menjemput Zila kesina." tanpa menunggu jawaban dari Ema, Aisyah bergegas turun dari mobil.

Zila yang melihat uminya segera berlari menghampiri.

"Umiiii.." panggil Zila.

"Eh jangan lari-lari sayang, nanti kamu tersandung." Aisyah yang melihat anaknya berlari menjadi bergidik ngeri takut saja kalau Zila nyungsep nantinya.

"Gak jatuh loh umi, cuma lari kecil." Zila membela diri.

"Ya sudah lain kali gak boleh gitu ya?!" ucap Aisyah sambil menoel ujung hidung anaknya itu.

"Oh iya, umi berencana mengajak Zila ke mall dekat sini, Zila mau gak?" sambung tanya Aisyah pada Zila.

"Mau umi, yesss." Zila girang mendengar ajakan uminya.

"Ayok kalau begitu!" kemudian mereka berdua bergandengan tangan menuju mobil yang dimana Ema sudah was-was menunggu.

Bukan karena apa, Ema telah di wanti-wanti oleh Devan untuk menjaga Aisyah dan Zila dari gangguan apapun.

Sementara itu di seberang jalan, Radit terperangah melihat seorang Aisyah. Radit sampai tak berkedip memandang seorang Aisyah. Baru pertama kali ini dia melihat wanita secantik dan seanggun seperti Aisyah. Bahkan menurutnya Vera pun kalah. Entah kenapa, perasaannya tak karuan, yang tadinya hatinya ingin membalas dendam karena Aisyah telah berani menyakiti wanita yang di cintainya, tiba-tiba perasaan itu menguap entah kemana dan berganti dengan rasa kagum dan segan.

"Aku jadi merasa bimbang, haruskah aku menyakiti wanita itu?" Raditya bermonolog di dalam mobilnya.

Hampir saja Raditya ketinggalan saat mobil Aisyah telah beranjak. Buru-buru dia tancap gas mengikuti arah kemana mobil itu pergi.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Kini Zila, Aisyah dan Ema sudah sampai di mall terdekat. Aisyah hanya ingin mengajak Zila membeli beberapa potong pakaian untuk Zila, dan itu juga atas perintah Devan.

Raditya masih setia membututi kemanapun Aisyah melangkah. Entah magnet apa yang di miliki oleh Aisyah sehingga membuat seorang Raditya Wicaksana penasaran. Ingin sekali rasanya Radit mendekati Aisyah tapi dia masih tahan agar tak ketahuan kalau dia sedang membututi Aisyah.

Tapi pucuk di cinta ulam pun tiba, tanpa sengaja malah Aisyah yang datang padanya, karena Zila yang buru-buru ingin ke toilet sehingga Aisyah sedikit berlarian mengejar Zila sampai-sampai tak sengaja menabrak Radit yang sedang berdiri di dekat toilet.

"Ah maafkan saya tuan, saya tak sengaja." ujar Aisyah meminta maaf.

"Nyonya, tak apa-apa?" Ema yang juga ikutan berlari menghampiri Aisyah yang tak sengaja menabrak seseorang.

"Aish tak apa-apa kok." jawab Aisyah.

Sedangkan Zila, dia sudah memasuki toilet karena memang sudah kebelet dari tadi.

Raditya bukannya menjawab malah sibuk memandangi Aisyah. Dari jauh saja sudah nampak kecantikannya, ini dari dekat dia seperti melihat bidadari.

Ema yang melihat Raditya memandangi majikannya dengan seksama berdeham, "hem hem."

Radit kaget, dan merasa tak enak karena ketahuan memandangi Aisyah dengan intens.

"Tuan, apakah tidak apa-apa? Maaf atas kecerobohan saya tadi menabrak tuan tanpa sengaja." Aisyah kembali meminta maaf atas kesalahannya tadi.

"Tidak apa-apa nyonya, saya juga tidak sampai jatuh." kembali Aisyah membuat seorang Raditya kagum.

Tak henti-hentinya Raditya mencuri pandang ke arah Aisyah. Kini hatinya semakin bimbang, rasa tak tega menghampiri benaknya kalau harus menyakiti perasaan seorang wanita sebaik dan secantik Aisyah.