Mafia adalah dunia nya, separuh hidupnya ia habiskan dalam kegelapan dan separuh lainnya dalam bayang-bayang kematian yang selalu mengintai nya. Hingga seorang wanita cantik yang membawa cahaya muncul dan mengubah arah hidup nya, membuatnya mempertanyakan hal-hal apa yang berharga dalam hidupnya.
Mampukah dia mengubah dirinya sendiri, ataukah bayang-bayang masa lalunya akan terus menghantuinya dan membuat wanita cantik itu memilih untuk menjauh darinya?
~ Klan Keluarga Morrigan S2~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 23
Dengan langkah kaki yang tegap, kakek Hercu berjalan masuk kedalam perusahaan LandScape. Meskipun, usia nya tak lagi muda, ia masih terlihat gagah dan berwibawa dengan mengenakan setelan jas mahal nya serta mantel besar yang tersampir dipundaknya. Tangannya yang terlihat keriput itu menggenggam sebuah tongkat hitam yang terlihat sangat mewah. Dan dibelakangnya dengan setia Luan selalu mengikuti kemana pun tuannya itu pergi.
Saat kakek Hercu memasuki lobi, suasana disekitarnya berubah hening dan semua pandangan matanya langsung teralih menatap dirinya. Para karyawan langsung menyapa dan menunduk memberi hormat pada nya.
"Tuan Hercu.. " sapa para karyawan yang berpapasan dengan nya
Kakek Hercu membalas sapaan itu dengan deheman, pandangan mata nya yang tajam menatap sekitar. Semenjak jabatan CEO ia alihkan pada Harvey, kakek Hercu sudah tidak pernah lagi menginjakkan kakinya ke perusahaan. Tapi, meskipun begitu kakek Hercu masih terus memantau perusahaan tersebut.
"Apa Harvey ada diruangan ?". Ujarnya bertanya pada salah satu karyawan tersebut yang menjabat sebagai manager.
Manager itu menganggukkan kepalanya, "iya tuan. Tapi saat ini beliau sedang ada meeting dengan para investor".
Mendengar itu, Kakek Hercu hanya berdehem lalu kembali melanjutkan langkah kakinya menuju lift yang berada tak jauh dari meja front office. Luan yang berdiri dibelakang kakek Hercu dengan sigap langsung maju selangkah dan segera menekan tombol disamping pintu lift.
Tak lama kemudian pintu lift terbuka, kakek Hercu segera masuk kedalam dan Luan bergegas menyusulnya. Ia lalu kembali menekan tombol angka tempat dimana ruang CEO berada. Pintu lift tertutup dan kemudian benda besi persegi panjang itu mulai bergerak naik menuju ruang kerja Harvey.
Ting!
Lift tiba dilantai 50 dan pintu nya mulai terbuka, kakek Hercu melangkahkan kaki nya keluar dan menuju ruang CEO. Namun, saat ia tiba didepan ruangan tersebut, kakek Hercu melihat sekretaris Harvey yang sedang duduk didepan meja dengan ekspresi sopan menyambut kedatangan nya.
"Tuan Hercu.. Maaf tuan Harvey sedang ada pertemuan dengan para investor. Apakah taun ingin menunggu ?", tanya sekretaris itu
"Aku akan menunggu nya didalam". Kata Kakek Hercu terdengar tenang
Mendengar itu, sekretaris Harvey itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya paham. "Baik tuan Hercu, silahkan masuk". Ucap nya dengan sopan
Luan segera membukakan pintu ruang kerja Harvey lalu kakek Hercu segera masuk kedalam. Sekretaris Harvey yang melihat itu segera kembali duduk dan bekerja.
.
Tak berselang lama, Harvey datang dan hendak masuk kedalam ruang kerja nya. Namun, baru saja ia hendak meraih handle pintu sekretaris nya itu berdiri dan berkata padanya jika didalam ada kakek Hercu yang dan sedang menunggu nya.
"Tuan Harvey, tuan besar Hercu menunggu anda didalam". Kata sekretaris itu
Harvey yang mendengar nama kakek Hercu seketika menoleh menatap sekretaris nya itu dengan kening yang mengernyit.
"Tidak biasanya papa kemari, apa dia akan membahas hal itu lagi.. " batin Harvey bertanya-tanya
"Rilo.. " panggil Harvey pada asisten pribadinya itu yang berdiri tak jauh dibelakang nya
"Ya tuan?", sahut Rilo
"Kau sudah siapkan surat perjanjiannya ?", tanya Harvey
Rilo mengangguk, "sudah tuan. Saya simpan dimeja kerja saya".
"Bagus, sekarang ambil dan antarkan surat itu keruangan saya". Perintah nya
"Baik tuan". Rilo berbalik badan dan segera melangkahkan kakinya menuju ruang kerja nyang terletak tak jauh dari ruang CEO. Sedangkan, Harvey ia bergegas masuk kedalam ruang kerjanya sendiri.
Saat masuk kedalam, Harvey melihat kakek Hercu tengah berdiri didepan kaca besar dengan posisi membelakangi pintu. Disela-sela jari tangan kanannya terselip cerutu, sedangkan tangan kirinya menggenggam tongkat hitam kesayangannya. Dan, Luan berdiri disamping kursi sofa. Lelaki itu menundukkan kepalanya saat melihat kedatangan Harvey.
"Tuan Harvey.. " sapa Luan
Harvey membalas sapaan itu dengan deheman, kemudian ia berjalan mendekati kakek Hercu yang seolah tau kedatangannya namun sama sekali tak menoleh ataupun memutar tubuhnya.
"Papa.. " panggil Harvey
Kakek Hercu tetap diam seraya mengangkat tangannya menghisap cerutu itu lalu menghembuskan asap nya kesembarang arah.
"Apa kau sudah memutuskannya Harvey?", kalimat itu yang terlontar pertama kali dari bibir kakek Hercu, kemudian ia berbalik badan menatap putra keduanya itu dengan tatapan datarnya.
"Papa, aku-"
"Ini sudah satu minggu setelah pembicaraan kita lalu. Aku tidak ingin lagi mendengar alasan apapun, papa hanya ingin mendengar keputusan itu sekarang". Kakek Hercu berucap dengan nada tegas dan penuh penekanan.
Harvey yang mendengar itu, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan dan ia melihat kearah kakek Hercu yang berjalan kearah sofa single lalu duduk disana sambil mematikan puntung cerutunya diatas asbak. Kakek Hercu menyandarkan punggungnya disandaran sofa lalu memandang kearah Harvey agar putranya itu juga duduk disana.
Harvey yang paham akan kode tatapan mata itu segera mendekat lalu duduk disofa yang bersebrangan dengan sang papa.
"Katakan, apa keputusan mu ". Ujar kakek Hercu lagi
Harvey kembali menghela nafas panjang, menatap kakek Hercu dengan tatapan penuh keyakinan.
"Aku bersedia bangkitkan lagi klan mafia Blood Stone, tapi aku ada syarat yang harus papa penuhi.. " Kata Harvey
"Syarat? katakan".
Harvey tak langsung menyahutnya, ia terdiam sembari menunggu Rilo masuk kedalam ruang kerja nya dan membawa surat yang ia minta. Dan, tak berselang lama orang yang ditunggu pun datang. Rilo mengetuk pintu ruang kerja Harvey.
Tok..
Tok..
Tok..
"Masuk!". Seru Harvey mempersilahkan Rilo untuk masuk
Ceklek!
"Tuan.. " sapa Rilo
"Mana surat itu Ril?", ujar Harvey seraya menengadahkan tangannya pada Rilo, dan asistennya itu langsung mengulurkan tangannya memberikan surat itu pada tuannya.
"Ini tuan.. "
Harvey menerima surat itu lalu meletakkannya diatas meja. "Papa harus tanda tangani surat perjanjian itu dan aku akan bangkitkan kembali klan mafia Blood Stone".
Kakek Hercu tak langsung mengambil surat itu, ia hanya melihat nya sekilas. Kemudian, beralih kembali menatap Harvey dengan tatapan dingin.
"Katakan saja, apa keinginan mu. Tidak perlu membuat surat perjanjian seperti ini.. " Kata kakek Hercu dengan tegas
Harvey menarik nafas dalam-dalam, kemudian ia berucap. " Aku akan balaskan dendam papa pada Anthony, tapi aku lebih dulu akan menyelidiki lagi penyebab kematian Ben dan Maria. Dan lagi, aku tidak akan membawa Jelita kembali kesini. Biarkan cucu papa memilih jalan kehidupannya sendiri.. "
Kakek Hercu yang mendengar itu membulatkan matanya dan menatap Harvey dengan tajam.
"HARVEY!!!"
.
.
.
Haii, jangan lupa tinggalkan jejak like, vote dan komen. Jangan lupa subscribe agar gak ketinggalan update.an nya, makasih 🙏🏻🥰
ini pasti ada kaitanya dgn jerry
dobel up
bagaimana nantinya tentang Rainer semua dia tau
keluarga adalah kelemahanya
Kan harus di jadikan saksi
yg dgn sengaja membuat rem blong tersebut