NovelToon NovelToon
Tumbal Rahim Ibu

Tumbal Rahim Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Kumpulan Cerita Horror / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:543
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

​"Ibu bilang, anak adalah permata. Tapi di rumah ini, anak adalah mata uang."
​Kirana mengira pulang ke rumah Ibu adalah jalan keluar dari kebangkrutan suaminya. Ia membayangkan persalinan tenang di desa yang asri, dibantu oleh ibunya sendiri yang seorang bidan terpandang. Namun, kedamaian itu hanyalah topeng.
​Di balik senyum Ibu yang tak pernah menua, tersembunyi perjanjian gelap yang menuntut bayaran mahal. Setiap malam Jumat Kliwon, Kirana dipaksa meminum jamu berbau anyir. Perutnya kian membesar, namun bukan hanya bayi yang tumbuh di sana, melainkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lapar.
​Ketika suami Kirana mendadak pergi tanpa kabar dan pintu-pintu rumah mulai terkunci dari luar, Kirana sadar. Ia tidak dipanggil pulang untuk diselamatkan. Ia dipanggil pulang untuk dikorbankan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32: Air Kolam yang Berubah Merah

Wajah Nyi Laras kini memenuhi pandangan Kirana, dan matanya memancarkan cahaya hipnotis. Ia merasakan tubuhnya mati rasa, dan sebelum ia bisa melawan, Nyi Laras mulai membisikkan sesuatu, "Tidurlah, Kirana... Tidurlah... Biarkan Air Kolam yang Berubah Merah ini yang menenangkanmu. Dan jangan pernah, coba-coba untuk mencari Sosok Mengintip dari Plafon itu lagi..."

Kesadaran Kirana mulai menipis, terseret ke dalam kabut hitam yang pekat. Suara gemericik air kolam terdengar seperti ribuan bisikan wanita yang menangis. Di bawah pengaruh mantra itu, Kirana merasakan tubuhnya direndahkan perlahan ke dalam cairan merah yang kental dan hangat.

"Bagus, anak pintar. Biarkan darah leluhur menyatu dengan rahimmu," gumam Nyi Laras, tangannya yang dingin mengusap perut Kirana yang tegang.

Cairan itu mulai meresap ke dalam pori-porinya. Namun, jauh di dalam perutnya, sesuatu yang lain bereaksi. Janin itu tidak tenang; sebaliknya, ia melakukan gerakan memutar yang menyakitkan, seolah-olah ia sedang mencoba menggali jalan keluar dari rahim ibunya.

Sakit! Rasa sakit yang luar biasa itu menembus kabut hipnotis Nyi Laras. Kirana menggigit lidahnya sendiri hingga rasa anyir darah asli memenuhi mulutnya, memicu lonjakan adrenalin yang memaksanya membuka mata.

"Kenapa... air ini panas?" suara Kirana parau, tenggorokannya terasa seperti terbakar.

Nyi Laras terkesiap, matanya melebar melihat Kirana yang terbangun dari transnya. "Diam! Kau harus tetap tenang agar Waris tidak tersiksa!"

"Dia tidak tenang, Ibu! Dia ketakutan!" Kirana meronta, mencoba bangkit dari kolam, tetapi kedua bidan desa itu menekan bahunya kembali ke bawah permukaan air.

Tepat saat itu, Kirana melihatnya lagi. Di atas sana, di antara celah-celah plafon kayu yang menghitam karena lembap, sepasang mata merah pucat sedang memperhatikannya. Sosok itu tidak memiliki rambut, kulitnya mengelupas, dan jemarinya yang panjang mencengkeram balok kayu dengan kuku-kuku hitam yang tajam.

Itu adalah Sosok Mengintip dari Plafon yang pernah menghantui mimpinya. Makhluk itu bukan sekadar hantu; ia adalah penjaga ritual yang lapar.

"Lihat ke atas, Ibu!" teriak Kirana sambil menunjuk ke langit-langit dengan tangannya yang bebas.

Nyi Laras dan kedua bidan itu secara refleks mendongak. Di saat perhatian mereka teralih, sosok di plafon itu mengeluarkan suara mendesis pelan, lalu menjatuhkan sesuatu dari mulutnya.

Sebutir cairan hitam pekat jatuh tepat ke tengah kolam, memicu reaksi berantai yang mengerikan. Air yang tadinya berwarna merah darah tiba-tiba mendidih dan berubah menjadi hitam pekat dalam sekejap.

"Tidak! Cairan kutukan!" Nyi Laras menjerit, menarik tangannya menjauh dari air seolah-olah ia baru saja menyentuh bara api. "Siapa yang mengizinkan makhluk itu ikut campur?!"

Air hitam itu kini bergerak sendiri, membentuk pusaran yang mencoba menarik Kirana ke dasarnya. Kirana merasakan sesuatu mencengkeram pergelangan kakinya dari dalam air—tangan-tangan kerangka yang ia lihat sebelumnya kini mulai bergerak.

"Lepaskan aku!" Kirana menendang sekuat tenaga, berhasil melepaskan diri dari tekanan kedua bidan yang juga sedang ketakutan melihat air kolam yang berubah liar.

Ia merangkak keluar dari kolam, tubuhnya basah kuyup oleh cairan hitam yang berbau busuk. Nyi Laras tampak sibuk merapalkan mantra cepat untuk menenangkan kolam, memberinya celah sempit untuk melarikan diri.

Kirana berlari menuju pintu keluar ruangan batu, namun langkahnya terhenti saat ia menyadari bahwa sosok di plafon tadi kini telah turun. Makhluk itu kini merangkak di dinding tepat di samping pintu, menghalangi jalannya.

"Kau mau ke mana, Kirana?" suara Nyi Laras kini terdengar parau dan berat, seolah-olah ada dua suara yang berbicara dari kerongkongannya. "Kau belum mencicipi Rambut Panjang di Dalam Makanan yang sebenarnya."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!