PLEASE FOLLOW DEAMERIAWAN UNTUK MENDAPATKAN NOTIFIKASI UPDATE NOVEL TERBARU
Caren Danisha sosok siswa yang multi talenta. Diusia belia dia harus merasakan pernikahan dengan laki-laki yang di cintai nya. Namun dengan berjalannya waktu, pernikahan tidak hanya butuh sekedar cinta tapi komitmen untuk bersama selamanya. Perbedaan mulai muncul satu persatu, sehingga akhirnya ia jatuh cinta untuk kedua kalinya dengan orang yang berbeda. Terkadang dia pun bingung siapakah yang disebut sebagai cinta pertamanya. Karena 2 sosok ini ingin sama-sama dimilikinya.
Hasratnya semakin membara untuk berpetualang sejak hatinya porak poranda.
Cinta telah menghancurkan harga diri dan kepercayaannya.
Apakah Caren akan tetap bermain dengan permainan cintanya ?
Atau dia akan menghentikan saat cintanya berlabuh pada sosok yang tepat.
Hasrat akan selamanya ada ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CALON MERTUA
Bahaya ini kalau calon istri udah sama mama ... bisa-bisa aku udah kebagian jatah sayang-sayangan sama Caren benak Aldian sedikit berontak karena melihat mamanya asyik ngobrol dengan Caren.
"Kamu ini, Aldian. Calon mantu mama sendiri dicemburui" sahut Tante Alya sambil tertawa. "Caren ini cantik, pinter, sopan lagi. Mama langsung setuju kalau Aldian bawa Caren ke rumah". Aku hanya bisa tersenyum malu mendengar pujian dari mama Aldian. Aku merasa sangat diterima di keluarga ini. "Ma, Caren kan capek. Biarin Aldi yang nemenin Caren istirahat di kamar," rengek Aldian dengan nada manjanya. "Kamu ini, dari tadi merengek terus. Ya sudah, sana temenin Caren. Tapi ingat, jangan macam-macam ya !" ancam Tante Alya sambil menunjuk Aldian dengan jari telunjuknya. Aldian hanya tersenyum lebar dan segera menggandeng tanganku menuju kamarnya. Kamar Aldian cukup luas dan rapi. Di dindingnya terdapat poster band-band favoritnya. Di meja belajarnya, terdapat buku-buku pelajaran dan beberapa novel. "Maaf ya sayang kamarku berantakan" ucap Aldian sambil menggaruk-garuk kepalanya. "Enggak kok. Kamarmu rapi" jawabku jujur. Aldian menyuruhku duduk di tepi tempat tidurnya. Dia kemudian duduk di sampingku dan menatapku dengan tatapan lembut.
"Sayang, aku seneng banget kamu mau tunangan sama aku" ucap Aldian sambil menggenggam tanganku. "Aku juga bangga sama kamu karena apa yang kamu lakukan selalu totalitas". "Makasih sayang" balasku sambil tersenyum. "Aku juga bahagia kog". "Tapi, aku minta dengan amat sangat ya sayang. Hubungan kita berdua ini bukan hubungan main-main lagi. Kita memutuskan untuk bertunangan pasti tujuannya nanti adalah pernikahan. Kamu janji ya, kamu gak akan deket-deket sama cowok-cowok seperti tadi" pinta Aldian dengan nada cemburu. "Iya, aku janji," jawabku sambil mencium pipinya. "Aku cuma sayang sama kamu" lanjut jawabku. Aldian tersenyum lega dan memelukku erat. Aku merasa nyaman dan aman berada di pelukannya. Aku tahu, Aldian sangat mencintaiku. Dan aku juga sangat mencintainya.
Aku menatap Aldian, dari tatapannya aku tahu ia ingin melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar ciuman. Tapi sekali aku membuka peluang, sudah pasti Aldian tidak akan berhenti. "Sayang ... Jadi sesak yang dibawah. Gak sabar aku pengen unboxing kamu tapi nunggu kita lulus SMA dulu" ujar Aldian terkekeh karena spontan aku pukul lengannya. Kembali ia memeluk dan mencium ku dengan lebih brutal. Pengalaman sebelumnya sudah cukup menjadi pelajaran. Aku tidak ingin kebablasan lagi. "Aldian, please, jangan sekarang" pintaku lembut, berusaha melepaskan pelukannya. "Aku takut beneran ada Tante Alya. Lagian tadi katanya istirahat nunggu papamu pulang. Kita mau ngomongin masalah lamaran" ucapku berusaha menolak. "Tapi kan, istirahatnya bisa sambil cium, Sayang" rayu Aldian, semakin mengeratkan pelukannya.
Gigitan-gigitan kecil dilakukan Aldian dengan sengaja. Memang benar, kalau permintaan Aldian diperbolehkan, bukan hanya cium yang dimintanya. Tapi area lainpun tidak luput dari jamahannya. Hingga aku harus sekuat tenaga menahan hasrat lebih dalam agar tidak membalas perlakuan nya dengan brutal. "Udah akh sayang ... bahaya nanti aku kebablasan" ucap Aldian sambil membenarkan kembali kemejaku seperti sedia kala. Walau tatapan kami berdua sudah sayu. Tapi kami bisa menahan diri agar tidak meneruskan hawa nafsu. Aku berbaring di tempat tidur, sedangkan Aldian berbaring di sofa. Aku tahu, dia sangat mencintaiku. Tapi, aku juga ingin dia menjagaku dengan baik.
Akhirnya suara mobil masuk pekarangan rumah Aldian. Menandakan ayahnya sudah pulang. Aku dan Tante Alya sedang menyiapkan makan malam. Aldian baru selesai mandi dan menyapa ayahnya. "Pa ... itu Aldi bawain calon mantu" ucapnya dengan nada santai sambil menatap wajah papanya. "Oh iya ... kenalin ke papa dong" jawab Om Anggara papanya Aldian. "Eh papa udah pulang. Kirain papa lupa kalau kita mau kenalan sama calon mantu" ujar Tante Alya menyambut kedatangan suaminya dari kantor. "Papa gak lupa dong. Dari pada nanti anak kita unjuk rasa repot jadinya" ucap Om Anggara yang menggoda Aldian.
Kami berempat makan malam bersama sambil membahas rencana kunjungan kedua orangtua Aldian ke rumah orangtuaku. "Caren ... Jadi nanti hari Minggu sekitar jam 10an itu Tante, Om, keluarga om dan Tante akan datang kerumah orangtua Caren. Ayah Bunda sudah datang dari Kalimantan ?" tanya Tante Alya. "Udah Tante. Ayah Bunda itu hari Jumat sudah datang. Dan udah Caren infokan juga mengenai kedatangan Om Tante. Dan beliau dengan senang hati menerima nya" jawabku dan menjelaskan bahwa Ayah Bunda sudah mengetahui maksud dan tujuan kedatangan keluarga Aldian. "Apa Ayah Bunda Caren gak ada rencana menjodohkan Caren dengan laki-laki lain gitu ?" tiba-tiba Om Anggara nyeletuk dengan tujuan menggoda putranya yang udah kebelet pengen nikah muda. "Ih papa apaan sih ... kan keluarganya tahu Caren pacar Aldian. Masa malah dijodohkan sama orang lain sih" jawab Aldian yang cemberut mendengar celetukan papanya. Om Anggara dan Tante Alya tiba-tiba tertawa terbahak-bahak mendengar putranya terlihat kesal. "Ya kali aja mau dijodohkan sama pengusaha tambang di Kalimantan. Kan Caren cantik dan pintar" Om Anggara kembali menggoda putranya. "Ih udah ah kalian berdua ini sama aja. Ntar lama-lama makanan nya dingin trus kita pada lupa makan" ucap Tante Alya menengahi pertikaian yang bakal terjadi di meja makan. Aku hanya tersenyum melihat pertikaian kecil antara kekasihku dan papanya yang usil. Dan akhirnya setelah makan malam, Tante Alya membicarakan secara detail apa yang akan beliau bawa saat datang nanti. "Besok Aldi sama Caren ke toko mas langganan mama yang ada di Mall BP ya. Mama pesankan cincin tunangan tapi untuk model kalian pilih sendiri dan minta yang ready stok aja. Karena ini adalah niatnya untuk tunangan maka semua biaya hantaran dan mahar di tanggung Aldian sendiri" ucap Tante Alya mengagetkan ku. Yang ada dipikiran ku apa Aldian punya uang sebanyak itu kan dia masih belum selesai SMA. Walaupun aku tahu kalau Aldian punya usaha, tapi apa usahanya sudah besar dan mampu membiayai kebutuhan kami berdua. Tapi dengan santainya Aldian cuma berkata "Ok ma gak masalah. Budget lamaran kira-kira berapa ma ? 200 juta cukup ?" tanya Aldian membuat kepalaku semakin cenut-cenut. Ya ampun 200 juta uang dari mana Aldian ... pikiranku muter-muter mikirin uang saku ku yang setiap bulan hanya 1 juta gak cukup untuk mengcover nilai yang 200 juta itu. "Hmm kalau bisa budget lamaran gak usah terlalu banyak. Kan kamu lagi renovasi apartemen mu. Jadi mending budget lamaran cukup 100 juta aja. Nanti mahar nikah yang digedein" ujar Tante Alya semakin membuat aku shock.
***