Menikah dengan orang yang aku cintai, hidup bahagia bersama, sampai akhirnya kami dikaruniai seorang putra tampan. Nyatanya setelah itu justru badai perceraian yang tiba-tiba datang menghantam. Bagaikan sambaran petir di siang hari.
Kehidupanku seketika berubah 180 derajat. Tapi aku harus tetap kuat demi putra kecilku dan juga ibu serta adikku.
Akankah cinta itu kembali datang? Sementara hatiku rasanya sudah mati rasa dan tidak percaya lagi pada yang namanya cinta. Benarkah cinta sejati itu masih ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iin Nuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Teman Tidur
Saat ini Awan dan Shofi sudah duduk bersanding di atas pelaminan. Tidak terlalu mewah memang, karena seperti rencana awal ini hanya sebuah pesta resepsi sederhana yang diadakan di halaman samping rumah Surya saja. Hanya untuk sekedar mengumumkan pernikahan Awan dengan Shofi agar diketahui oleh khalayak umum.
Para tamu undangan yang memang hanya terdiri dari kerabat, tetangga, dan beberapa kenalan nampak sudah memenuhi kursi tamu yang sudah disediakan.
Acara demi acara berjalan dengan lancar. Sampai tiba-tiba datang serombongan tamu undangan yang ternyata adalah rekan-rekan kerja satu divisi Shofi di SR Group yang dipimpin oleh Azril, sang manager keuangan, atasan langsung Shofi di perusahaan SR Group sekaligus sahabat baik Surya.
"Masya Allah," lirih Shofi terkejut seraya menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.
Shofi tidak menyangka akan kehadiran rekan-rekan kerjanya tersebut. Tentu Shofi dibuat terkejut, karena sebenarnya Shofi memang tidak memberitahukan tentang pernikahannya ini kepada rekan-rekannya tersebut.
Shofi tidak ingin merepotkan rekan-rekannya. Apalagi ini adalah pernikahan kedua Shofi. Pesta resepsinya juga diadakan di rumah Awan. Jadi Shofi tentu saja tidak ingin merepotkan pihak keluarga Awan juga.
"Jangan kaget. Papa yang mengundang mereka semua. Mereka semua teman-teman kamu. Jadi biar mereka juga bisa ikut merasakan kebahagiaan kita ini. Apalagi Om Azril kan memang sahabat baiknya Papa. Bisa ngamuk dia kalau nggak diundang sama Papa," kata Awan menjawab semua keterkejutan Shofi.
Shofi menoleh ke arah Awan dengan tersenyum dan kedua mata yang sudah berkaca-kaca karena terharu.
"Terima kasih banyak, Mas," ucap Shofi merasa sangat terharu.
Awan ikut tersenyum, kemudian menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban.
"Anything for you. Asal kamu bahagia," balas Awan seraya menggenggam lembut tangan Shofi.
Sepasang pengantin baru tersebut pun saling melempar senyum. Shofi kemudian menoleh ke arah Surya, papa mertuanya, yang kebetulan juga sedang melihat ke arah dirinya.
"Terima kasih banyak, Pa," lirih Shofi masih dengan senyumannya.
Surya pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Awan dan Shofi kemudian berdiri, menyambut kedatangan Azril dan rekan-rekan Shofi yang lainnya yang saat ini sudah menghampiri pelaminan.
"Selamat-selamat. Akhirnya keponakan Om ini nikah juga," ucap Azril seraya memeluk Awan.
"Makasih, Om," balas Awan.
"Om beneran nggak nyangka loh ini, ternyata diam-diam kamu menggaet salah satu anak buah Om di kantor. Tau gitu dari awal Om bantuin kamu buat pedekate, Wan," lanjut Azril.
"Hehe, sebelum sama bundanya, Awan udah kepincut sama anaknya duluan, Om. Jadi Awan udah langsung dapat bantuan dari pihak dalam ini," balas Awan dengan berkelakar yang sukses membuat semuanya jadi tertawa.
Azril dan anak buahnya yang lain pun kemudian satu per satu mengucapkan selamat kepada Awan dan Shofi.
"Mbak Shofi, ada titipan kado dari Sonia. Dia minta maaf karena nggak bisa hadir secara langsung. Maklum, kandungannya kan udah mendekati HPL, jadi dia nggak boleh pergi-pergi gitu," kata Hana setelah mengucapkan selamat kepada Shofi.
"Iya, Hana, nggak pa-pa kok. Makasih, ya. Nanti biar Mbak telepon Bu Sonia untuk mengucapkan terima kasih juga," balas Shofi.
( Sekedar informasi, Shofi memang menggantikan posisi Sonia di divisi keuangan SR Group. Dan mereka juga sudah beberapa kali bertemu pada saat acara kumpul bareng tim divisi keuangan. Itu kenapa Shofi juga kenal dengan Sonia, istri dari CEO SR Group 😁 )
☘️☘️☘️
Malam harinya.
Awan dan Shofi baru saja selesai melaksanakan ibadah sholat isya' berjamaah. Shofi mencium punggung tangan kanan Awan. Awan pun kemudian juga mencium kening Shofi.
Shofi nampak sedikit salah tingkah. Awan tersenyum kecil kemudian mengusap lembut kepala Shofi yang masih terbungkus dengan mukena itu.
"Dibiasakan aja, ya. Mas suami kamu sekarang," kata Awan.
"I-iya, Mas," jawab Shofi tergagap.
Shofi kemudian membereskan peralatan sholat yang tadi mereka berdua pakai. Sementara Awan sudah menunggunya dengan duduk di tepi tempat tidur.
"Duduk sini," pinta Awan setelah Shofi selesai membereskan peralatan sholat mereka.
Menganggukkan kepalanya pelan, Shofi pun kemudian berjalan menghampiri Awan dan mendudukkan dirinya di sebelah sang suami.
Ah, hati Shofi rasanya bergetar menyebut kata suami itu di dalam hatinya. Setelah empat tahun lebih, akhirnya hari ini Shofi kembali menyandang gelar sebagai seorang istri.
Awan menyadari kegugupan Shofi yang sedang duduk dengan meremas kedua jemari tangannya di sampingnya tersebut. Hal itu membuat Awan tersenyum kecil.
"Kenapa? Kamu gugup, ya?" tanya Awan.
Shofi semakin menundukkan kepalanya.
"Maaf, Mas," lirih Shofi.
"Kenapa harus minta maaf? Itu hal yang sangat wajar kok," balas Awan dengan tertawa kecil.
Awan menyentuh tangan Shofi yang sedang bertaut di atas pangkuannya. Dapat Awan rasakan tangan Shofi yang dingin dan sedikit gemetar. Lagi-lagi Awan tersenyum kecil.
"Jangan khawatir. Mas nggak akan maksa kamu malam ini," kata Awan yang sukses membuat tubuh Shofi menegang.
Shofi menyadari sepenuhnya dengan kewajibannya sebagai seorang istri. Tapi memang jujur saja, Shofi akui kalau Shofi sedikit belum siap untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri tersebut.
Dan ternyata Awan menyadari hal tersebut. Awan bisa memahami kalau Shofi mungkin masih butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan dirinya dan pernikahan mereka yang terjadi dalam waktu singkat ini. Shofi memiliki masa lalu yang buruk tentang pernikahan. Itu kenapa Awan mencoba untuk memahami dan tidak ingin memaksa Shofi.
"Mas akan menunggu sampai kamu benar-benar siap. Seperti yang Mas bilang sebelumnya, meneruskan garis keturunan adalah tujuan terakhir Mas menikah dengan kamu. Jadi bukan hal itu yang menjadi prioritas utama Mas," kata Awan lagi, mencoba menenangkan kegundahan Shofi.
Shofi mengangkat wajahnya kemudian menoleh ke arah Awan. Awan dapat melihat air mata yang sudah mengalir membasahi wajah Shofi.
"Maafkan aku, Mas," lirih Shofi.
Awan tersenyum kemudian menghapus air mata Shofi menggunakan jari tangannya.
"Kamu nggak perlu minta maaf, Shofi. Mas tau kamu butuh waktu. Dan Mas bersedia memberikan waktu bagi kamu untuk bisa membiasakan diri dengan pernikahan kita ini," balas Awan meyakinkan Shofi.
Shofi semakin terisak. Tidak menyangka kalau Awan akan sebaik ini kepada dirinya.
Perlahan Awan menarik Shofi ke dalam pelukannya. Tidak ada penolakan dari Shofi. Awan kemudian mencium puncak kepala Shofi lalu mengusap-usap lembut punggung Shofi yang bergetar karena tangisannya tersebut.
Dan beberapa saat kemudian, setelah tangisan Shofi mereda, Awan melepaskan pelukannya. Kembali Awan menghapus air mata di wajah Shofi.
"Sudah malam, kamu juga pasti capek. Kita tidur sekarang, yuk!" ajak Awan.
Shofi menganggukkan kepalanya pelan. Awan kemudian membawa Shofi untuk naik ke tempat tidur dan membaringkan tubuh mereka berdua. Awan juga menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka.
"Boleh Mas tidur sambil meluk kamu?" tanya Awan hati-hati.
Sempat meragu, akhirnya Shofi pun mengangguk pelan sebagai jawaban. Awan tersenyum senang. Shofi kemudian beringsut masuk ke dalam pelukan awan. Setelah membaca do'a, sepasang pengantin baru itupun kemudian tertidur dengan saling berpelukan.