NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Pewaris Tahta

Terjerat Cinta Pewaris Tahta

Status: tamat
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Mafia / Konflik etika / Masalah Pertumbuhan / Tamat
Popularitas:15.5M
Nilai: 5
Nama Author: Shan Syeera

Sebuah tragedi penyekapan membuat Maharaya bertemu dengan seseorang yang berhasil merenggut kesuciannya.
Seorang pria dingin dan kejam, pimpinan mafia bawah tanah yang sangat ditakuti.

Dia juga dibawa masuk ke dalam kehidupan pria itu yang ternyata bukanlah orang biasa, laki-laki kejam itu adalah seorang putra mahkota dan calon raja masa depan.

Sejak itulah perjalanan hidup Maharaya berubah drastis. Dia dipaksa masuk ke dalam kehidupan yang diluar bayangannya, dipenuhi oleh kekerasan, ketakutan, kesedihan sekaligus kesakitan, sampai akhirnya dia mengenali dirinya sendiri.

Mampukah Maharaya bertahan dengan kehidupan kerasnya dan mendapatkan cinta sejati dari pria dingin itu yang nyata-nyatanya masih dibayangi oleh cinta masa lalunya?

Yuuk... kita ikuti saja kisah selengkapnya di sini..!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Sekretaris Pribadi

❤️❤️❤️

Aaron Marvell De Enzo.??

Raya menggumamkan nama itu dalam hatinya.

Tubuh nya kini semakin lemas. Apakah dirinya

saat ini sedang bermimpi.? Dia memegang

kepalanya yang tiba-tiba saja terasa berputar.

Tidak, ini pasti hanya halusinasi nya saja.

Pria jahat itu bukanlah Aaron Marvell De Enzo.

Sang pemilik perusahaan tempat dirinya

bekerja selama ini. Kenapa bisa begini.?

"Miss Raya, anda tidak apa-apa.?"

Ansel kembali mendekat kearah Raya yang

langsung mengangkat tangannya sambil

melirik cepat dengan tatapan penuh rasa

tidak terima atas semua kenyataan ini.

"Ini semua tidak benar kan.? Kalian pasti

sedang bersandiwara, iya kan.?"

Raya mundur, menatap Ansel yang terlihat

mengulum senyumnya.

"Inilah kenyataan nya, beliau adalah Presdir

Marvello's Corporation, Aaron Marvell De Enzo."

Ujar Ansel sambil melirik sekilas kearah Aaron

yang masih tetap pada posisinya. Duduk diam

di kursi kebesarannya dengan tatapan lurus

kearah Raya.

"Tidak mungkin.! bagaimana bisa begini.?"

"Untuk ke depan nya, anda akan tahu lebih

banyak tentang nya.!"

Ansel berdiri tenang di hadapan Raya yang

masih mencoba menegakkan badannya

karena kakinya masih saja terasa lemas.

"Kalau begitu aku tidak akan mengambil

posisi ini. Akan lebih baik bagiku untuk

mengundurkan diri saja dari perusahan ini."

Raya menundukkan kepalanya sedikit kearah

Aaron tanpa melihat wajahnya, lalu berbalik

dan bersiap melangkah. Tapi rasa pening di

kepalanya kini semakin kuat. Dia memegang

kepalanya seraya memejamkan mata mencoba

untuk menguasai dirinya, dia benar-benar

tidak bisa menerima semua ini. Bagaimana

bisa laki-laki jahat itu adalah majikannya.

Dengan wajah yang sudah sangat dingin Aaron beranjak dari kursinya, berjalan kearah Raya,

tanpa kata dia mengangkat tubuh Raya yang

terkejut seketika, matanya melebar, mencoba

meronta ingin turun dari pangkuan laki-laki

itu yang terlihat datar saja, mendudukkan

dirinya di atas sofa yang ada di sudut kanan.

Mata mereka bertemu panas sesaat hingga

akhirnya Raya memalingkan wajahnya. Ansel

datang membawakan sebotol air mineral.

"Minumlah, kau harus menenangkan diri

dulu, cobalah untuk menerima semua ini."

Ucap Ansel dengan bijak seraya mengulurkan

botol minum tersebut lalu duduk di sebelah

gadis itu. Raya melirik, matanya bersitatap

dengan mata Ansel yang terlihat sedikit

khawatir. Sedang Aaron duduk di depannya

dengan tatapan tajam mengarah pada wajah

pucat Raya yang kini menerima botol air

tersebut lalu perlahan meminumnya.

"Terimakasih Tuan Ansel.."

Lirih Raya sambil kemudian menunduk.

Ketiga nya untuk sesaat saling berdiam diri.

Raya masih mencoba untuk menerima semua

ini, kenyataan bahwa laki-laki yang sudah

mengambil kehormatannya adalah seorang

Aaron Marvell De Enzo, yang dia kenal hanya

namanya saja, tanpa tahu orang nya.

"Kau tidak bisa mundur lagi karena semua

ini berhubungan langsung dengan perusahaan

cabang ini. Kau akan mencoreng nama baik

perusahaan ini kalau melakukan nya.!"

Ansel memberi penjelasan, Raya mencoba

melihat kearah Aaron, mata mereka bertemu,

saling menatap kuat dengan sorot mata yang

sama-sama rumit tidak terjabarkan. Yang jelas

tatapan penuh kebencian masih mendominasi

mata indah gadis itu. Tidak lama dia berpaling

wajah, Aaron masih terdiam menatapnya.

"Tapi aku benar-benar tidak bisa menerima

posisi yang bukan bidang ku."

"Mau atau tidak kau tetap tidak akan bisa

kemana-mana.! Perjanjian itu tetap berlaku.!"

Aaron berkata dengan nada arogan nya. Raya

melirik, menatap wajah super tampan namun

sangat dingin bahkan cenderung bengis itu.

"Kau tidak bisa melakukan pemaksaan.! Aku

punya hak untuk memilih dan menentukan.!"

"Hak mu itu sudah hilang sekarang.!"

Tegas Aaron sambil kemudian berdiri, Raya

menatap kesal kearah laki-laki kejam itu.

"Ansel akan menerangkan apa saja yang

harus kau kerjakan. Dua jam lagi kita akan

mengadakan pertemuan.!"

Aaron berkata sambil berjalan kearah kursi

kebesarannya. Raya menatap geram kearah

Aaron, rasa bencinya semakin besar. Kenapa

pria jahat itu bisa selicik ini.? Apakah semua

orang yang merasa memegang dunia

memang seperti ini adanya.?

"Miss Raya..aku sarankan, mulai sekarang

belajarlah menerima semua ini. Tuan kita

tidak suka di bantah.!"

Ansel berucap sambil menatap tenang wajah

Raya yang menarik napas berat.

"Baiklah.. sepertinya kalian tidak memberiku

pilihan lain. Tunjukkan aku ruangan nya.!"

Raya berdiri, Ansel tersenyum manis seraya

ikut berdiri.

"Meja kerjamu ada di sana.!"

Ujar Ansel sambil menunjuk meja kerja yang

ada di sudut kiri, posisi nya di sebelah kiri

ruangan, hanya berjarak beberapa meter

saja dari meja kerja Aaron.

"Apa.?? Kenapa harus berada di ruangan ini.?

Ini sangat tidak masuk akal !"

"Lusa kita akan pergi dari negara ini, jadi itu

semua hanya sementara saja.!"

Debat Aaron yang mulai terfokus pada laptop

di depannya. Raya mematung di tempat, pergi

dari negara ini.? Apakah ini artinya dia akan

ikut pergi ke kantor pusat ?

"Aku akan menjelaskan secara garis besar

apa saja tugas dan kewajiban mu.!"

Ansel menarik tangan Raya untuk duduk di

kursi kerjanya. Dan mulailah Ansel menjadi

mentor kilat untuk Raya, menjelaskan dan

mengarahkan apa saja yang akan menjadi

beban pekerjaan nya nanti.

***

Siang nya Aaron dan Raya pergi ke sebuah

kafe yang akan menjadi tempat pertemuan

dengan kliennya, mereka satu mobil yang

di bawa oleh Alex. Keduanya duduk di jok

masing-masing, jadi Raya bisa bernapas

sedikit lega. Dia menyibukkan diri dengan

mempelajari materi yang akan di bahas

pada pertemuan nanti. Sesekali sudut mata

Aaron melihat kearah wanita yang sudah

resmi jadi sekertaris pribadinya itu.

Sekretaris pribadi.? bibir Aaron tampak

terangkat sedikit, ini sungguh di luar nalar.

Selama berada di kantor tadi, Raya menahan

diri untuk tidak mengeluarkan suara. Dia ingin

meminimalisir interaksi dengan laki-laki itu,

kalau bisa ingin rasanya dia lari dari semua

kenyataan ini.

Tiba di tempat, Aaron keluar terlebih dahulu

di susul oleh Raya yang membawa laptop dan

juga beberapa berkas penting yang akan di

tandatangani oleh kedua belah pihak. Setelah

menjelaskan segala sesuatu nya pada Raya

sosok Ansel tidak lagi kelihatan, entah

kemana perginya pria menawan itu.

Raya memasang wajah kesal saat melihat

bos jahat nya itu berjalan santai menuju ke

dalam lift khusus yang ada di parkiran. Raya

mengikuti pria itu di belakang nya dengan

langkah sedikit kasar di telan kekesalan.

Sementara Alex dan beberapa bawahannya

mengikuti dari belakang membawakan tas

laptop dan dokumen penting.

Begitu keluar dari dalam lift mereka masuk

ke sebuah ruang VVIP yang ada di kafe

tersebut di sambut langsung oleh 4 orang

pria yang sudah menunggu nya dari tadi.

Orang-orang itu tampak berpenampilan rapi

dan elegan dengan raut wajah yang terlihat

jelas berasal dari kalangan elite dunia.

"Selamat datang Tuan De Enzo."

Sambut mereka serempak sambil menunduk

dan membungkukkan badan penuh hormat.

Aaron hanya mengangkat tangannya sedikit

dengan ekspresi datar dan lurus. 4 orang itu

tampak sangat bersemangat saat melihat

kemunculan Aaron, seakan mendapatkan

hadiah lotre besar tak terduga.

"Terimakasih anda sendiri yang datang ke

pertemuan ini Tuan."

Pria paruh baya yang sepertinya klien Aaron

tersebut kembali berucap dengan antusias.

Aaron masih bertahan dengan wajah datar

dan tanpa ekspresi nya. Ke 4 pria elegan itu

kini melirik ragu kearah Raya dengan sorot

mata sedikit terkejut sekaligus tertarik.

"Apa yang kalian lihat.?"

Aaron menatap mereka dengan mata elang

nya yang langsung membuat ke 4 pria itu

tertunduk gugup. Mereka memang terkejut

karena Aaron datang bersama dengan seorang

wanita. Yang mereka tahu, selama ini, seorang

Aaron Marvell tidak pernah bersinggungan

langsung dengan wanita.

"Maafkan kami Tuan.. Mari kita mulai saja

pertemuannya."

Ujar pria setengah baya tadi yang terlihat

sangat gugup dan tegang, wajahnya juga

terlihat pias, dia mempersilahkan Aaron

untuk duduk. Aaron melirik sekilas kearah

Raya, kemudian dia duduk dengan tenang

di sertai gaya yang sangat elegan, berkelas

dan berbeda. Raya ikut duduk di sebelahnya,

sedikit menjauh.

"Kami sengaja terbang ke negara ini saat

anda meminta pertemuan diadakan di sini."

"Jadi kau keberatan.?"

Suara Aaron terdengar dingin membuat

orang-orang itu langsung mendongak dan

menunjukkan reaksi tidak enak.

"Tentu saja tidak Tuan, kami justru sangat

senang bisa bertemu langsung dengan anda.

Ini adalah sebuah kehormatan besar bagi

kami bisa bertemu anda di tempat ini.!"

Pria paruh baya tadi tampak menundukkan

kepalanya berkali-kali. Raya mengernyitkan

alisnya mencoba memahami situasi yang ada.

Kelihatannya orang-orang itu sangat segan

dan hormat pada bos jahatnya ini. Hatinya

semakin kesal, dia mengutuk laki-laki itu

dalam hatinya melihat sikap arogan nya.

"Aku tidak suka basa-basi, langsung saja

pada pembahasan kontrak kerja sama kita.!"

Aaron tampak mulai gerah, dia melirik

kearah Raya yang menatapnya dengan jutek.

Tatapan Aaron mulai memanas membuat

Raya mau tidak mau bergerak, menyimpan

laptop dan berkas di atas meja.

"Baik Tuan, kami akan mengikuti apa saja

yang anda tetapkan. Kami percaya pada

semua kebijakan anda sepenuhnya."

Sahut salah seorang pria lainnya sambil

kemudian dia pun mengeluarkan berkas

yang di bawanya. Pembicaraan pun di mulai.

Kali ini, giliran Raya yang maju menerangkan

isi perjanjian di antara kedua belah pihak.

Semua laki-laki asing itu tampak terkesima

saat Raya berbicara dengan pembawaan yang

sangat tenang namun tetap tegas, lugas dan

cerdas. Bukan hanya mereka, bahkan Aaron

sendiri pun tampak terdiam, dia tidak menduga

kalau Raya bisa menyesuaikan diri secepat ini

dengan tugas dan kewajiban nya. Padahal

semula dia hanya ingin mengetes saja sampai

di mana kemampuan sekretaris nya itu.

"Baiklah Tuan-tuan.. seperti nya penjelasan

kami sudah sangat detail dan jelas. Kalian

bisa mempelajari nya lagi kalau perlu."

Raya menutup penjelasan nya di bumbui

senyum tipis tanda kesantunan. Namun

hal itu malah membuat ke 4 pria itu makin

terkesima pada dirinya. Aaron menautkan

alis melihat orang-orang itu masih terdiam

menatap kearah Raya yang mulai risih.

"Apa aku perlu membatalkan kerjasama

ini.? Ada yang kalian ragukan.?"

Kali ini suara Aaron terdengar lebih dingin

membuat orang-orang itu terlonjak kaget

dan langsung memucat seketika.

"Tidak Tuan.! Kami setuju semuanya. Tidak

ada yang kami ragukan. Mari kita langsung

saja tandatangani semuanya."

Ucap klien Aaron gelagapan. Dia langsung

bergerak cepat menandatangani berkas kontrak kerjasama nya tanpa pikir panjang lagi. Bibir

Aaron menyeringai tipis melihat semua gelagat

itu. Sementara Raya hanya bisa terdiam sambil menggelengkan kepalanya pelan. Dia bergerak

meraih dokumen yang sudah di tandatangani

klien di serahkan ke hadapan Aaron.

Aaron melirik, mata mereka bertemu, saling

menatap kuat, tangan Aaron bergerak meraih

berkas-berkas itu, tanpa sengaja tangan nya

menyentuh tangan Raya, keduanya berjingkat

kaget melepas tatapan saat merasakan ada

semacam sengatan hebat yang menyerang

aliran darah mereka. Wajah keduanya tampak memerah. Masih mencoba menguasai dirinya

Aaron menandatangani berkas-berkas itu

sementara Raya memalingkan wajahnya..

***

Happy Reading...

1
Merlani Hidayat
baca ulang ke 3x nya
Anonymous
Buat authornya 💗💗😭😭makasih udah bikin cerita sebagus ini plisss pengin jadi raya aron bener bener keren bgt karakternya jatuh cinta arghhhhh😭😭😭😭
Putu: Aku juga dari th 2025. Untung ketemu judulnya. Udah dari SMA love bgt sama ini😭
total 1 replies
Anonymous
Baper banget plis udah 5 tahun baca ini ga bosenin 😭😭
soso
Luar biasa
Momy Haikal
dari semua novel author aku suka cerita Agra kiran Devan Sherin dan raya aron sisanya aku kurang srek sm pemeran laki lakinya
Lismawati Salam
Luar biasa
☘️⃟🆑🍾⃝🎐⃟ͧC͠ʜᴀᷫғͧɪᷠɪ̽ɴⷡᴛᷧ͜ᴀͤ
dibaca berapa x pun tetap nyangkut dan serasa terhanyut dlm cerita ini
Teh Lis Putri
woooo kerean
Naila fikri sho Fiya
luar biasa karyamu thor
Sri Suhartati
Biasa
Sri Suhartati
Buruk
Naila fikri sho Fiya
Kecewa
Naila fikri sho Fiya
Buruk
Ita Setiana
Luar biasa
Sur Tini
sebener nya kenapa yah..ap aroon susah punya anak sampe terkejut begitu
Serevina Simanjuntak
Luar biasa
𝓛𝖊𝖊𝖈𝖍𝖞𝖗𝖆
cerita menarik klo bisa ada lanjutan nya donggg
Naila Azmi
kk mau kelanjutan kisahnya keanu donk kk
pasti lebih seru
Heti Supriyati Laela
luar biasa bikin yang baca ketagihan
Naila Azmi
gk bisa ngebayangin thor gmna tampannya seorang marvel de enzo 😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!