Gyan Abhiseva Wiguna tengah hidup di fase tenang pasca break up dengan seorang wanita. Hidup yang berwarna berubah monokrom dan monoton.
Tak ada angin dan hujan, tiba-tiba dia dititipi seorang gadis cantik yang tak lain adalah partner bertengkarnya semasa kecil hingga remaja, Rachella Bumintara Ranendra. Gadis tantrum si ratu drama. Dia tak bisa menolak karena perintah dari singa pusat.
Akankah kehidupan tenangnya akan terganggu? Ataukah kehadiran Achel mampu merubah hidup yang monokrom kembali menjadi lebih berwarna? Atau masih tetap sama karena sang mantanlah pemilik warna hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Menjauhi Najis Besar
Achel seperti manusia yang sawan. Dia masih terdiam akan apa yang dilakukan oleh Gyan kepadanya. Tak ada sepatah katapun, hanya usapan lembut di pipi yang Gyan berikan.
"Kita makan di luar." Perintah yang tak akan pernah bisa dibantah.
Gyan menyandarkan tubuhnya di punggung sofa. Rutukan atas apa yang telah dia lakukan terlontar. Kenapa bisa dia melakukan hal itu? Bukankah keluarga besarnya memiliki prinsip 'merusak artinya membeli'.
"Udah terlanjur nyebur," gumamnya.
Namun, kalimat Erzan kembali hadir. Lelaki itupun menggelengkan kepala pelan. Lalu, membuang napasnya dengan kasar.
"Saudara," ucapnya begitu kecil diiringi senyum tipis.
Gyan mulai mencari ilmu baru yang tak dia ketahui melalui mesin serba tahu. Dia penasaran dengan hubungan persaudaraan dirinya dengan Achel. Apa masih termasuk mahram apa bukan.
Di lain tempat, Achel tengah menggigit bibir bawahnya. Menempelnya bibir Gyan masih terasa manis bercampur strongnya alkohol masih belum hilang hingga membuat senyum mengembang dengan penuh kebahagiaan.
Seketika senyumnya menghilang tatkala teringat akan Kelvin. Lelaki yang selama dua tahun menjalani hubungan dengannya, tapi selalu ditolak jika meminta sebuah ciuman. Bahkan Achel marah besar ketika Kelvin memaksa. Beda halnya kepada Gyan. Dirinya Seperti menyerahkan bibirnya dengan sukarela. Padahal, mereka berdua tak ada hubungan apa-apa.
"Rasa ini bukan hanya sekedar sayang, tapi sudah masuk ke tahap cinta."
Putri tunggal dari Reyn dan Regara itupun berdandan secantik mungkin di pagi ini.Achel sudah izin untuk tak masuk kuliah. Gadis itu terus melenggok di depan cermin, menilai penampilannya. Dia ingin terlihat sempurna.
Wajah yang berseri karena dipenuhi kebahagiaan mulai terpancar. Namun, dahi Achel mendadak mengkerut ketika lelaki yang tadi mengajaknya malah masih fokus pada layar ponsel. Dia mulai mendekat ke tempat di mana lelaki itu berada.
Aroma parfum yang sangat familiar membuat lelaki itu menoleh. Untuk beberapa detik dia terpana akan penampilan Achel yang begitu cantik. Bohong jika Achel tidak salting ditatap seperti itu oleh Gyan.
"Katanya mau ke--"
"Gua mandi dulu."
Lelaki itupun segera menuju kamar mandi dan membuat Achel. melengkungkan senyum. Bibir bawahnya mulai digigit kalo. Kelakukan Gyan tadi masih meninggalkan bekas yang tak terlupakan.
"My first kiss."
Sebuah kalimat yang begitu pelan, tapi mampu didengar oleh lelaki yang ada di belakang. Gyan keluar dari kamar mandi untuk mengambil baju yang ada di tas ransel.
Suara langkah dari arah belakang cukup mengejutkan Achel karena Gyan sudah menuju ke arahnya.
"Enggak mandi?"
"Ambil baju."
Achel mengangguk pelan sembari matanya terus memperhatikan gerakan lelaki tersebut. Setelah kiss dadakan, Achel semakin tak bisa melepaskan pandangannya dari lelaki yang amat tampan.
Matanya masih mengikuti langkah Gyan hingga tubuh tinggi itu menghilang di balik pintu kamar mandi. Kembali senyumnya mengembang. Sungguh Achel seperti orang yang sedang kasmaran.
Gyan menatap dirinya di cermin. Senyum yang jarang terlihat kini dapat dilihat dari pantulan cermin. Tanpa disadari jarinya mulai menyentuh bibir sehatnya.
"Ternyata gua orang pertama yang unboxing bibirnya," gumamnya. Senyum semakin lebar dan hatinya begitu senang. Lalu, sebuah tanya mulai hadir di kepala.
"Bukannya dia pacaran sama mantannya selama dua tahun?" Monolognya dengan suara pelan.
"Terus, ngapain aja pas pacaran? Makan cimol bareng doang?" Kembali dia berucap dengan suara yang sama.
"PAYAH!!"
.
Mereka berdua sudah tiba di mall. Gyan menarik tangan Achel yang berjalan di belakangnya.
"Jangan jauh-jauh, entar ilang."
Achel menatap ke arah tangannya yang sudah Gyan genggam. Lelaki itu nampak acuh, tapi tangannya begitu erat menggenggam tangan Achel. Lengkungan senyum pun terukir di wajah cantiknya
"Mau makan di mana?"
"Terserah Kak Gy aja."
Lelaki itu mengajak Achel masuk ke sebuah restoran yang cukup terkenal. Sudah pasti harganya pun bukan untuk kaum mendang-mending.
"Achel ke toilet dulu, ya."
Gyan yang tengah fokus pada buku menu hanya mengangguk tanpa menoleh sedikit pun.
Baru saja keluar dari toilet, dia terkejut ketika disapa oleh perempuan yang dia kenal.
"Pacarnya Kelvin kan?"
Achel hanya tersenyum canggung. Dia menyapa sopan perempuan cantik itu yang tak lain adalah kakak dari mantannya.
"Ralat, Kak Lyn. Udah mantan," balas Achel dengan sangat sopan. Perempuan itupun tertawa.
Gelagat Achel yang nampak tak nyaman membuat perempuan itu berkata, "Tenang, Kak Lyn di sini sendiri." Achel kembali tersenyum dengan begitu canggung.
Untung saja ponselnya bergetar. Di mana Gyan menghubunginya.
"Um."
...
Kakak perempuan Kelvin melihat dengan jelas raut wajah Achel yang berbeda ketika menjawab panggilan tersebut. Dia meyakini sesuatu.
"Kak Lyn, aku duluan, ya."
"Ditunggu pacar, ya?" godanya, dan itu membuat Achel menggerakkan kedua tangannya sambil berkata bukan. Perempuan itupun malah tertawa karena gerakan tangan dan mimik wajah tidak sinkron.
Sedangkan di meja yang sudah tersedia berbagai makanan ada lelaki yang sudah memasang wajah bete. Tatapan tajam pun Gyan berikan kepada gadis yang sudah cukup lama meninggalkannya ke toilet.
"Tidur lu di toilet?" Kembali mulut pedasnya mengeluarkan bisa.
"Basa-basi dulu sama kakaknya Kelvin."
Sengaja Achel berkata seperti itu dengan santai. Dia ingin melihat reaksi lelaki di hadapannya. Wajah yang sudah tak bersahabat semakin menyeramkan. Rahangnya pun nampak mengeras. Bukannya takut, dia malah senang.
"Wajahmu itu menandakan cemburu atau marah sih?"
Lelaki yang kepekaannya setipis tisu itu mulai memberikan signal baik. Achel berlagak acuh dan mulai menyantap makanan yang sudah terhidang. Suara sendok yang diletakkan di atas piring dengan cukup kencang membuat pandangan Achel menegak. Lelaki itupun meninggalkan Achel tanpa kata.
Di toilet pria, Gyan menatap dirinya dipantulan cermin. Memejamkan matanya untuk sejenak.
"Kenapa ketika denger nama lelaki cemen itu darah gua mendadak mendidih?" gumamnya dengan raut masih dipenuhi kemarahan.
"Gua gak suka bocah bangor itu nyebut nama mantannya?"
Setelah sedikit tenang, Gyan keluar dari kamar mandi. Langkahnya terhenti ketika melihat Achel duduk dengan seorang perempuan di mejanya. Gyan segera mendekat karena perasaannya tetiba tak enak.
Sebuah deheman membuat Achel juga orang yang ada di samping gadis itu menoleh. Sontak mata Gyan melebar begitu juga dengan perempuan yang bersama Achel. Matanya mendadak nanar.
Lelaki yang sangat berwajah datar mulai mendekat ke arah kursi yang dua perempuan itu tempati. Kepercayaan diri sudah hadir di hati perempuan yang bersama Achel. Namun, ternyata Gyan menarik tangan Achel.
"K-kak--"
"Najis mugholadzoh harus dihindari."
Perempuan yang bersama Achel itupun langsung berdiri. Dia terlihat sangat tak suka hati dihina oleh Gyan. Tamparan yang cukup keras mendarat di pipi putih Gyan. Achel pun terkejut bukan main.
"JAGA MULUT KAMU, GYAN!"
...*** BERSAMBUNG ***...
Coba atuh tinggalin komentarnya ...
adek kakak itu mantan ternajis
mengaa kau usik Aq, saat hati W tdk baaik2 saja
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍