Xavier Zibrano, CEO muda yang selalu di paksa menikah oleh ibunya. Akan tetapi ia selalu menolak karena masih ingin menikmati masa mudanya.
Divana Veronika, gadis cantik yang rela meninggalkan orang tuanya dan lebih memilih kekasihnya.
Namun siapa sangka, kekasih yang ia bela mati-matian justru menghianatinya. Divana memergoki kekasihnya sedang berhubungan intim dengan sahabatnya sendiri di sebuah kamar hotel.
Dengan perasaan hancur, tak sengaja Divana di pertemukan dengan Xavier yang baru saja selesai menghadiri acara gala diner di hotel yang sama.
Divana yang sedang kalut akhirnya menawarkan sejumlah uang kepada Xavier untuk menghabiskan malam bersamanya.
Akankah Xavier menerima penawaran tersebut?
Yuk simak cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
Pagi hari kembar terlihat semangat dengan menggendong tas di punggungnya, hari ini merupakan hari pertama mereka bersekolah di sekolah barunya.
Dengan langkah riang mereka menuruni anak tangga. Divana tersenyum melihat putranya yang begitu semangat ingin berangkat ke sekolah.
"Selamat pagi nenek, kakek" sapa mereka berdua kompak.
Divana menarik kursi dan membantu mereka berdua untuk duduk.
"Nenek tidak mau berbicara dengan kalian, kalian sudah membawa mobil nenek" ucap Sarah yang masih pura-pura merajuk.
"Ye.... Kata ciapa mobil itu milik nenek, itu mobilnya Noel dan Noah yang di belikan papa. Nenek kalau ili minta belikan kakek aja" seru Noel tidak terima.
"Kata siapa itu mobil kalian?" tanya Sarah.
"Kata papa" sahut Noel menjulurkan lidahnya.
Sarah terdiam dia menatap putranya jengkel, karena sudah memberitahu mereka. Xavier hanya bisa menghela nafas, lama-lama kelakuan maminya sama seperti kembar.
"Nenek nda boleh bohong-bohong, nanti macuk nelaka" ucap Noel.
"Sudahlah mi, percuma ngerjain mereka, mami tidak akan menang" sela Xavier. Lelaki itu tahu bagaimana tingkah Noel, dia sangat ngeyel dan tidak mau mengalah.
Setelah melewati drama yang unfaedah akhirnya mereka mulai sarapan pagi. Setelah selesai makan barulah kembar dan Xavier pamit.
"Mama Noah berangkat sekolah dulu ya" pamit Noah mencium punggung tangan mamanya.
"Iya sayang, belajar yang rajin dan jangan nakal" pesan Divana dan mencium kedua pipi Noah secara bergantian.
Kini giliran Noel yang berpamitan kepada mamanya. "Noel belangkat dulu mama, mama jangan kangen cama Noel ya," ucap anak kecil itu percaya diri.
"Iya sayang, ingat. Jangan jajan sembarangan" peringatnya pada sang bungsu.
"Iya mama" sahut Noel.
Divana juga mencium pipi Noel.
"Aku berangkat dulu, nanti siang sepertinya aku akan sibuk, nanti kamu yang jemput mereka ya, jangan pakai taksi aku sudah siapkan sopir untukmu" ucap Xavier.
Divana mengangguk patuh dengan pengaturan suaminya, dia mencium tangan Xavier secara takzim. Setelah itu Xavier mencium kening istrinya.
Setelah itu Xavier menggiring putranya masuk kedalam mobil. Perlahan mobil yang di tumpangi mereka meninggalkan area Mansion, Divana melambaikan tangannya, saat mobil sudah tidak lagi terlihat barulah dia masuk kedalam.
Sebelum kekantor Xavier mengantar putranya terlebih dahulu. Mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan gerbang sekolah kembar.
"Belajar yang rajin, nanti pulangnya mama yang jemput" ucap Xavier.
"Iya papa" jawab mereka kompak.
Xavier mencium kedua pipi anaknya secara bergantian. Noah turun dari mobil, sementara Noel masih diam di dalam mobil.
"Kenapa belum turun" tanya Xavier mengeryitkan keningnya.
"Papa lupa ya, kan Noel belum di kacih uang caku cih" ucap Noel sambil menengadahkan tangannya.
Xavier menghela nafas pelan, dia membuka dompetnya dan memberikan satu lembar uang kertas berwarna ungu pada putranya.
"Ini, jangan lupa di bagi sama Noah ucap Xavier.
"Maksudnya uangnya di lobek jadi dua" tanya Noel polos.
Sean menepuk keningnya,"Bukan itu maksudnya, itu kan uangnya sepuluh ribu, jadi kamu bagi ke Noah lima ribu" terang Xavier.
Noel menganggukkan kepalanya, dan menatap papanya. "Kenapa nda kacih catu lagi aja" ucap anak kecil itu mencoba mengajak papanya bernegosiasi.
Xavier di buat gemas dengan kelakuan Noel, karena tidak ingin terus berdebat akhirnya Xavier memberikan selembar lagi uang sepuluh ribu kepada putranya itu.
"Telima kacih papa, papa memang yang telbaik" ucap Noel tersenyum lebar.
Setelah mendapatkan uang, Noel pun keluar dari mobil papanya, Xavier menggelengkan kepalanya, putranya satu itu benar-benar ajaib.
Setelah memastikan putranya masuk, Xavier melajukan mobilnya meninggalkan sekolahan mereka, dia menuju ke perusahaannya.
Setelah melalui satu jam perjalanan akhirnya mobil yang di kemudikan Xavier tiba di perusahaannya.
Reza membuka pintu mobil dan Xavier keluar dari dalam mobil.
"Terima kasih" ucap Xavier.
Pria itu masuk kedalam perusahaan dengan di ikuti Reza di belakangnya, mereka berdua masuk kedalam lift khusus petinggi perusahaan.
Ting
Pintu lif terbuka, Xavier melangkahkan kakinya menuju ke ruangannya.
Ceklek....
Pintu ruangan di buka oleh Reza, Xavier masuk kedalam ruangannya dan melangkahkan kakinya duduk di kursi kebesarannya.
"Bagaimana dengan tuan Damian, kapan kita bisa menemuinya" tanya Xavier setelah duduk di kursi kebesarannya.
"Siang ini kita bisa bertemu dengan beliau tuan, tapi tuan Damian menyuruh kita untuk datang ke perusahaannya, karena beliau tidak mau datang keperusahaan ini" terang Reza.
"Ck, dasar tua bangka sombong" decak Xavier kesal. "Baik, nanti siang kita temui tua bangka itu" imbuhnya.
Reza meringis mendengar Xavier mengumpati, bagaimana pun selain rekan bisnis tuan Xavier merupakan ayah mertua bosnya itu, andai tuan Xavier tahu pasti bosnya itu sudah di pecat menjadi menantunya.
Reza keluar dari ruangan Xavier, dan membiarkan pria itu mulai mengerjakan pekerjaannya. Banyak dokumen yang harus Xavier tanda tangani
Waktu bergulir begitu cepat, pukul sebelas siang Xavier dan Reza menuju ke perusahaan tuan Damian.
Setelah melewati perjalanan yang cukup padat akhirnya mobil yang di tumpangi Xavier tiba di depan gedung perusahaan Royal Group milik tuan Damian.
Reza menghampiri meja resepsionis.
"Selamat siang, saya dari perusahaan Dirgantara ingin bertemu dengan tuan Damian" ucap Reza sopan.
"Anda sudah tunggu di ruangan beliau, anda bisa naik saja ke lantai dua puluh. Ruangan tuan Damian ada di lantai tersebut" ucap resepsionis sambil menunjukkan letak lift.
"Terima kasih" ucap Reza.
Kemudian Reza dan Xavier langsung naik lift menuju ke lantai dua puluh sesuai instruksi dari resepsionis.
Ting
Lift sampai di lantai dua puluh, saat pintu terbuka Xavier dan Reza langsung di sambut oleh asisten tuan Damian.
"Mari tuan, saya antar ke ruangan tuan Damian" ucap Asisten tuan Damian, dan di balas anggukan oleh Reza.
Xavier dan Reza mengekori asisten tuan Damian dari belakang menuju ke ruangan tuan Damian.
Ceklek....
Xavier dan Reza masuk kedalam ruangan yang Sean yakini itu ruangan tuan Damian, ruangan tersebut terlihat mewah dengan di dominasi warna hitam dan juga di lengkapi kaca besar yang memperlihatkan pemandangan dari luar gedung.
"Ada apa gerangan? tiba-tiba salah satu pewaris keluarga Zibrano seperti anda ingin bertemu dengan saya" ucap tuan Damian tersenyum jenaka.
Xavier menatap jengkel pria tua itu, kalau bukan karena istrinya dia tidak sudi menemui Damian yang di kenal cukup sombong dan juga arogan.
"Kedatangan saya kesini hanya ingin bertanya, apa benar anda memiliki seorang anak perempuan" tanya Xavier tanpa basa basi.
"Kenapa bertanya seperti itu?" tanya tuan Damian sambil menatap Sean curiga.
"Saya bertanya, seharusnya anda menjawabnya bukan bertanya kembali" tak peduli orang tua itu menilai dirinya tidak sopan, yang jelas Xavier ingin segera meninggalkan ruangan itu.
Tuan Damian berjalan ke sofa, lelaki tengah baya itu mendudukan tubuhnya di sana, terlihat ada beban di raut wajahnya.
"Saya memilikinya, tapi enam tahun yang lalu dia keluar dari rumah saya, dan sampai sekarang saya belum bisa menemukannya" jawab Tuan Damian dan menghela nafas panjang, terlihat kesedihan di matanya ketika membicarakan tentang putrinya.
"Kenapa bisa pergi? Anda mengusirnya" Tanya Xavier pura-pura tidak tahu.
Tuan Damian tertawa kecil, pemuda di hadapannya ini cukup pandai berakting, dia tahu kalau Xavier pernah mencari tahu informasi tentang putrinya.
Darimana dia tahu? Tentu dari tim IT miliknya.
"Saya rasa, tanpa bercerita pun seharusnya anda sudah mengetahuinya" sarkas tuan Damian.
Xavier mendengus sebal, ternyata lelaki tua itu mengetahui pergerakannya.
"Iya saya tahu, sekarang saya ingin bertanya, andai putri anda pulang kerumah, akankah anda memaafkan kesalahan putri anda?" tanya Xavier.
Sebelum mempertemukan istrinya dengan orang tuanya, dia ingin tahu lebih dulu tentang isi hati orang tua Divana, jangan sampai istrinya itu sakit hati, meskipun dari awal istrinya lah yang bersalah.
"Tidak ada orang tua yang tidak mau memaafkan kesalahan anak-anaknya. sebesar apapun kesalahan anak-anaknya, kami sebagai orang tua pasti akan memaafkannya. Bagaimana pun dia putri saya satu-satunya, padahal yang selama ini saya lakukan itu demi kebaikannya, dan terbukti lelaki yang dia bela mati-matian itu justru menghianatinya" ucap tuan Damian sambil menatap lurus ke depan mengingat putrinya yang lebih memilih kekasihnya dari pada dia yang orang tuanya. Kecewa? Pasti, tapi bagaimanapun saat itu putrinya masih muda dan masih menggebu gebu dalam percintaan.
Setelah mendengar pernyataan tuan Damian, Xavier pamit undur diri, karena hanya itu maksud tujuan Xavier menemui orang tua itu. dia merasa lega ketika mendengar ayah mertuanya itu memaafkan istrinya.
"Kalau begitu saya pamit undur diri, lusa saya akan datang kerumah anda, tolong persiapkan sambutan yang meriah untuk saya. Permisi" ucap Xavier dan pergi begitu saja dari ruangan tuan Damian.
Tuan Damian menatap kepergian pemuda itu dengan tatapan yang rumit. Pemuda itu benar-benar tidak sopan pikirnya, datang dan pergi sesuka hatinya.
Dan apa tadi? Mau datang ke rumahnya, memangnya mau apa? Tuan Damian semakin bingung di buatnya.
typo masih berterbangan
Aku mikirnya cowok karna namanya nama cowok. Kok ini pake bandana,,,?