NovelToon NovelToon
Wajah Tersembunyi

Wajah Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Identitas Tersembunyi / Pengganti / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Mafia
Popularitas:74
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

Dara, seorang detektif yang menangani kasus pembunuhan berantai harus menelan kenyataan pahit. Pasalnya semua bukti dan saksi mengarah padanya. Padahal Dara tidak kenal sama sekali dengan korban maupun pelaku, begitu juga dengan anggota keluarga dan saksi-saksi yang lain.


Dalam keadaan yang terpojok dan tanpa bantuan dari siapapun, Dara harus berusaha membuktikan bahwa dirinya tidak terlibat dalam aksi pembunuhan keji tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

"Apa kamu sudah melihat berita?" tanya Natasha sembari melihat ke arah Dara, yang baru saja menuruni tangga.

Sebagian orang sudah berkumpul di ruang makan saat ini untuk sarapan, Dara pun juga hendak ke ruang makan. "Iya, aku sudah melihat," jawab Dara.

"Kenapa malah jadi seperti itu?" keluh Dara.

Pagi itu mereka melihat berita tentang kematian Pak Tama yang jatuh dari gedung rumah sakit.

"Mintalah bantuan pada salah satu temanmu yang bisa dipercaya. Apa temanmu benar-benar tidak ada yang bisa dipercaya?" tanya Ardi.

"Aku hanya tidak mau melibatkan mereka. Jika sampai aku tertangkap, mereka akan dituduh bersekongkol denganku," jelas Dara. 

"Lalu bagaimana caranya kamu membuktikan, bahwa kamu tidak bersalah, jika kamu terus seperti ini dan bertindak sendiri," ucap Ardi.

"Aku tadi membuka laptop yang ada di ruang kerja," ucap Dara seraya melihat ke arah Natasha, karena dia tahu bahwa laptop itu milik Natasha. Bahkan Dara seakan tidak mengindahkan ucapan Ardi.

"Lalu apa yang kamu temukan di sana?" tanya Natasha.

"Aku mendapatkan email dari temanku yang bekerja di tim forensik, bahwa di kuku dan anting yang ditemukan di mobilku tidak ada DNA milikku," jawab Dara.

"Baguslah kalau begitu," ucap Natasha.

"Sepertinya dia punya cara sendiri untuk menyelesaikan masalahnya," ucap Natasha sembari menatap ke arah Ardi dan juga mengulas senyum. Natasha tahu benar bahwa sikap keras Ardi adalah karena dia mengkhawatirkan Dara.

"Tapi dia menemukan DNA orang lain di kuku tersebut. Saat itu Sasa mengatakan bahwa mungkin Dita melakukan serangan balik untuk melindungi diri, sehingga membuat kuku-kuku jarinya patah. Mungkin DNA yang tertinggal di kuku itu adalah milik pelaku," ucap Dara.

"Lalu bagaimana kita bisa menemukan orang itu?" tanya Devan.

"Arum mengatakan bahwa malam itu Dita berada di taksi hanya berdua saja dengan Pak Dion," ucap Dara seraya melihat ke arah Arum.

"Ya, itu memang benar. Aku meninggalkannya di taksi sendirian saat itu," jawab Arum.

"Apa mungkin itu adalah DNA milik Pak Dion?" tanya Dara.

"Siapa Pak Dion?" tanya Ardi.

"Dia juga salah satu juri di perusahaan saat itu," jawab Arum.

"Pak Dion adalah sopir taksi. Saat itu beliau menawarkan untuk mengantarkan kita pulang yang rumahnya sejalan. Ada Bu Yuri, aku, dan Dita yang rumahnya sejalan dengan Pak Dion. Bu Yuri turun pertama, aku kedua, dan ketiga Dita. Keesokan harinya Dita ditemukan tidak bernyawa di taman. Dia adalah anak Pak Bagas, mantan kepala polisi di kantor Dara," jelas Arum secara singkat.

"Pak Dion juga pernah ditahan, karena saat aku hendak memeriksa bagasinya dia kabur serta merusak properti umum, tapi dia tidak mendapatkan hukuman apapun, dia hanya didenda untuk mengganti rugi kerusakan properti umum. Tidak terbukti ada apapun juga di dalam bagasinya, hanya ada minuman keras yang belum sempat dia minum," imbuh Dara.

"Apa sekarang kita harus ke rumah Pak Dion?" tanya Ardi.

"Seharusnya iya, dan untuk pergi ke sana, aku harus menghubungi kakakku, dia pasti tahu semua alamat juri inti saat itu," ucap Dara.

"Tapi sebelum itu, kita harus pergi ke rumah atap yang pernah disewa oleh Arum dulu," imbuh Dara.

"Untuk apa?" sahut Arum.

"Pak Tama mengatakan, bahwa ponselnya mungkin tertinggal di rumahmu. Di sana ada istrinya yang mengirimkan lokasi, mungkin istrinya juga bisa memberi petunjuk pada kita. Atau setidaknya kita harus mengamankan mereka terlebih dahulu," ucap Dara.

"Kalau begitu aku sendiri saja yang pergi ke sana, kamu tetap di rumah. Kamu benar-benar dalam pengawasan ketat saat ini, jadi jangan keluar saat siang hari," ucap Ardi.

"Bahkan temanmu semalam juga mengetahui, kalau kamu sedang berkeliaran," imbuh Ardi.

"Maaf kalau aku selalu merepotkan kalian," ucap Dara.

"Tidak apa," ucap Natasha seraya mengulas senyum dengan sangat manis. 

Mereka pun segera mulai sarapan.

***

"Aku sedikit heran saat ini," celetuk Natasha di tengah keheningan. Mereka semua pun segera menatap ke arah Natasha.

"Setelah terakhir kali anak buahku mengambil banyak foto di rumah Aditya, hingga sekarang mereka tidak pernah melihat Aditya lagi di rumah tersebut. Hanya ada istrinya yang terus berdiam di meja makan sembari melihat ke kue ulang tahun di depannya." 

"Sepertinya kue tersebut juga tidak diganti selama beberapa hari," jelas Natasha.

"Memang istrinya sekarang sedang mengalami gangguan mental, sejak kematian Ana," ucap Dara.

"Lalu kenapa Aditya tidak menemaninya?" tanya Natasha dengan geram. Semua orang pun segera mengangkat kedua bahu mereka dengan serentak, sembari mencebikkan bibir mereka.

"Apa yang sebenarnya tengah dilakukan Aditya sekarang? Tidak mungkin kan temanmu bersekongkol dengan Pak Krisna?" tanya Devan. 

"Itu sangat tidak mungkin seharusnya," jawab Dara dengan yakin.

"Kalian nanti jangan lupa selalu siaga di rumah dan pantau terus anak-anak, karena musuh kita sedang berkeliaran entah dimana," ucap Ardi. 

Mereka semua segera mengangguk dan melanjutkan sarapan.

"Tara, kenapa kamu sangat membenciku?" monolog Dara dalam hati. Rupanya orang yang sudah menyerang mereka di rumah Pak Tama adalah Tara.

***

Ardi pergi ke rumah atap dengan Arum. Karena kebetulan mengunjungi rumah tersebut, Arum pun juga sekalian mengemasi barang-barangnya yang masih tersisa untuk dibawa ke rumah Maria. Sepertinya tidak mungkin untuk Arum akan kembali ke tempat itu lagi.

Kamar tersebut masih dibiarkan kosong oleh pemilik, karena memang masa sewa Arum belum selesai, masih kurang sekitar 6 bulan lagi. Sementara Ardi fokus untuk mencari ponsel yang disebutkan oleh Dara, Arum lebih fokus untuk mengemasi barang-barangnya. 

Cukup lama Ardi berkeliling di dalam rumah petak tersebut, dia juga tidak melewatkan sudut kecil untuk mencari ponsel itu, tapi ternyata dia tidak menemukan apapun. Namun ada yang menyita perhatian Ardi, dia menghentikan langkahnya sejenak, karena di kamar mandi dia melihat ada jejak sepatu. Ardi terus berjalan masuk dan berjongkok. Setelah melihat ukuran jejak sepatu tersebut, Ardi yakin bahwa itu adalah jejak perempuan. 

"Ada yang masuk ke sini," ucap Ardi yang seketika membuat Arum menghentikan aktivitasnya.

Arum pun segera berjalan dengan cepat ke arah Ardi yang ada di kamar mandi. Arum melihat Ardi tengah berjongkok di lantai dengan beberapa jejak sepatu yang ada di sana. "Kenapa hanya di situ jejaknya?" tanya Arum seraya memperhatikan lantai.

Ardi segera melihat sekeliling dan memang tidak ada jejak sepatu lagi selain di kamar mandi. Ardi bahkan juga memeriksa luar rumah. Dia pun segera kembali ke kamar mandi dan melihat ke arah atap. Benar saja, sepertinya atap tersebut bekas dibuka paksa.

"Jadi benar bahwa semua obrolan di atap rumah sakit kemarin itu ada yang mendengar," gumam Ardi yang suaranya masih bisa didengar oleh Arum.

"Mungkin orang itu juga yang telah membunuh Pak Tama," sahut Arum.

"Lebih baik kita segera keluar saja dari sini, bawa barangmu yang paling berharga saja, yang lain tinggalkan," ucap Ardi.

Arum mengangguk mengerti, dia pun segera memakai tas ransel di punggungnya dan keluar dari rumah atap tersebut, disusul Ardi di belakangnya.

***

"Apa kamu tidak punya fotonya Pak Dion itu?" tanya Ardi saat sudah di dalam mobil dan perjalanan pulang.

"Tidak ada, aku tidak pernah mengambil foto mereka," jawab Arum.

"Kalau begitu kapan-kapan ambillah foto mereka saat kalian berkumpul, agar Febri nanti bisa mengidentifikasi siapa saja yang ada di sana, sehingga kita juga bisa mudah menyelesaikan kasus ini, kasihan temanmu Dara itu, dia sebenarnya sudah sangat frustasi.”

“Dia saat ini kan sedang bersembunyi dan tidak bisa bergerak dengan bebas, berbeda lagi saat dia menjadi detektif, dia akan bisa semaunya bergerak kesana dan kemari untuk memeriksa dan memecahkan kasus," jelas Ardi sembari terus fokus pada kemudinya.

"Baiklah, aku akan mengambil foto saat mereka mengajak makan-makan lagi," jawab Arum.

Tidak ada obrolan lagi hingga sampai di rumah, Ardi hanya terus fokus pada kemudinya.

***

"Ada apa?" Saat sudah sampai di rumah, Arum mendapati bahwa semua orang tengah tegang sembari melihat televisi.

"Wajah Dara terekspos saat berada di rumah sakit," jawab Maria dengan santai.

"Kenapa bisa seperti itu? Bukankah Firman sangat ahli dalam bidangnya?" cecar Ardi.

"Sepertinya musuh kalian saat ini lebih ahli," jawab Maria.

"Dengan wajah Dara yang terekspos di CCTV dan juga kematian Pak Tama, kalian tahu sendiri kan, apa yang akan dilakukan oleh hukum yang ada di negeri kita?" tanya Natasha.

"Tamatlah riwayatmu," sahut Ardi sembari menatap ke arah Dara dengan raut wajah yang mengejek.

Dara menghembuskan nafas kasar dan mengusap wajahnya dengan kasar juga saat ini. "Aku tidak membunuhnya," ucap Dara.

"Kami tahu dan kami juga tidak menuduhmu," ucap Natasha.

"Apa itu Aditya?" tanya Devan.

"Seharusnya jika itu Aditya, dia juga akan terekspos wajahnya di CCTV," ucap Maria.

"Sepertinya kamu punya musuh yang tersembunyi. Apakah itu orang yang kamu kenal?" tanya Ardi sembari menatap ke arah Dara.

"Kenapa semuanya menjadi semakin runyam seperti ini," keluh Dara.

"Minta Tolonglah pada kakakmu, kita membutuhkan lebih banyak kepala untuk bisa menyelesaikan kasus mu ini," ucap Arum.

"Apa dia bisa dipercaya? Apa dia mau?" tanya Dara.

"Kenapa kamu tidak percaya pada kakakmu sendiri?" tanya Ardi.

"Dia itu menjalani kehidupannya seperti jam yang rusak, dia selalu jogging setiap jam 6 hingga jam 7 pagi, jam 8 dia pergi bekerja. Semua bajunya tertata dengan sangat rapi dengan warna yang senada, tidak pernah sekalipun dia membatalkan jadwalnya ataupun mengubah jadwal yang sudah dia susun, dia benar-benar hidup serapi itu, berbeda sekali denganku," jelas Dara.

"Tapi kan kamu adiknya, kamu juga tinggal dengannya. Tidak pernahkah sekalipun dia menolongmu sejak kalian hidup bersama beberapa puluh tahun ini?" tanya Ardi.

"Dia selalu menolongku, karena sejak dulu aku selalu terlibat tawuran saat sekolah. Bahkan dia sering memberikan uang sakunya pada anak-anak yang sudah aku hajar untuk berdamai, jadi dia sangat jarang sekali membawa uang saku saat sekolah. Karena memang uangnya selalu habis untuk biaya tutup mulut," jawab Dara.

"Wah... hidupmu benar-benar penuh warna ya," ucap Maria.

"Maka dari itu, aku yakin dia tidak akan mau menolongku lagi kali ini. Pasti saat ini yang dia pikirkan hanya reputasinya dan reputasi Ibu."

"Ibu dan dia memiliki ambisi yang sama-sama keras, Ibu juga sedang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif saat ini, pasti Ibu sangat terganggu karena kasusku yang mencuat ke publik," jelas Dara. 

"Bukankah kamu mengatakan bahwa kamu adalah detektif yang handal. Kenapa kamu jadi seperti ini sekarang?" tanya Firman yang baru saja tiba di rumah. Semua orang pun menatap ke arah Firman yang berjalan dari pintu ke sofa.

"Entahlah, aku merasa sangat buntu saat ini, aku sudah bertanya pada Sasa dan dia mengatakan, bahwa hasil pemeriksaan sudah diberikan ke pihak kepolisian, tapi kenapa mereka belum mengumumkannya ke publik? Malah berita wajahku yang muncul di televisi. Itu semakin menguatkan, bahwa aku adalah pelaku dari semua kasus berantai ini," ucap Dara.

"Pikirkan saja, bagaimana caranya agar kamu bisa berkomunikasi dengan kakakmu," ucap Arum.

"Apa itu mungkin?" tanya Dara.

"Setidaknya kamu harus mencoba dulu," ucap Arum.

"Benar, Kakakmu mempunyai perusahaan yang sangat mentereng dan cukup berpengaruh, tidak mungkin dia akan membiarkan adiknya terlunta seperti ini," ucap Natasha yang sudah mencari tahu, seluk beluk tentang keluarga Dara. Dia tahu benar, bahwa perusahaan Kakak Dara benar-benar sangat maju dengan pesat sebagai pendatang baru.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!