Alea Permata Samudra, atau yang akrab di sapa Lea. Gadis cantik dengan kenangan masa lalu yang pahit, terhempas ke dunia yang kejam setelah diusir dari keluarga angkatnya. Bayang-bayang masa lalu kehilangan orang tua dan mendapatkan perlakuan buruk dari keluarga angkatnya.
Dalam keterpurukannya, ia bertemu Keenan Aditya Alendra, seorang mafia kejam, dingin dan anti wanita. Keenan, dengan pesonanya yang memikat namun berbahaya, menawarkan perlindungan.
Namun, Lea terpecah antara bertahan hidup dan rasa takut akan kegelapan yang membayangi Keenan. Bisakah ia mempercayai intuisinya, atau akankah ia terjerat dalam permainan berbahaya yang dirancang oleh sang mafia?
Bagaimana kehidupan Lea selanjutnya setelah bertemu dengan Kenan?
Langsung baca aja kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 firasat buruk
"Kau benar, gue suka sama Lea." Kalimat itu mendarat di telinga Lea seperti sebongkah es.
Udara di antara mereka tiba-tiba terasa dingin, menusuk sampai tulang. Mia menatap Reno tak percaya, lalu tertawa sinis, tawanya seperti pisau yang mengiris-iris hati Lea.
"Jadi, kamu milih dia? Anak pungut ini?!" Ucap Mia bergetar, penuh amarah. Sembari menunjuk ke arah Lea.
"Dia nggak layak buat kamu, Reno! Dia cuma cari keuntungan!"
Lea yang awalnya menunduk langsung mengangkat wajah, matanya berkaca-kaca, tapi tatapannya tegas.
"Aku nggak cari Keuntungan Kak!" bantah lea, suaranya bergetar, tapi tetap lantang.
"Aku bahkan tidak pernah mengobrol sama Reno! Aku cuma kenal Reno karena dia sering ke sini! Tidak lebih." Jelas Lea lugas, ia mencoba menepis tuduhan yang dilayangkan padanya.
Reno terpaku di tempat. Dia tidak nyangka Lea bakal membantah sekeras ini.Tatapannya sulit diartikan, campuran kebingungan dan sedikit kekecewaan dengan ucapan Lea.
"Bohong! Jangan pura-pura polos deh!" Balas Mia sambil tersenyum mengejek.
"Aku nggak bohong!" Lea menegaskan lagi, suaranya bergetar karena emosi dan kecewa.
"Aku nggak tahu apa-apa tentang perasaan Reno. Dan aku juga nggak pernah nyari kesempatan buat deketin dia! Aku cuma .... " Lea menunduk, air matanya mengalir deras di pipi pucatnya. Ia merasa sangat terpojok, dengan situasi ini.
Reno maju selangkah, untuk mendekati Lea, tapi Lea langsung mundur.
"Jangan mendekat!" Lanjut Lea tegas.
Reno menoleh ke Mia yang masih berdiri tegak menatap kearah Lea, dengan penuh kebencian.
"Alah jangan drama ...."
"Mia, cukup!" Reno memotong cepat, suaranya keras, menunjukkan ketidaksukaannya pada perilaku Mia. Ia menatap Lea, tatapannya penuh kebingungan dan sedikit kecewa.
"Gue ... gue yang salah." Ucap Reno akhirnya ia merasa jadi serba salah sekarang.
Di satu sisi ia hanya ingin menolong Lea, walaupun ia memang menyimpan rasa lebih terhadap Lea. Tapi ia juga bukan pria brengsek yang suka mempermainkan perasaan wanita. Ia tahu Mia sedang cemburu, tapi ia tidak suka dengan sifat Mia, ia hanya terpancing emosi terhadap Mia.
Lea cuma menatap Reno dingin, rasa sakit dan kecewa terpancar dari matanya. Ia tidak menginginkan perhatian Reno, apalagi perasaannya. Ia hanya ingin hidup tenang.
Karena merasa frustasi akhirnya Reno berbalik dan pergi, begitu saja meninggalkan Lea dan Mia.
Setelah Reno menghilang di balik pintu. Mia langsung berlari menaiki tangga menuju kamarnya dengan wajah penuh amarah dan kebencian.
Begitu sampai kamar ia membanting pintu depan keras.
"Ini belum selesai, malam ini juga gue akan usir anak pungut itu!" Gumam Mia dengan penuh amarah.
Setelah semua orang pergi. Lea dengan perasaan masih campur aduk melangkah menuju kamarnya. Dia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Kenapa jadi seperti ini? Ya Allah apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku yakin Mia pasti tak tinggal diam dengan apa yang barusan terjadi." Gumam Lea pada diri sendiri.
Lea tidak bisa tenang perasaannya tidak enak, tapi ia juga tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Yang pasti suatu hal yang buruk akan menghampirinya.
Setelah bergelut dengan pikirannya yang tak kunjung usai, ditambah Karena kelelahan dan kondisi tubuh yang masih kurang fit, Lea akhirnya memilih untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya, mumpung ada kesempatan.
Sedangkan Mia telah menyusun rencana liciknya dengan begitu sempurna.
"Gue yakin, kali ini anak pungut itu langsung di usir papa dari rumah ini!" Gumam Mia sambil tersenyum licik. Lalu ia kembali fokus memainkan ponselnya mescrol akun media sosialnya.
Tok ... Tok ... Tok ....
"Ini mama Mia, buka pintunya." Ucap Mira di balik pintu. Dengan enggan Mia melempar pelan ponselnya lalu membuka pintunya.
Mira langsung masuk. Di ikuti Mia di belakangnya.
"Mia mama dengar dari bibi, tadi Reno kesini dan kalian bertengkar ya?" Tanya Mira tak sabar.
"Ya ma, ini semua gara-gara anak pungut itu, mama tahu? Reno bahkan membentak aku hanya demi membela anak sialan itu!" Jelas Mia dengan amarah yang meluap-luap.
"Terus ...." Lanjut Mira masih penasaran.
"Terus apa?" Tanya Mia bingung dengan ucapan mamanya itu.
"Terus kamu, diam aja gitu setelah apa yang terjadi." Jelas Mira lebih lanjut.
"Ya enggak lah, enak saja." Ungkap Mia tersenyum licik.
"Mia sudah mengatur semuanya, Mia yakin malam ini anak pungut itu akan pergi dari rumah ini untuk selamanya." Jelas Mia.
"Bagus, apa rencananya, kasih tahu mama dong?" Pinta Mira penasaran.
Lalu Mia menceritakan semua rencananya pada sang mama dengan jelas.
Mira tersenyum puas. Ia sama bencinya pada Lea. Ia sudah lama menginginkan Lea pergi dari rumah ini, tetapi suaminya selalu menghalangi.
“Dengan ide berlian ini, Rizal pasti akan berubah pikiran, terhadap Lea ” bisik Mira yakin.
.....
Sementara itu, Ken sedang menuju markas The Silent. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, pikirannya melayang pada masalah yang harus ia selesaikan.
Beberapa menit kemudian, ia sampai di depan markas tersembunyi.
Begitu masuk Ken langsung di sapa oleh anggotanya, dengan nama lain yaitu King.
"Malam, King." Sapa para anggotanya sambil menunduk sedikit sebagai tanda hormat.
"Malam." Jawab Ken singkat.
“Apa semua siap?” tanya Ken, suaranya tenang, namun sorot matanya tajam.
“Siap, King,” jawab mereka serentak.
Bayu, dengan serius, menjawab, “Jalur alternatif aman, King, tapi... Kita harus ekstra hati-hati.”
“Aku punya firasat buruk. Mereka mungkin sudah tahu,” tambah Satria, kecemasannya terlihat jelas.
Ken mengangguk. “Kita jalan cepat dan rapi."
"Bayu, pantau terus situasi, kalian semua harus tetap waspada!” tegas Ken pada anggotanya.
"Kita berangkat sekarang." Perintah Ken.
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi di jalanan yang mulai sepi. Cuma ada lampu jalan yang menerangi.
"Ken, ada mobil mencurigakan," ujar Satria, matanya fokus ke spion. "Dua sedan hitam, ngikutin kita terus. Kayaknya bukan orang biasa."
Ken cuma "Hm," sambil tetap fokus membalas pesan maminya.
"Itu pasti ulah Naga Hitam, alihkan kejalan sepi." Titah Ken."
Satria langsung belok, masuk gang sempit, gelap, dan berkelok-kelok. Mobil hitam itu masih mengikuti. Kecepatan mobil mereka meningkat drastis.
"Mereka udah deket King," lapor Bara lewat handy talky, suaranya tenang.
"Sepertinya mereka banyak." Tambah Bayu. Suara mesin mobil-mobil itu makin dekat dan terdengar agresif.
Tiba-tiba, dua sedan hitam itu melaju kencang langsung memblokir jalan. Satria dengan instingnya yang kuat langsung menginjak pedal rem dengan kuat. Suara decitan ban terdengar ngilu di jalan yang sepi itu.
Pintu mobil-mobil itu langsung terbuka, muncul beberapa anggota Naga Hitam, berbadan tegap, bawa senjata tajam dan pentungan. Salah satunya teriak, "Ken! Hari ini kau akan membayar semuanya!"
Ken cuma ngelirik sekilas, wajahnya tetap datar. "Sat, Beresin ini cepet," ucap ken, dingin dan tegas. Tanpa membuang waktu Ken dan Satria langsung keluar dari mobil.
Ken langsung menghajar anggota Naga Hitam pertama dengan tendangan keras ke rahang, menjatuhkannya seketika.
BUGH!
Tanpa ampun, Ken menginjak leher lawannya hingga tak berdaya. Gerakannya cepat dan brutal, tanpa sedikitpun ragu.
CRUNCH! Suara tulang leher yang patah terdengar samar.
Dua anggota Naga Hitam lainnya mencoba menyerangnya bersamaan, tapi Ken dengan cekatan menghindari serangan mereka dan membalas dengan pukulan dan tendangan yang akurat dan mematikan.
Gerakannya begitu cepat dan terlatih, layaknya seorang predator yang memburu mangsanya. Satu demi satu anggota Naga Hitam roboh, Ken tak memberikan kesempatan mereka untuk melawan balik.
Sementara itu, Satria bergerak cepat dan efisien. Ia menggunakan pistolnya bukan sebagai senjata api, melainkan sebagai alat pemukul yang mematikan.
BUGH!
BAGH!
BUGH!
Kepalanya dan tulang rusuk para anggota Naga Hitam menjadi sasaran pukulannya yang akurat dan keras.
Bayu dan Bara juga tak mau kalah mereka bergerak dengan lincah mencoba menghalau setiap serangan dari anggota Naga Hitam.
Salah satu anggota Naga Hitam mencoba menyerang Satria dari samping, namun Satria dengan sigap menghindar dan membalas dengan tendangan keras ke perut hingga terjatuh. Satria kemudian menghantam kepala musuh itu dengan bokong pistolnya hingga pingsan.
Salah satu anggota Naga Hitam yang lebih besar dan kuat mencoba menyerbu Ken dari belakang. Dengan refleks yang luar biasa, Ken berbalik cepat, menangkap lengan anggota Naga Hitam itu dan membantingnya ke tanah dengan kekuatan dahsyat. Ken langsung mencengkeram leher anggota Naga Hitam itu dan mencekiknya hingga tewas.
"Kalian terlalu lemah," bisik Ken, suaranya dingin menusuk, diiringi tetesan darah yang berceceran di tanah.
Di tengah kekacauan, Satria menembakkan pistolnya ke udara sebagai peringatan.
DOR!
Suara tembakan menggema di gang sempit itu.
Dalam hitungan menit, semua anggota Naga Hitam telah tumbang. Ken, Satria, Bayu dan Bara memeriksa sebentar, memastikan nggak ada yang masih mengancam.
Ken menoleh ke Satria, "Suruh anggota kita untuk bersihkan ini."
Mereka kembali ke mobil, menuju dermaga untuk melanjutkan tujuannya.
.....
Di sisi Lea. Lea terbangun dari tidurnya yang gelisah. Lea merasa jantungnya berdebar kencang. Filingnya mengatakan sesuatu yang buruk akan terjadi.
Bersambung….
contoh: "pergilah yang jauh," terang pamanku.
dan yang pakai tanda titik itu seperti ini: "aku akan menguasai dunia." Rea menghantam dewa itu dengan yakin.
contoh: aku makan nasi putih setelah/saat/sebelum salto-salto kayak monyet 🐒