NovelToon NovelToon
Pangeran Bodoh Dan Putri Barbar

Pangeran Bodoh Dan Putri Barbar

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:12.6k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Di Kekaisaran Siu, Pangeran Siu Wang Ji berpura-pura bodoh demi membongkar kejahatan selir ayahnya.
Di Kekaisaran Bai, Putri Bai Xue Yi yang lemah berubah jadi sosok barbar setelah arwah agen modern masuk ke tubuhnya.
Takdir mempertemukan keduanya—pangeran licik yang pura-pura polos dan putri “baru” yang cerdas serta berani.
Dari pertemuan kocak lahirlah persahabatan, cinta, dan keberanian untuk melawan intrik istana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Fajar merayap pelan di balik tembok istana Siu. Cahaya keemasan menembus tirai sutra, menyapu lantai batu giok dengan lembut. Namun, ketenangan pagi itu hanya tampak di permukaan. Di baliknya, riak-riak besar mulai mengguncang fondasi kekuasaan.

Di aula dalam, suara gong menggema panjang menandakan sidang pagi. Para menteri berdatangan, jubah mereka berkilau, wajah mereka penuh kehati-hatian. Hari ini berbeda. Rumor tentang penimbunan gandum sudah menyebar ke pelosok kota. Rakyat berdesakan di pasar, mencibir para pejabat. Dan semua mata kini mengarah pada Menteri Liang.

Kaisar duduk di singgasananya, wajahnya muram. Permaisuri di sisi kirinya menatap tajam ke arah barisan menteri. Wang Ji berdiri di belakang, wajahnya tampak polos seperti biasa, seolah ia tidak menyadari tegangnya suasana.

“Laporan,” suara Kaisar bergema. “Aku mendengar rakyat di desa-desa utara kelaparan. Ada kerusuhan kecil di pasar barat. Menteri Liang, jelaskan!”

Menteri Liang maju, menunduk dalam. “Yang Mulia, itu hanyalah isu yang dibesar-besarkan. Panen tahun ini memang kurang baik, tapi persediaan masih ada. Hanya masalah distribusi. Hamba sudah menugaskan orang-orang untuk mengatasinya.”

Seorang menteri tua dari barisan kiri maju selangkah. “Yang Mulia, izinkan hamba bicara.”

Kaisar mengangguk.

“Beberapa hari lalu, hamba menerima laporan dari pejabat lokal. Persediaan gandum memang ada, tapi terkunci di gudang. Rakyat tidak dapat membelinya kecuali dengan harga sangat tinggi. Bukankah ini penimbunan, Yang Mulia?”

Riuh kecil terdengar di antara para pejabat. Semua mata menoleh ke Menteri Liang.

Wajah Menteri Liang pucat, tapi ia berusaha tetap tenang. “Itu fitnah. Tidak mungkin hamba melakukan hal demikian tanpa seizin Baginda.”

Permaisuri menyipitkan mata. “Tapi mengapa harga gandum naik dua kali lipat? Siapa yang mengatur pasar jika bukan engkau, Liang Qing?”

Peluh dingin mengalir di pelipis Menteri Liang. Ia ingin menjawab, tapi lidahnya terasa kelu.

Tiba-tiba, Wang Ji melangkah maju dengan gaya kikuk. Ia tersandung karpet, hampir jatuh, lalu terkekeh. “Hehehe… kemarin aku ke pasar. Aku ingin beli roti manis, tapi harganya mahal sekali. Aku tanya pada penjual, kenapa mahal? Dia bilang karena Menteri Liang suka menyimpan gandum untuk dirinya sendiri. Wah, aku sampai bingung. Apa Menteri Liang suka makan roti banyak sekali ya? Kalau begitu, dia pasti gendut sekali! Hehehe…”

Beberapa menteri tertawa kecil, tapi tawa itu segera mati melihat wajah Kaisar yang semakin gelap. Kata-kata polos Wang Ji seperti anak kecil, namun maknanya menghantam langsung.

“Liang Qing!” suara Kaisar menggelegar. “Apakah benar tuduhan itu?!”

Menteri Liang berlutut terburu-buru, wajahnya pucat pasi. “Yang Mulia, tidak! Itu fitnah! Hamba setia pada kerajaan!”

Namun dari belakang, Jian yang menyamar sebagai pelayan membawa sebuah gulungan. Ia berlutut di depan Kaisar. “Yang Mulia, ini bukti catatan perdagangan rahasia. Gudang-gudang milik Menteri Liang di Chang’an, Luoyang, bahkan dekat ibu kota. Semua mencatat jumlah gandum yang ditahan.”

Kaisar meraih gulungan itu. Tangannya bergetar. Ia membaca cepat, lalu wajahnya merah padam. “Berani sekali kau!”

Aula hening. Para menteri menunduk, takut menjadi sasaran amarah.

Siu Rong yang berdiri di samping ayahnya segera maju, suaranya keras. “Ayah handa! Jangan percaya fitnah ini! Ini pasti jebakan! Ada yang ingin menyingkirkan menteri Liang!”

Wang Ji menoleh dengan mata bulat. “Eh? Fitnah? Tapi aku lihat sendiri lho, ada gerobak gandum yang dibawa malam-malam ke gudang rahasia. Wah, aku kira itu hadiah untuk pesta. Rupanya disembunyikan ya? Hehehe…”

Tawa tololnya bergema, tapi mata beberapa menteri mulai berkilau. Mereka sadar, kebodohan Pangeran Ji mungkin hanyalah kedok.

Kaisar berdiri, jubahnya berderak. “Liang Qing! Kau telah menodai kepercayaan kaisar, menindas rakyat demi keuntungan pribadi. Apa kau masih punya alasan?!”

Menteri Liang gemetar, ia mencoba membela diri. “Yang Mulia, hamba… hamba terpaksa… demi menjaga stabilitas harga… demi—”

“Cukup!” bentak Kaisar. Suaranya menggelegar seperti petir.

Di sisi lain, Siu Rong menatap Wang Ji dengan mata menyala. Ia berteriak, “Kau! Semua ini ulahmu, bukan?! Orang tolol macam kau ternyata licik! Kau yang merencanakan kehancuran Orang lain!”

Wang Ji menoleh dengan wajah polos, seolah bingung. “Eh? Aku? Mana bisa aku merencanakan? Aku kan cuma suka makan kue manis. Kalau kue mahal, aku sedih. Kalau rakyat lapar, aku juga sedih. Jadi aku bilang saja, siapa tahu ada tikus besar yang makan gandum. Lagian Mentri Liang bukan siapa siapa di rimu Rong kenapa kau membela dia, apa kau lupa jika yang mulia itu ayah kita Hehehe…”

Tawa kecil terdengar lagi, tapi kini sebagian besar menteri mulai berani mengangguk setuju. Mereka sadar, Pangeran Ji bukan sekadar badut istana.

Kaisar menutup mata, menahan amarah. Saat membuka lagi, suaranya penuh dingin. “Liang Qing, mulai hari ini, kau dicopot dari jabatanmu. Semua harta kekayaanmu disita. Penyelidikan akan dilakukan. Jika terbukti bersalah, hukuman mati menantimu.”

Menteri Liang terjerembab, wajahnya seperti mayat hidup. Siu Rong hanya bisa menahan diri, sedangkan ibunya selir ma saat ini sedang berada di kuil dan akan pulang ke istana lusa.

Namun para pengawal sudah maju, memborgol tangan Menteri Liang. Siu Rong hanya bisa menggeram, matanya merah, penuh kebencian.

Wang Ji menatap adegan itu dari kejauhan, lalu menunduk, seolah tak tahu apa-apa. Tapi dalam hatinya, ia tahu, langkah pertama sudah berhasil.

Malam itu, istana berguncang dengan kabar penurunan Menteri Liang. Para pejabat saling berbisik, rakyat bersorak lega mendengar kabar bahwa harga gandum akan kembali turun.

Di kediamannya, Siu Rong menghantam dinding dengan tinju hingga berdarah. “Aku tidak akan diam! Wang Ji… aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!”

Zhao Kun, tangan kanannya, berlutut. “Pangeran, tenanglah. Kini semua orang mengawasi Anda. Jika Anda gegabah, kita hancur bersama.”

“Diam!” bentak Siu Rong. “Aku tidak peduli lagi. Kalau ayahku jatuh, aku tidak akan membiarkan Wang Ji hidup tenang!”

Di sisi lain, Wang Ji duduk di paviliunnya, menatap cincin perak di jarinya. Luo menuangkan teh, Jian berdiri menjaga.

“Tuanku,” kata Jian pelan, “langkah pertama berhasil. Tapi Siu Rong bukan orang yang mudah menyerah. Dia pasti akan mencari cara untuk menyerang balik.”

Wang Ji tersenyum tipis. “Biarkan dia mengamuk. Semakin ia kehilangan kendali, semakin jelas wajah aslinya. Itulah saat yang tepat untuk menjatuhkannya.”

Ia mengangkat cangkir teh, menatap pantulan wajahnya di permukaan air. “Xue Yi… aku sudah mulai membuka jalan. Saat ular-ular ini tumbang, aku akan membawakan kepadamu istana yang bersih dari pengkhianat.”

Angin malam berembus, membawa aroma bunga plum. Bintang-bintang berkelip di langit. Dan di kejauhan, teriakan marah Siu Rong menggema di kediamannya, seolah menjadi nyanyian putus asa bagi keluarga Liang yang mulai runtuh.

Beberapa hari berlalu. Harga gandum perlahan turun, pasar kembali ramai. Rakyat mulai bernapas lega, meski bayangan kekacauan belum hilang.

Namun di balik tembok istana, api baru mulai menyala. Siu Rong bergerak diam-diam, menyusun rencana balas dendam. Sementara Wang Ji terus memasang wajah bodoh, tertawa konyol, sambil menyiapkan langkah berikutnya.

Dunia tahu, perang kekuasaan baru saja dimulai.

Dan di negeri Bai, Bai Xue Yi memandang langit malam dengan tatapan penuh tekad. Elang kesayangannya terbang melintasi bulan, membawa pesan rahasia.

Takdir keduanya kian mendekat.

Bersambung…

1
Tiara Bella
wahhh jodohnya Bai Xiang ini mah...
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Ciee pangeran dah ada hilal jodoh nih /Chuckle/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Oohh lama juga sampe bulanan
davina aston
👍👍👍👍👍👍👍
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Wuaaahh manis naa 😃🫠🤗
Tiara Bella
ceritanya bagus
kaylla salsabella
lanjut Thor
Maria Lina
lgi thor kok 1 kn kurang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Kirain hukum mati, kalo dibuang doang nanti bikin pasukan baru ga tuh
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Wuaah strategina kereen /Determined//Determined/
kaylla salsabella
lanjut Thor
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Keserakahan mengalahkan segalana 😏 hhmm dasar sipaman ga tau diri
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Jebakan ga sih itu /Speechless/
kaylla salsabella
lanjut Thor
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
😂🤣 Nunggu wangji menyatakan cinta kelamaan ya, jadi nembak duluan
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Siapa lagi tuh yg mau bunuh wang ji 🤔
Hendra Yana
mantap
Tiara Bella
makasih thro upnya banyak.... semangat ya
kaylla salsabella
lanjut Thor
kaylla salsabella
lanjut Thor😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!