NovelToon NovelToon
Senja Di Aksara Bintang

Senja Di Aksara Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:386
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Alden berjalan sendirian di jalanan kota yang mulai diselimuti dengan senja. Hidupnya tidak pernah beruntung, selalu ada badai yang menghalangi langkahnya.

Dania, adalah cahaya dibalik kegelapan baginya. Tapi, kata-katanya selalu menusuk kalbu, "Alden, pergilah... Aku tidak layak untukmu."

Apa yang menyebabkan Dania menyuruh Alden pergi tanpa alasan? Nantikan jawabannya hanya di “Senja di aksara bintang”, sebuah cerita tentang cinta, pengorbanan dan rahasia yang akan merubah hidup Alden selamanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Kebaikan dibalas dengan kebaikan

Alden duduk di tepi tempat tidur dan memandangi langit-langit kamarnya. Ia mengecek ponselnya berkali-kali tapi tidak ada kabar apapun dari Dania dua hari terakhir. Bahkan bertemu dengan gadis itu pun tidak ada, jelas membuat Alden khawatir.

Alden menghubungi Dania melalui pesan singkat, harap-harap gadis itu akan membalas pesannya kali ini.

Tak lama kemudian, akhirnya balasan dari Dania muncul di layar ponselnya. Membuat kegelisahan Alden sedikit berkurang.

"Maaf Al, aku lupa mengabari. Papa masuk rumah sakit dua hari lalu."

Alden terkejut karena ia tidak tahu tentang itu. Alden sendiri juga tidak pernah bertemu dengan ayah Dania, karena pria paruh baya itu sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Setelah mengetikkan balasan dan ucapan semoga lekas sembuh, Alden membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Ia masih mengingat kejadian tidak terduga dua hari lalu.

Alden sendiri tidak menceritakannya kepada Dania, bahkan ibunya pun tidak tahu. Alden memang merahasiakan itu dari orang yang disayanginya, karena takut mereka akan mengkhawatirkannya berlebihan.

Ting!

Baru saja Alden hendak memejamkan matanya, tiba-tiba Dania mengirimkan pesan lagi membuat sudut bibir Alden tertarik sedikit.

"Papa udah bisa dibawa pulang, Al. Aku senang, akhirnya papa bisa keluar dari rumah sakit."

"Alhamdulillah, aku ikut senang juga." Balas Alden, sebelum akhirnya ia tertidur.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

Alden dan Dania sedang duduk di taman dekat rumah Dania sembari menikmati waktu sore. Mereka hanya menghabiskan waktu berdua.

Dan Rani, gadis itu mulai menjauh tanpa sebab. Bahkan setiap kali diajak berkumpul, ada saja alasan yang dilontarkan gadis itu. Entahlah, mereka pun tidak tahu apa sebenarnya maksud dari gadis berambut sebahu itu.

"Hari ini gak jualan, Al?" tanya Dania di sela-sela keheningan.

Alden yang memandangi kejauhan langsung menoleh dengan senyuman. "Jualan. Dagangan hari ini cepat habis, jadi bisa santai sedikit."

"Alhamdulillah. Kamu gak ada rencana untuk jualan tetap di suatu tempat gitu, Al?" tanya Dania.

"Niat sih ada. Tapi, semua itu butuh modal. Mungkin suatu hari nanti, Insya Allah." ujar Alden dengan penuh keyakinan.

"Semangat ya, aku yakin kamu bisa." ujar Dania sambil menyandarkan kepalanya di bahu Alden.

Jangan di tanya lagi bagaimana perasaan Alden saat ini. Jantungnya berdegup kencang dengan tindakan Dania yang terbilang sangat langka. Tapi Alden berusaha untuk tidak menunjukkan nya, meskipun jantungnya terasa seperti ingin melompat keluar dari sana.

"Ma-makasih, Dania." ujar Alden yang sedikit gugup, membuat Dania langsung meledakkan tawanya.

Orang-orang di sekitar taman refleks menoleh ke arah mereka. Sebagian merasa heran, tapi tak jarang pula yang ikut tersenyum melihat kedekatan keduanya.

"Gimana keadaan Papa sekarang, Dania?" ujar Alden mencoba mengalihkan rasa malu dari tatapan orang-orang yang berlalu-lalang.

"Alhamdulillah sudah membaik. Tadi katanya mama sama papa mau kesini sih. Tapi, kok lama ya?" Dania melepaskan sandarannya dan menoleh ke sana kemari mencari kedua orang tuanya itu.

Belum sempat Alden menjawab, Dania langsung menunjuk ke arah belakang Alden. "Nah, itu mereka."

Alden pun langsung menoleh dan mendapati ibu Dania berjalan bersama seorang pria yang tidak asing bagi Alden. Alden terkejut dan langsung berjalan menghampiri.

"Pak Hendro?"

Pria bernama Pak Hendro itu terlihat mengingat sesuatu dan langsung menepuk pundak Alden ketika ia mengingat siapa pemuda di depannya ini.

"Kamu nak? Alhamdulillah kita bertemu lagi di sini."

Dania dan ibunya saling bertukar pandang, merasa heran dan terkejut melihat komunikasi antara Alden dan ayah Dania yang begitu akrab.

"Papa kenal Alden?" tanya Dania penasaran.

"Oh, jadi nama kamu Alden?" tanya pak Hendro diangguki singkat oleh Alden dengan seutas senyum. "Jadi, Alden ini yang menolong dan membawa papa ke rumah sakit."

"Kamu diam-diam ternyata ya, Alden." ujar ibu Dania dengan tertawa ringan.

"Iya nih, Al. Terima kasih ya," ujar Dania dengan senyuman manisnya.

Alden terkekeh, tidak menyangka orang yang ditolongnya adalah ayah Dania. Tapi, Alden tetap senang membantu siapa saja yang memang membutuhkan pertolongan.

Mereka berempat duduk di bangku taman dan saling berbincang bincang tentang berbagai hal. Alden sendiri merasa nyaman dengan keluarga Dania yang harmonis. Ia merasa seperti mendapatkan kembali sosok ayah pada ayah Dania.

"Oh, Alden tolong terima ini ya." Pak Hendro tiba-tiba mengeluarkan uang cash yang cukup banyak dari dalam tasnya, membuat Alden merasa bingung.

"Maaf, Pak. Ini uang untuk apa ya?" tanyanya sopan.

"Ambil saja, sebagai bentuk terima kasih karena kamu telah menolong saya tempo hari." jelas Pak Hendro membuat Alden langsung menggelengkan kepalanya dan menolak dengan halus.

"Terimakasih sebelumnya, Pak. Tapi, saya tidak bisa menerima uang ini. Saya ikhlas menolong Bapak."

"Terima saja, Alden. Papa Dania memang berniat untuk memberikan uang itu pada orang yang telah menolongnya. Dan, kebetulan itu kamu. Anggap aja ini rezeki yang dititipkan untuk kamu." jelas ibu Dania.

Alden merasa hatinya terenyuh dengan kebaikan keluarga Dania. Tapi ia ragu-ragu dan akhirnya menoleh ke arah Dania. Dania sendiri mengangguk seolah mengerti pertanyaan tak terucap dari Alden.

Dengan berat hati, akhirnya Alden menerima uang dari tangan Pak Hendro. "Terima kasih banyak, Pak. Semoga digantikan dengan rezeki yang tiada hentinya." ujar Alden dengan senyuman tulus.

Mereka bertiga mengaminkan doa Alden. Dan Alden sendiri merasa berhutang budi dengan keluarga Dania.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

Tiba di rumahnya, Alden langsung menghampiri ibunya yang baru saja pulang dari kedai kopinya di sebuah pasar tradisional. Senyum lelah ibunya terlihat jelas dari raut wajahnya.

"Ibu mau minum teh?" tanya Alden yang duduk di seberang ibunya.

"Boleh nak, makasih ya." ujar ibunya dengan senyuman.

Alden tersenyum dan langsung berjalan ke arah dapur. Tak lama, ia kembali dengan membawakan secangkir teh hangat untuk ibunya.

"Minum dulu, Bu." ujar Alden. "Oh iya, ada sesuatu yang ingin aku ceritakan sama ibu."

Ibunya yang baru menyeruput tehnya langsung meletakkannya kembali di atas meja.

"Cerita aja, nak. Ada apa?" ujar ibunya yang sedikit khawatir.

Alden mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya membuat ibunya terkejut. "Uang segini banyak dari mana, Alden?! Kamu enggak mencuri kan?"

"Enggak enggak Bu, aku gak mencuri. Mencuri itu dosa Bu." Alden langsung menyangkal, tidak menyangka reaksi ibunya yang akan berpikir seperti itu.

Mendengar jawaban Alden, ibunya merasa lebih lega tapi tidak mengurangi rasa penasarannya tentang uang yang dipegang oleh putranya itu.

"Terus, uang sebanyak ini dari mana nak?"

Alden pun menceritakannya kepada ibunya tentang bagaimana ia bisa mendapatkan uang dengan jumlah yang cukup banyak. Mengingat pekerjaan Alden yang hanya berjualan kue keliling.

"Jadi gitu ceritanya Bu. Boleh kan Bu, aku kelola uang ini untuk modal usaha kita?" tanya Alden setelah menyelesaikan ceritanya.

"Mereka baik sekali ya nak..." ujar ibunya merasa tidak enak dengan kebaikan keluarga Dania. "Terserah kamu aja, apapun keputusan kamu Insya Allah ibu dukung selagi itu masih dalam hal yang positif."

Alden langsung menyunggingkan senyum lebih lebar, dukungan dan kasih sayang ibunya membuatnya lebih bersemangat dan termotivasi.

"Terima kasih Bu."

^^^Bersambung...^^^

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!