🌶Boleh Skip Part Boncabe🌶
Niat hati bekerja menjadi guru bimbel untuk menambah pendapatannya, justru Rini berada di situasi rumit yang membuatnya terjebak pada duda dingin yang juga dosen di kampusnya.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
"ingat, pernikahan ini hanya demi Adam. jangan harap ada cinta atau pun hubungan suami istri yang sebenarnya." Kalimat menusuk dari suami yang baru dinikahinya seketika membuatnya kecewa.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Meski tak dianggap bahkan kehadirannya seolah antara ada dan tiada dimata suaminya. Rini terus menjalankan tugasnya sebagai istri, kecuali hubungan ranjang.
Namun di suatu malam,
"Mas... tolong hentikan. Kamu sadar aku siapa?"
Pria itu terus menjamah seluruh tubuh Rini, bahkan semua pakain Rini telah disobek dan dibuang entah kemana.
"Aku tahu kamu istriku sekarang. Lakukan saja kewajibanmu untuk melayaniku" tak ada suara dengan kelembutan.
"Mash..." Rini merasakan sakit saat bagian intinya ditrobos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly_Nand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Keep Your Enemy Closer
Seperti biasa, Pagi ini Amel mengantar sarapan untuk Kekasih hatinya. Dia berjalan begitu riang dengan membawa box makanan yang sudah dia persiapkan. Sesekali beberapa dokter dan suster menyapanya. Sifatnya yang ceria dan gampang membaur membuatnya mudah dikenal.
Tok Tok Tok
Amel mengetuk pintu ruangan sang kekasih.
Seorang wanita dengan jas dokter membuka pintu untuknya. Amel kaget, namun ia berusaha menguasai dirinya. Ia berusaha menggali memorinya untuk mengetahui siapa wanita dihadapannya. Namun ia tidak menemukan memori apapun, Amel tidak mengenalnya.
"Permisi, Dokter Abi ada?" Tanya Amel canggung.
Dokter muda itu mengernyitkan dahi lalu menoleh ke belakang, "Abi, wanita ini mencarimu. Apa kamu mengenalnya?"
Dokter Abi yang masih fokus menerima telfon menoleh pada dokter muda yang memanggilnya dan memberi gerakan mengangkat tangannya didepan agar dokter muda itu tidak mengganggunya terlebih dahulu.
Dokter muda itu kembali melihat kepada Amel yang masih di depan pintu, "Maaf, sepertinya calon suamiku sedang sibuk. Apa ada yang bisa saya bantu?"
Deg
Jantung Amel rasanya akan runtuh, wanita itu menyebut kekasihnya sebagai calon suami. Ia tak ingin marah saat ini. Yang dibutuhkannya adalah waktu untuk menenangkan diri dan berfikiran jernih.
"Maaf, dengan dokter siapa?" Amel menunjukkan sikap tenangnya.
"Oh, perkenalkan saya Jesica. Dokter baru di rumah sakit ini. Sekaligus calon istri dokter Abi."
"Baiklah, Dokter Jesica. Tolong berikan ini kepada Dokter Abi." Amel memberikan paper bag berisi kotak makan dan kopi. "Ini pesanan Dokter Abi."
Jesica mengambil paper bag dari Amel dengan senyumnya. "Baiklah akan saya berikan, apa ada hal lain?"
"Tidak, itu saja. Tolong sampaikan pada dokter Abi, kotaknya tidak perlu diantar ke restoran."
"Baiklah, akan saya sampaikan."
"Kalau begitu, saya permisi dokter!" Amel pergi dengan hatinya yang sakit.
Ia ingin menenangkan diri sebelum pergi ke restoran kakaknya. Ia tak ingin sang kakak mengetahui suasanya hatinya yang tidak baik. Ia harus bekerja dengan baik untuk membantu kakaknya mengelola restoran. Tapi dengan suasana hati yang kacau, itu justru akan membuat pekerjaannya berantakan.
Tapi tanpa Amel tahu, saat Amel membalikkan badan tadi, dokter muda itu tersenyum remeh melihatnya.
Amel memutuskan untuk pergi ke taman sekedar melihat orang yang lalu lalang untuk mengalihkan pikirannya.
Drt...
HP Amel berdering menunjukkan panggilan dari Dokter Abi. Suasana hati yang kacau membuatnya tak ingin berurusan dengan orang yang merusak harinya. Ia memutuskan untuk menolak panggilan itu.
Tak hanya sekali panggilan itu terus berulang sampai sepuluh kali, namun hal sama yang dilakukan Amel, ia tak mau mengangkatnya.
Tak berhenti di panggilan, pop up di layar HP menunjukkan banyak pesan dari Dokter Abi yang menanyakan keberadaannya berulang ulang. Amel masih tak mau menghiraukan nya dan memutuskan untuk membiarkan HP dalam mode silent dan dimasukkan ke dalam tasnya.
...****************...
“Pak Dean, maaf mengganggu,” ujar sekretaris pribadi Dean pelan sambil mengetuk pintu ruang CEO.
Dean mengangkat kepala dari tumpukan dokumen. “Ya?”
“Analis baru dari marketing sudah datang. Atas nama Alisa.”
Dean menautkan alis. “Oke. Suruh dia ke HR dulu untuk bereskan administrasi. Setelah itu, bawa ke divisi marketing, langsung ke bawahannya Bu Nindya.”
“Baik, Pak.”
Begitu pintu tertutup, Dean mendesah kecil. Tangannya meraih ponsel dan mengirim pesan cepat.
Dia datang.
Tak butuh waktu lama, balasan masuk:
Aku di parkiran. Sebentar lagi naik.
Dean tersenyum tipis.
...****************...
Beberapa Menit Kemudian di Lobi Kantor. Langkah Alisa terdengar ringan penuh percaya diri. Sepatunya berhak tinggi, blazer ketat membingkai tubuhnya dengan pas. Ia menebar senyum ke siapa pun yang melirik.
“Selamat pagi,” sapa resepsionis.
“Pagi. Saya Alisa, pegawai baru, sudah dijadwalkan mulai hari ini.”
Tak lama, staf HR menjemput dan mulai mengarahkan Alisa.
“Setelah ini, kita ke divisi marketing, ya. Posisi kamu sebagai analis data pasar. Tim kamu di bawah Bu Nindya, jadi langsung laporan ke beliau.”
“Baik,” jawab Alisa dengan senyum manis. “Pak Yoga biasa di lantai atas, ya?”
Staf HR menoleh sekilas, agak kaku. “Iya. Tapi tidak semua staf bisa langsung ke sana. Kecuali dipanggil atau ada rapat.”
Alisa hanya tersenyum samar. “Siapa tahu nanti ada rapat mendadak.”
Setelah melewati beberapa ruangan, Alisa tiba didepa ruangan Bu Nindya di lantai area kerja team Marketing.
“Silakan duduk dulu, Mbak Alisa.”
Bu Nindya menjabat tangannya singkat.
“Kami di sini tim kecil tapi padat kerja. Tugas kamu menganalisis pergerakan pasar dan laporan performa iklan dari tim campaign.”
“Paham, Bu. Saya juga pernah riset tentang tren pasar digital waktu kuliah,” kata Alisa percaya diri. “Saya cepat adaptasi kok.”
Senyum Bu Nindya tipis. “Bagus. Tapi satu hal, di sini semua kerja dalam tim. Tidak ada individual show.”
Alisa tertawa kecil. “Siap, Bu.”
...****************...
Sementara itu, di ruangan CEO, Dean menunggu istri tercintanya
Tok Tok Tok
“Masuk.”
Pintu terbuka dan muncullah sosok yang ditunggu Dean sejak tadi, bukan Alisa, tapi Rini. Dengan gaun berdesign sederhana namun memancarkan aura mahal dan elegan, langkahnya mantap. Perut buncitnya bukan menjadi penghalang untuk tampil memukau.
Dean langsung berdiri. “Aku pikir kamu baru naik nanti siang, Sayang"
“Tidak Mas, aku ingin lihat suasana kantor lebih awal,” jawab Rini, lalu mendekat dan memeluk suaminya singkat. “Dia sudah datang kan?”
“Baru masuk marketing. Aku taruh dia di bawah Bu Nindya. Timnya padat. Gak bakal sempat keliling-keliling.”
Rini menatap Dean, matanya teduh tapi tajam. “Bagus. Jangan kasih celah.”
Dean mengangguk. “You got it, Madam CEO’s Wife.”
Rini tersenyum sinis. “Si pelakor boleh main api. Tapi jangan lupa, aku punya pemantik lebih besar.”
"Sayang...!" Dean tiba-tiba mengeluarkan sisi manja dengan mata mengerjap lucu.
Rini menghela nafas, dia sudah faham arti tatapan itu.
"Apa tidak akan membuat pekerjaan Mas Dean tertunda?" Rini menatap lembut suaminya.
"Tidak, sayang. Aku butuh charge energi dari kamu. Sebentar saja. Ok?" Dean menjeda sebentar untuk meyakinkan istrinya. "Aku sedang lelah dan pusing dengan tumpukan pekerjaan."
Rini pasrah, "Baiklah"
Tak membuang waktu, Dean mendudukkan istrinya di pangkuannya dan membuka pakaian atas istrinya untuk mengambil dua gundukan favoritnya. Saat ini dia hanya ingin bermain sebentar dan menyesap energi dari sana. Tidak lebih.
Rini membelai bagian belakang kepala sang suami untuk memberi kenyamanan saat menjelajah dan menikmati bongkahan miliknya. Ia sadar suaminya lelah karena beban pekerjaan yang tak ada habisnya, sebagai istri tugasnya adalah mendukung dan menjadi tempat ternyaman untuk pulang.
Rini berucap lembut, "Nikmatilah sayang, semua yang ada padaku adalah milikmu, hanya milikmu."
pelakor itu gampang sebern nya kalau lakinya tegas mah out kasih pelajaran jg
pelajaran nya jangan tanggung" di kasih sekalian sampai lulus , setengah" ya ga mempan
bukan partner ranjang ?
ok ok kalau ketemu face to face ga sengaja kamu berani to the point langsung ngmng ke dia jangan lagi lagi berbuat seperti itu
good job ra
jangan Kya rea di Pendem sendiri nangis sendiri Weh ,jangan myek2 jadi wanita be strong
lanjut /Good/
kelihatannya bagus