Anne Ciara atau Anci, harus merelakan semua kebahagiaannya karena harus bertunangan dengan cowok yang menjadi sumber luka dalam hidupnya. Tak ada pilihan selain menerima.
Namun suatu hari, seseorang mengulurkan tangannya untuk membantu Anci lepas dari Jerrel Sentosa, tunangannya.
Apakah Anci akan menyambut uluran tangan itu, atau Anci memilih tetep bersama tunangannya?
" Jadi cewek gue.. Lo bakalan terbebas dari Jerrel. " Sankara Pradipta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSFA 13
Sankara Pradipta benar-benar bahagia sekarang. Melihat sendiri dengan mata kepalanya, gadis yang kini sudah tidak gadis lagi itu, tengah tertidur dalam pelukannya karena lelah setelah dia gempur berkali-kali sejak siang tadi.
San tidak berhenti, meski Anci berulang kali mengatakan jika dia menyerah. Anci bahkan sempat tidak sadarkan diri saking lelahnya menghadapi kegilaan San yang tidak pernah satu kalipun terbayang di benaknya.
San enggan berhenti, saking dia sudah candu akan semua yang ada di dalam diri Anci dari ujung kaki hingga ujung rambut. Yang paling membuat San menggila hingga lepas kendali adalah rasa senang dan bangga saat melihat wajah sayu Anci setelah berhasil mendapatkan puncaknya.
Cup..
" Lo punya gue.. Sampai mati, gue nggak akan lepasin lo.. " dikecupnya terus puncak kepala Anci penuh sayang.
" Thanks.. Karena gue udah jadi yang pertama buat lo. Gue pastiin, lo nggak akan pernah menyesal kedepannya. " San sudah berniat, maka sampai kapanpun Anci akan jadi prioritasnya mulai sekarang.
San pun ikut mengarungi mimpi bersama Anci yang sudah lebih dulu tidur beberapa menit yang lalu. Keduanya sampai tidak kuat lagi hanya untuk membersihkan sisa-sisa percintaan mereka karena lemas.
Apalagi Anci yang sangat yakin jika setelah ini dia tidak akan bisa berjalan. Berbaring saja kakinya gemetar hebat, apalagi jika nanti dia pakai jalan. Jatuh sudah pasti itu.
******
" Kak San.. " Anci bangunkan cowok tampan yang sudah mengklaim dirinya seenak jidat ini.
" Eugh.. " lenguhan San saat tidurnya terganggu.
Anci langsung merinding sebadan-badan karena suara seksi San. Dipikirannya berputar adegan demi adegan saat suara seksi San terdengar di telinganya ketika mereka bercinta tadi.
" Terkutuklah lo Anci.. Otak lo benar-benar.. " gumam Anci tak habis pikir.
" Aduh.. gue udah nggak tahan.. "
Nekat, Anci nekat turun sendiri dari ranjang karena sudah kebelet ke kamar mandi. Daripada dia ngompol di kasur, padahal sejak siang tadi tak terhitung banyaknya dia ' ngompol 'di kasur tapi untuk sekarang Anci tidak ingin seperti siang tadi.
BRUGH..
Helaan nafas pasrah Anci keluarkan. Sudah dia duga kejadiannya akan seperti ini saat dia nekat turun sendiri. Tapi membangunkan San, sama dengan membangunkan orang mati suri.
" Aduh... Udah jatuh masih ketimpa tangga lagi.. " keluhnya mencoba bangun sendiri.
" Eh. Eh.. " Anci kaget setengah mati. Tiba-tiba tubuhnya melayang, San menggendongnya.
" Kapan bangunnya? " gumam Anci bertanya.
" Barusan.. Sorry ya, lo sampe jatuh. " makin meleleh hati Anci.
Cowok ini makan apa ya, kok jadi lemah lembut penuh sayang begini. Dari sejak mereka melakukan ciuman pemicu adegan ranjang tadi, yang keluar dari mulut San hanya kata-kata yang membuat Anci salting brutal.
Lo cantik..
Lo luar biasa..
Lo bikin gue puas..
Gue sayang lo..
Dan masih banyak lagi kata-kata manis dan pujian dari bibir San. Cowok satu ini juga tidak gengsi minta maaf padanya. berbeda sekali dengan jerrel yang kurang asam garam itu.
Kenapa musti ingat Jerrel?
Otak Anci jadi ingat tamparan cowok breng*** itu. Tapi, karena tamparan itu Anci jadi sampai ke titik dimana dia tidak lagi terpisahkan dari San. apa Anci harus bersyukur dan berterima kasih pada Jerrel ya?
Gila.. Sungguh Anci sudah gila..
Dia selingkuh, dia sampai ina inu dengan San, dan Anci akan berterima kasih pada Jerrel. Sama aja Anci setor nyawanya sekaligus nyawa semua anggota keluarganya.
" Udah selesai? " Anci mengangguk. San kembali menggendongnya kembali ke ranjang.
Selama di kamar mandi tadi banyak hal yang Anci pikirkan. bukan sebuah penyesalan anehnya, tapi lebih ke takut jika ada yang tahu dia dan San sudah sampai sejauh ini.
Harus bagaimana Anci kedepannya. ini bukan tentang cinta-cintaan lagi. tapi tentang nasib papanya di penjara sana. nasib mamanya dan resto yang dia bangun dengan keringat dan air mata. Lalu Terry, bagaimana pengobatan adiknya itu.
San sejak tadi memperhatikan ekspresi Anci yang terlihat cemas, kemudian bingung, kemudian sedih. San jadi pemasaran di otak kecil wanitanya ini sedang memikirkan apa. Bahkan kesayangannya ini sampai tidak sadar dipandang olehnya sejak tadi.
Cup..
" Kak Sannnnnn.. " protes Anci. Bisa-bisa ada ronde yang kesekian setelah ini.
" Apa? " tanya San santai sekali.
" Anci capek, kak.. " bibir Anci mengerucut lucu.
Cup..
" Kak Sannnn... " Anci menutup bibirnya agar tidak lagi San kecup.
" Bibirnya monyong begitu kirain minta cium lagi. " Anci menggeleng ribut dengan mata mendelik.
" Nggak ya.. " sungutnya.
San terkekeh pelan. Kelihatan tampan sekali saat Wajah itu tidak hanya menunjukkan ekspresi datar. Anci merasa beruntung menjadi satu dari sekian orang yang bisa melihat rupa-rupa ekspresi San.
" Kak.. "
" Hm.. "
Anci pandangi wajah tampan San. Tampan sekali sampai Anci selalu terhanyut untuk tidak memalingkan wajahnya saat ada San di depannya.
" Kenapa sayang? Kok ngelamun daritadi. " Anci langsung meleyot nih..
" Aku takut kak.. Aku sama kak Jerrel karena dia udah bantuin..... " telunjuk San menempel di bibir Anci, menghentikan semua yang ingin Anci ungkapkan.
" Semuanya.. Gue udah tahu. Lo nggak usah khawatir, semuanya udah dalam genggaman gue. Bokap lo aman, nyokap lo bisnisnya nggak akan bisa Jerrel dan keluarganya sentuh. Dan terry... Donor jantung segera akan dia dapatkan. "
senyum Anci merekah, bibirnya melengkung lebar, sungguh dia sangat bahagia dan lega. San, bahkan menyiapkan semuanya tanpa gembar gembor. Senyap, tapi tersusun sangat rapi setiap tindakannya. Anci, benar merasa dilindungi, disayangi, dipuja dan dibersamai.
" Kak.. " Anci tidak lagi bisa mengatakan apapun.
" yang perlu lo lakuin cuma prioritasin gue di atas segalanya. nggak usah jalan sama Jerrel, sebisa mungkin jaga jarak sama tuh setan. " peringatan dari San. Nampak sekali cowok satu ini cemburu.
" Tapi.. Anci kan masih tunangan kak Jerrel, nggak mungkin Anci bisa ngindari dia terus kak. " saat mengatakan kalimat ini, Anci kok jadi kesal sendiri. Merasa terganggu dengan statusnya sekarang.
" Gue yang akan alihin perhatian Jerrel. Nggak usah dipikir. " Anci mengangguk senang.
Anci tatap jemari San yang dia mainkan sejak tadi. Jemarinya panjang dan kuat, Anci kelonjotan berkali-kali karena jari-jari San yang tadi mempermainkannya.
" Boleh tanya sesuatu nggak, kak? " tanya Anci, tapi tidak mengalihkan perhatiannya dari jemari San yang dia mainkan.
" tanya apa? " San pun ikut menatap ke arah yang Anci tatap.
" Sejak kapan?? Kak San sayang Anci. " kini Anci tatap wajah tampan San, ingin menatap sembari mendengar jawaban Anci.
" Sini!! " Anci mendekatkan telinganya.
" ...... rahasia.. " Anci melirik sewot.
" Dih.. Nyebelin. " San terkekeh.
Anci ikut terkekeh bersama San. Entahlah, Anci tidak tahu sejak kapan dia jadi ikut-ikutan sayang San. Padahal pertama kali bertemu, Anci hanya merasa San itu memiliki aura yang kuat dan hangat disaat bersamaan.
" Hihihi.. " Tiba-tiba anci terkekeh saat ingat sesuatu.
" kenapa? hm.. " tanya San sedikit penasaran saat anci tiba-tiba terkikik.
" Kak San.. Sekarang jadi selingkuhan aku dong.. " San mengangguk dan keduanya pun tertawa bersama.
Momen yang menjadi awal jalan terjal yang Anci dan San pilih. Jalan yang pasti ditentang banyak orang karena menyalahi norma. tapi Anci dan San sendiri sudah tidak bisa berbalik dan menyerah. Keduanya hanya punya satu pilihan, maju dan melawan semua orang.