Semua ini tentang Lucyana Putri Chandra yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
Apakah Lucyana berani jatuh cinta lagi?
Kali ini pada seorang Sadewa Nugraha Abimanyu yang jauh lebih muda darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Terduga
“Sadewa!"
Suara itu melengking lembut di udara pagi, membuat beberapa mahasiswa yang lalu-lalang ikut menoleh. Cindy Savitri. Sosok perempuan yang cukup populer di kampus. Cindy dikenal cerdas, supel, dan… satu-satunya perempuan yang berani mendekati Sadewa.
Begitu sampai di depan Dewa, Cindy tersenyum lebar.
“Kemarin ke mana aja, sih? Lo tuh tiba-tiba ngilang, gak ada kabar! Minta dijelasin di telpon malah gak jelas lagi!" Cindy mengerucut kan bibirnya.
Dewa menoleh, sedikit kaget tapi segera tersenyum tipis.
“Gue ada urusan mendadak,” jawabnya santai sambil menaruh tangan di saku celana. “Oh iya, kemarin sampe mana bahasannya?”
Mereka berjalan beriringan menyusuri koridor kampus yang mulai padat mahasiswa.
Ryan membuka pembicaraan sambil mengunyah permen karet.
“Jadi gini, buat festival kampus nanti, kan kita butuh beberapa sponsor. Katanya si Bayu tuh, omnya kerja di perusahaan kopi gitu—kebetulan mau launching produk baru. Jadi mereka tertarik juga buat jadi sponsor, sekalian kita bantu promosiin produk mereka.”
Arka celingukan, “Mana sih Bayu? Dari tadi nggak nongol.”
Begitu mereka mau masuk ruang rapat, Ryan menunjuk ke arah pintu.
“Noh, si Bayu dateng.”
Bayu muncul sambil bawa map tebal dan senyum lebar.
Arka langsung nyeletuk, “Bayu weh, bro! Gimana jadinya nih? Udah dapet kabar dari om lo?”
Bayu menepuk bahu Arka, “Udah, bro. Om gue setuju bantu sponsorin. Tapi katanya dia bakal kirim perwakilan dari kantor buat ketemu langsung sama pihak kampus, bahas detailnya.”
Dewa mengangkat alis, menatap Bayu dengan nada heran.
“Gercep banget kalian, baru gue tinggal sehari udah dapet sponsor aja. Mana coba liat datanya.”
Bayu menyerahkan sebuah map berwarna hijau tua dengan logo daun di depannya.
PT Auralis Naturals
Dewa membuka lembaran di dalamnya.
Nama Perusahaan: PT Auralis Naturals
Alamat: Jalan Sukajadi No. 58, Bandung
Bidang: F&B Organik — produk makanan dan minuman sehat berbahan alami
Penanggung Jawab: Lucyana Putri Chandra
Ryan yang berdiri di sebelah Dewa langsung bersiul.
“Wih, perusahaan organik kekinian nih. Penanggung jawabnya cewek, euy. Lucyana Putri Chandra. Namanya aja udah cantik banget.”
Arka ikut menimpali sambil nyengir,
“Dari namanya aja udah kebayang: cewek smart, elegan, pasti yang tipe bossy tapi manis gitu.”
Cindy melirik sekilas, nada suaranya agak sinis.
“Ah, biasa aja kali. Siapa tau orangnya gak sebagus namanya.”
Dewa yang membaca nama di bawah logo perusahaan itu langsung membeku.
Matanya membulat, jantungnya berdebar.
“Waduh… bini gue ternyata,” gumamnya dalam hati, nyaris tak terdengar.
...****************...
Sementara itu, Lucy kembali ke rutinitas kantornya di PT Auralis Naturals.
Suasana kantor pagi itu terasa sibuk, bunyi ketikan dan dering telepon bersahut-sahutan. Lucy baru saja duduk menata berkas di mejanya ketika terdengar ketukan di pintu ruangannya.
TOK TOK TOK.
“Masuk,” ujarnya sambil menoleh.
Pintu terbuka, menampakkan sosok Pak Jeffry, CEO Auralis Naturals yang dikenal tegas tapi berwibawa.
“Lucy, gimana? Udah enakan?” tanyanya sambil menyunggingkan senyum tipis.
Lucy cepat bangkit dari kursinya.
“Eh, Pak Jeff. Iya, udah kok. Maaf ya, saya sempat nggak masuk beberapa hari.”
Jeffry mengangkat tangan santai.
“Gak masalah. Yang penting kamu udah fit. Tapi ya itu—”
Ia menunjuk tumpukan dokumen di meja Lucy.
“Kerjaanmu pada nungguin semua, tuh.”
Lucy tertawa kecil.
“Hehe, iya Pak. Langsung saya beresin hari ini.”
Jeffry tersenyum puas, lalu menambahkan,
“Oh iya, satu lagi. Saya minta kamu sama Detri ke Universitas Pasundan hari ini. Ada pertemuan sama panitia festival kampus. Saya setuju buat jadi sponsor sekalian buat promosi produk kopi kita.”
Lucy mencatat cepat.
“Baik, Unpas ya, Pak? Setelah makan siang saya berangkat sama Detri.”
“Baiklah, Hati-hati ya kalian.” jawab Jeffry singkat sambil berjalan keluar.
Begitu pintu tertutup, Lucy menarik napas kecil— Okay Lucy, hari-hari hectic menanti gumamnya diantara helaan napas.
Setelah makan siang, Lucy dan Detri sudah bersiap di lobi kantor.
Detri membawa beberapa map proposal dan brosur produk kopi Auralis Naturals, sementara Lucy sibuk memeriksa jadwal di ponselnya.
“Jadi nih, kita bakal ketemu sama panitia festival kampusnya?” tanya Detri sambil membuka pintu mobil.
“Iya, kata Pak Jeff mereka udah ngajuin proposal buat sponsor. Kita tinggal bahas detailnya aja,” jawab Lucy sambil memasang sabuk pengaman.
Perjalanan menuju Universitas Pasundan terasa santai. Jalanan sore itu tak terlalu padat, hanya deru kendaraan yang sesekali lewat.
Mobil pun berhenti di halaman kampus Unpas.
Dari kejauhan terlihat spanduk besar bertuliskan “Campus Creative Fest 2025.”
Mahasiswa berlalu-lalang membawa alat dekorasi, beberapa panitia terlihat sibuk di area lobi gedung utama.
Detri menatap kagum.
“Wah rame juga, luc! Nih kampus vibes-nya asik banget.”
Detri dan Lucy melangkah masuk ke ruang rapat setelah sempat bertanya ke beberapa mahasiswa yang lewat di koridor.
Di dalam, beberapa panitia tampak sibuk menata dokumen dan alat presentasi. Salah satunya, Bayu, yang duduk di depan laptop sambil menatap mereka dengan senyum tengil.
“Wah, selamat datang! Mau langsung dimulai, Bu… eh—atau Kak aja nih panggilnya?” godanya dengan nada bercanda.
Detri tertawa kecil. “Kita belum setua itu untuk dipanggil ibu, loh.”
Lucy hanya tersenyum kaku, ia tahu di manapun tempatnya jika ada pria tampan entah muda atau tua Detri langsung Mode On—Ganjen.
Sementara itu, Bayu yang memang tak bisa diam langsung mengetik cepat di grup.
...TimTam UNPAS 😎...
Bayu: Dimana keneh? Ieu teteh gareulis geus datang, asli moal ningali yeuh? 😍
(Masih pada dimana? ini para wanita cantik udah pada dateng nih, asli gak akan liat?)
Ryan: Bentar lagi kelas gue selesai, tahan dulu!
Arka: Jirrr, pokoknya tungguin urang(gue)!
Dewa: Jangan pada kegatelan lo pada! Awas ya, jangan mulai dulu sebelum gue dateng! 😑
Dewa yang baru keluar dari ruang dosen menatap notifikasi itu di ponselnya. Alisnya terangkat.
Gareulis? (cantik?)
Ia menghela napas. “Jangan-jangan…” gumamnya dalam hati.
Bayu terkekeh kecil sambil membaca balasan di grup TimTam Unpas.
“Emang bener kata si Om Ahmad,” gumamnya pelan, tapi cukup terdengar oleh panitia di sebelahnya, “temen-temennya pada cantik-cantik gini euy.”
Meeting pun dimulai. Lucy berdiri di depan, menjelaskan rencana kerja sama dan konsep booth promosi Auralis Naturals untuk festival kampus nanti. Suaranya tenang, profesional seperti biasa.
Namun di tengah presentasinya, pintu belakang ruang rapat terbuka.
Ryan, Arka, dan Dewa melangkah masuk, diantar salah satu panitia.
Sepersekian detik, Lucy terpaku. Matanya langsung menangkap sosok yang paling tak ia duga akan muncul di ruangan itu — Dewa.
Jantungnya berdetak lebih cepat, tapi ia buru-buru menegakkan tubuh dan melanjutkan penjelasannya seolah tak terjadi apa-apa.
Ketiganya mengambil tempat duduk di sisi meja, mendengarkan dengan saksama.
Lucy berusaha tetap fokus pada slide yang terpampang di layar, tapi saat pandangannya tanpa sengaja ke arah Dewa...
Matanya membulat.
Ada sesuatu—di depan sana yang membuatnya benar-benar kehilangan kata...
...----------------...
Apa coba yang bikin Lucy terkaget-kaget gitu, apa ada hubungannya sama Dewa kah?
Ada yang bisa nebak gak arti nama Grup Chatnya Dewa Dkk? 😁
Pantengin terus cerita Dewa - Lucy yaa jangan lupa sertakan vote like dan komentar nya ✨😍
Maaf ya kemarin libur dulu hehe mencari inspirasi 😁
Happy Monday All 😘✨