NovelToon NovelToon
Ning Azzahra Ganiyyah Al - Hasyimi

Ning Azzahra Ganiyyah Al - Hasyimi

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Persahabatan
Popularitas:355
Nilai: 5
Nama Author: blue_era

Di Surabaya, berdiri Sebuah pesantren megah pesantren Al - Ikhlas, sebuah lembaga pendidikan Islam yg dikenal dgn tradisi kuat dan menghasilkan santri" yg berprestasi. cerita ini mengikuti perjalanan 5.285 santriwan dan santriwati pesantren Al - ikhlas. ada banyak santri yg berjuang meraih keinginan orang tua dan menggapai mimpi mimpinya. namun terkadang menimbulkan pro dan kontra akibat persaingan di balik semua perjuangan para santri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue_era, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Dobrak pintu hati: Cinta Gus Arga untuk Ning aza

Umi, Abah, Mbak Halimah, dan Mbak Fatimah juga merasa sedih melihat keadaan Ning Aza. Mereka berempat tidak menyangka bahwa Ning Aza akan mengalami seperti ini hanya karena tidak mendapatkan nasi pecel lele.

Dengan isyarat, Gus Arga meminta Umi, Abah, Mbak Halimah, dan Mbak Fatimah untuk keluar dari kamar. Ia ingin menenangkan Ning Aza sendirian.

Umi, Abah, Mbak Halimah, dan Mbak Fatimah mengangguk mengerti. Mereka berempat keluar dari kamar dengan hati-hati dan menutup pintu kamar dengan pelan.

Setelah semua orang keluar, Gus Arga kembali mendekati Ning Aza. Ia duduk di tepi tempat tidur dan mengelus rambut Ning Aza dengan lembut.

"Ning... Maafin Gus ya, Sayang. Gus sudah membuat Ning Aza seperti ini. Gus janji, Gus akan selalu menjaga dan menyayangi Ning Aza. Gus tidak akan membiarkan Ning Aza sedih lagi," bisik Gus Arga dengan nada penuh penyesalan.

Perlahan-lahan, Ning Aza membuka matanya. Ia menatap Gus Arga dengan tatapan kosong.

"Gus..." panggil Ning Aza dengan suara serak.

"Iya, Sayang. Ini Gus. Ning kenapa? Apa ada yang sakit?" tanya Gus Arga dengan nada khawatir.

Ning Aza menggelengkan kepalanya. Ia kemudian memeluk Gus Arga dengan erat dan menangis sejadi-jadinya.

"Gus... Ning pengen nasi pecel lele... Ning pengen makan..." isak Ning Aza di pelukan Gus Arga.

Gus Arga membalas pelukan Ning Aza dengan erat. Ia mengelus punggung Ning Aza dengan lembut dan berusaha menenangkannya.

"Iya, Sayang. Gus tahu Ning pengen nasi pecel lele. Nanti Gus akan carikan nasi pecel lele yang paling enak buat Ning. Tapi, sekarang Ning tenang dulu ya. Jangan nangis lagi," kata Gus Arga dengan nada menenangkan.

Setelah beberapa saat, tangisan Ning Aza mulai mereda. Gus Arga kemudian melepaskan pelukannya dan menatap wajah Ning Aza dengan lembut.

"Ning mau makan sekarang?" tanya Gus Arga dengan nada lembut.

Ning Aza mengangguk pelan. "Iya, Gus. Ning laper..." jawab Ning Aza dengan suara lirih.

Gus Arga tersenyum lega. Ia kemudian membantu Ning Aza untuk duduk dan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.

"Tunggu sebentar ya, Sayang. Gus akan ambilkan makanan buat Ning," kata Gus Arga sambil beranjak dari tempat tidur.

Namun, sebelum Gus Arga sempat melangkah, Ning Aza memegang tangannya. "Gus jangan pergi... Ning takut sendirian..." kata Ning Aza dengan nada memohon.

Gus Arga tersenyum dan kembali duduk di samping Ning Aza. "Gus tidak akan pergi kemana-mana, Sayang. Gus akan selalu di sini, menemani Ning," kata Gus Arga sambil menggenggam tangan Ning Aza dengan erat.

Gus Arga kemudian membersihkan kamar Ning Aza yang berantakan. Ia memungut baju-baju yang berserakan di lantai, merapikan bantal dan guling, serta membuka jendela kamar agar udara segar bisa masuk.

Setelah kamar terlihat lebih rapi, Gus Arga membantu Ning Aza untuk berbaring kembali di tempat tidur. Ia menyelimuti Ning Aza dengan selimut dan mengelus rambutnya dengan lembut.

"Sekarang Ning istirahat ya, Sayang. Gus akan selalu di sini, menjaga Ning," kata Gus Arga dengan nada lembut.

Ning Aza mengangguk dan memejamkan matanya. Tidak lama kemudian, ia tertidur dengan pulas.

Gus Arga terus mengawasi Ning Aza yang sedang tertidur. Ia merasa lega karena Ning Aza akhirnya bisa beristirahat dengan tenang.

Sambil mengawasi Ning Aza, Gus Arga mengelus-elus perut Ning Aza yang

Sambil mengawasi Ning Aza, Gus Arga mengelus-elus perut Ning Aza yang semakin membesar. Ia merasakan gerakan kecil dari dalam perut Ning Aza.

"Assalamualaikum, anakku sayang... Sehat-sehat ya di dalam sana. Jangan nakal ya, Nak. Kasihan Umi sudah lelah dan sedih karena ngidam. Jadi anak yang sholeh dan sholehah ya, Nak. Bawa kebahagiaan untuk Umi dan Abah," bisik Gus Arga dengan nada penuh kasih sayang.

Gus Arga terus mengelus-elus perut Ning Aza dengan lembut. Ia merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang luar biasa. Ia sangat mencintai Ning Aza dan calon buah hati mereka. Ia berjanji akan selalu menjaga dan melindungi mereka berdua.

Setelah beberapa saat, Gus Arga beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar dengan hati-hati. Ia ingin menyiapkan makanan untuk Ning Aza.

Di ruang tengah, Umi, Abah, Mbak Halimah, dan Mbak Fatimah sedang menunggu dengan cemas. Mereka berempat langsung menghampiri Gus Arga ketika melihatnya keluar dari kamar.

"Bagaimana keadaan Ning Aza, Gus?" tanya Umi dengan nada khawatir.

"Alhamdulillah, Umi. Ning Aza sudah tidur. Tadi sempat menangis dan mengeluh ingin makan nasi pecel lele. Tapi sekarang sudah tenang," jawab Gus Arga dengan nada lega.

"Syukurlah kalau begitu. Umi sangat khawatir sama Ning Aza," kata Umi dengan nada lega.

"Iya, Gus. Kami juga ikut khawatir. Kami tidak menyangka Ning Aza akan seperti itu," timpal Mbak Halimah dengan nada prihatin.

"Terima kasih banyak sudah membantu Gus menjaga Ning Aza. Gus tidak tahu apa yang akan terjadi jika tidak ada Umi, Abah, dan Mbak-mbak semua," kata Gus Arga dengan nada tulus.

"Sudah, Gus. Jangan sungkan. Kami semua sayang sama Ning Aza. Kami akan selalu membantu Ning Aza," kata Abah dengan nada bijak.

"Kalau begitu, Gus mau menyiapkan makanan untuk Ning Aza dulu ya. Tadi Ning Aza bilang lapar," kata Gus Arga.

"Biar Umi saja yang menyiapkan makanan, Gus. Gus istirahat saja. Gus pasti lelah setelah mendobrak pintu tadi," kata Umi dengan nada menawarkan.

"Tidak usah, Umi. Biar Gus saja. Gus ingin memberikan yang terbaik untuk Ning Aza," kata Gus Arga dengan nada lembut.

Gus Arga kemudian berjalan menuju dapur dan mulai menyiapkan makanan untuk Ning Aza. Ia membuatkan bubur ayam kesukaan Ning Aza dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Setelah bubur ayam selesai dibuat, Gus Arga membawanya ke kamar Ning Aza dengan hati-hati. Ia membangunkan Ning Aza dengan lembut dan menyuapinya dengan penuh perhatian.

Ning Aza makan bubur ayam buatan Gus Arga dengan lahap. Ia merasa sangat bahagia dan bersyukur memiliki suami yang begitu penyayang dan perhatian.

Setelah selesai makan, Ning Aza kembali tertidur dengan pulas. Gus Arga terus menjaganya dengan setia.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!