menceritakan tentang lika liku kehidupan setelah menikah dan mendapatkan mertua yang super julid
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama D², isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab:29
"cepat amat dek kamu kelar menyelesaikan pekerjaan mu"bima pagi ini menghampiri Mira yang sudah duduk di teras menunggu pelanggan
"iya mas, kamu sudah sarapan belum?"
"sudah,mas langsung berangkat kerja ya"bima mengulurkan tangannya tepat didepan wajah Mira lalu dia mencium tangan suami nya dengan takzim
Bima pergi kerja dengan menggunakan motor dia mengemudi dengan kecepatan rendah, karena sambil menikmati pemandangan desa yang indah dan menghirup udara segar.
Sesampainya ditempat kerja Bima heran melihat para pekerja yang berkumpul ada pula Rian dan juragan Ali yang berdiri disana berhadapan dengan mereka.
Bima buru buru turun dari motor kemudian langsung berbaris rapi dengan yang lain.
"baik lah terimakasih untuk semuanya,saya mau minta sedikit waktu hari ini saya mengangkat bima selain sebagai mandor dikebun teh saya juga mempercaya kan nya sebagai tangan kanan saya."ujar juragan Ali tersenyum kearah bima.
bima yang mendengar penuturan sang bos nya merasa bahagia sekaligus terkejut, kemudian para pekerja disuruh oleh juragan Ali satu persatu untuk mengambil amplop yang telah diisi uang sebagai bonus karena sudah satu bulan ini hasil penjualan teh melesat tinggi.
Itu lah kenapa orang desa sangat menghormati dan menghargai juragan Ali selain beliau kaya, dia juga dermawan berbanding terbalik dengan sang istri.
kemudian giliran bima untuk maju dan mengambil amplop tersebut.
"terimakasih juragan"ujar Bima tersenyum puas
"iya sama sama, semoga kamu bisa amanah dengan tugas yang saya berikan ,ini bonus untuk kamu karena telah bekerja dengan baik "ujar juragan Ali tangannya memberikan amplop kepada bima
bima tersenyum kearah Rian tapi kali ini senyum yang di tunjukan bima kepada Rian sedikit menyeringai entah apa maksudnya,Rian yang melihat gelagat bima tidak seperti biasanya merasa aneh.
"oh iya bima,saya dengar istri kamu jualan sarapan ya ?"tanya juragan Ali lagi
"iya juragan "
"besok saya mau pesan makanan ke istri kamu , untuk makan siang saya pesan lima puluh nasi kotak lengkap dengan minum nya sekalian"
"siap juragan nanti siang saya beritahu kan ke istri saya."
setelah selesai mendengar kan apa yang dikatakan oleh si bos, orang orang kembali bekerja bima senang dia bisa menjadi orang kepercayaan juragan Ali senyum sinis terpampang nyata di wajahnya.
Ada apa dengan bima apa yang sedang disembunyikan dan di rencana kan nya selama ini,bahkan dia bisa menutupi siapa dirinya yang sebenarnya.
Jam makan siang pun tiba bima memutuskan untuk pulang kerumahnya sekalian dia memberi tahu Mira tentang pesanan juragan Ali.
"apa mas, juragan Ali mau pesan nasi kotak untuk lima puluh orang?"tanya Mira tidak percaya
"iya benar, jangan teriak begitu dek bisa budeg kuping ku"bima sambil menyuapkan sesendok nasi putih dan sambal tongkol ke mulut nya.
"kamu mau kan mas sore ini temankan aku ke pasar" ucap Mira girang
"iya nanti mas temankan "
"aku nanti mau kerumah ibu kamu, mau anterin terong ungu dan tomat tadi aku panen banyak"
"jangan terlalu sering kerumah ibu, kamu kan tau ibu gimana sikap nya ke kamu "bima berkata dengan nada yang tidak ramah
"sekarang ibu kamu udah baik sama aku mas dia sudah nggak julid seperti dulu lagi"jelas Mira
"terserah kamu aja, aku langsung berangkat ya "
Mira hanya mengangguk setelah bima pergi Mira heran beberapa hari belakangan ini sifatnya bima berbeda, tidak seperti biasanya dia lebih acuh bahkan bisa dibilang suka terbawa emosi berbeda dengan Bima yang dia kenal lembut tutur katanya dan hangat perlakuan nya.
"mungkin dia sedang banyak kerjaan dan fikiran itulah kenapa emosi tidak stabil belakangan ini "Mira bergumam di dalam hatinya
Mira membawa dua kantong plastik hitam berukuran sedang dia menggantung nya di motor, dia melakukan motornya menuju rumah mertuanya saat melewati warung Mbah Ijah dia mengklakson ibu ibu disana.
Sesampainya didepan rumah mertua nya Mira celingukan mencari keberadaan mertua nya yang tidak nampak sama sekali.
"ibu kemana,kok dipanggil nggak nyahut apa dibelakang"
Mira berjalan menuju dapur mertuanya tidak juga melihat orang yang dicari, kemudian dia melihat pintu belakang yang terbuka dia melihat mertua nya sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon raut wajah nya terlihat gusar saat Mira melangkah kan kakinya semakin dekat dia tidak mendengar jelas apa yang dibicarakan mertuanya terdengar samar-samar.
Setelah lebih dekat lagi dia mendengar mertuanya mengomeli orang tersebut
"kamu tu ya nggak pernah sadar, jangan bawa-bawa anak itu jangan menghasut dia fikiran nya jadi nggak benar.
Dia itu sudah benar-benar mencintai istrinya
Tidak terdengar orang diseberang telepon sedang bicara apa
"apa kamu sudah gila, biarkan Rian yang menikah dengan keponakan istri mu itu jangan libatkan anak itu kasian dia dari kecil kamu tidak pernah memikirkan perasaan nya mendidik dia menjadi pria yang tidak punya hati nurani"timpal Bu Hesti lagi
"Bu "Mira memanggil mertuanya tangannya menepuk pundak wanita tersebut
"MIRA!" ucapnya matanya melotot seperti akan copot dari tempatnya
"ibu kenapa kok kaget seperti itu"
"kamu ngapain disini, terus sejak kapan kamu datang apa kamu menguping pembicaraan saya.
Nggak sopan kamu ya" omel Bu Hesti panjang lebar
"nggak Bu, habisnya Mira panggil ibu nggak ada jawaban terus Mira cari ibu kesini deh"ujar Mira jujur
"terus ngapain kamu kerumah saya "selidik Bu Hesti memicingkan matanya dia takut Mira mendengar pembicaraan nya saat ditelepon tadi
"Mira bawain ibu terong dan tomat, barang nya sudah Mira letakkan ditempat biasa "jelas mir
"iya terimakasih kalau begitu, yasudah kamu langsung pulang sana" ujar Bu Hesti Dia sudah ada perubahan tidak seperti dulu yang suka berkata kasar dan menyakiti Mira
"iya Bu,Mira pamit ya"Mira mengulurkan tangannya lalu mencium takzim tangan mertuanya
"Mira!"seru Bu Hesti
Mira menolehkan kepalanya kebelakang saat mendengar namanya dipanggil.
"Jangan terlena dengan perlakuan manis seseorang,nggak semua orang sebaik yang kamu pikirkan" Bu Hesti lalu meninggalkan Mira yang masih terpaku dengan ucapannya
Saat diperjalanan pulang Mira terus memikirkan kenapa saat ditelepon tadi mertuanya menyebut nama Rian,dan sudah bukan rahasia lagi semua warga desa juga sudah tau Rian akan dijodohkan dengan wanita kota bahkan Bu Hesti tadi juga bicara tentang itu.
"Apa itu hanya kebetulan saja,ah mungkin Rian yang dimaksud Bu Hesti bukan Rian anaknya juragan ali "Mira bergumam sendiri
Saat Mira hendak melewati warung Mbah Ijah dia menghentikan motor karena Bu Evi yang menghadang jalan nya,dia di suruh Bu Evi untuk singgah sebentar diwarung Mbah Ijah .
"ada apa Bu Evi"Mira menurunkan kakinya menahan motor sedang kan motor nya dalam keadaan nyala
"mampir sebentar mir, disuruh Mbah Ijah tu Mbah Ijah lagi buat makanan kamu disuruh mencicipi nya"ujar Bu Evi menunjukk ke arah ibu ibu yang lain seperti sedang menikmati hidangan yang disajikan oleh Mbah Ijah
"Ohiya Bu memang nya ada acara apa?" tanya Mira lanjut
"nggak ada,kamu kayak nggak tau Mbah Ijah kan emang suka bagiin makanan "
Mereka berdua berjalan menuju warung Mbah Ijah yang ramai oleh rombongan ibu ibu dan anak-anak,Mbah Ijah adalah orang yang ringan tangan.
"cah ayu , duduk kemari"sapa mbok inem pada Mira yang baru datang
"iya mbok" Mira seraya melangkah ke arah mbok inem yang duduk dikursi kayu memanjang
"ambil dulu makanan nya di sana"
"iya mbok Mira kesana dulu ya"
Mira mengambil makanan yang dia mau ada beberapa jenis makanan seperti soto ayam,bakso dan minuman segar seperti es kuwot .
dia memilih bakso Karena Mira sangat menyukai makanan tersebut dengan segelas es kuwot.
Mira menikmati semangkuk bakso duduk bersebelahan dengan mbok inem.
"dari mana kamu cah ayu?"tanya mbok inem yang sudah selesai menikmati semangkuk soto ayam
"Mira dari rumah mertua mbok nganterin terong ungu dan tomat hasil panen kebun dibelakang"jawab Mira ramah
"oh"mbok inem membulat mulutnya
Selesai menikmati makanan nya Mira langsung berpamitan untuk pulang tidak lupa dia juga mengucapkan terimakasih kepada Mbah Ijah, sesampainya dia dirumah Mira melihat motor bima yang sudah terparkir dihalaman rumah mereka.
"mas sudah pulang"melihat bima yang sudah duduk dikursi ruang tamu satu kakinya bertumpu di kaki kanannya sambil sibuk dengan benda pipih yang dipegang nya.
"sudah"Jawab bima datar tanpa melihat kearah istrinya
Mira mengerutkan keningnya mendengar jawaban singkat dari bima, tidak seperti biasanya sikap bima bahkan cenderung dingin.
Sadar istrinya terus memperhatikan dirinya
Bima meletakkan telepon nya diatas meja
lalu dia menatap Mira dengan senyuman yang sangat manis,dengan rahang tegas ditumbuhi bulu-bulu halus menyertakan hidung mancungnya.
"sini dek"bima menyuruh Mira untuk duduk disebelah nya
Mira pun mengikuti apa yang dikatakan Mira,saat Mira duduk dia menaikkan kedua alisnya meminta penjelasan kenapa bima menyuruh nya duduk disebelahnya.
"seandainya jika aku melakukan kesalahan yang fatal apa kamu mau memaafkan aku dan mempertahankan pernikahan kita?" tanya Bima mata nya tidak lepas memandang Mira
jika ada orang yang melihat bagaimana cara bima menatap Mira, sudah pasti orang tersebut akan mengatakan jika bima benar-benar tulus dan sangat mencintai Mira.
Bima tidak membiarkan Mira untuk menjawab pertanyaan nya,pelan tapi pasti bima mendekat kan wajah nya lebih dekat kearah Mira bibir nya dia arahkan ke arah bibir Mira lalu melumat nya dengan perasaan.
Tidak ada nafsu kali ini, tetapi rasa cinta yang coba di salurkan lewat ciuman hangat nya.
kepala Mira mendadak pusing akhir ini Sifat bima yang berubah, tidak sengaja dia mendengarkan pembicaraan Bu Hesti apa ini hanya kebetulan saja.
Mira mencoba mencocokkan apa yang terjadi tetapi tidak bisa, bagaikan mencari potongan puzzle yang hilang.