NovelToon NovelToon
Takdir Pemilik Plakat Emas

Takdir Pemilik Plakat Emas

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Fantasi Wanita / Harem / Konflik etika / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:13.6k
Nilai: 5
Nama Author: Una~ya

Bai Mengyan merupakan putri Jenderal Besar Kerajaan Han yang bernama Bai An. Setelah di angkat menjadi Permaisuri Han, dia tidak pernah bertemu dengan keluarganya. Raja menurunkan titah agar Keluarga Utama Bai An tinggal di perbatasan dan menjaga perbatasan seumur hidupnya. Namun, siapa sangka terjadi tragedi yang memilukan.

Belum sempat melepas rindu, Permaisuri Bai kehilangan keluarga utama dalam semalam. Tidak berhenti disana, dia dikirim ke istana dingin dan diminta meminum racun.

Siapakah yang memfitnah keluarga Bai? Rahasia kelam apa yang coba mereka sembunyikan?

Penuh drama yang menegangkan dan intrik, kisah cinta dewasa yang manis. ➤

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Una~ya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep 31

Setelah kunjungan ke istana dingin, Raja terus berada di ruangannya. Sementara Jin Ran belum kembali. Pekerjaan yang seharusnya lebih mudah untuk dia tangani semakin banyak. Rasa curiga juga semakin dalam. Dia tidak bisa meninggalkan lubang hitam terbuka begitu saja. Saat dia menemukan apa yang dia cari, saat itu juga Raja akan menutupnya rapat. Ketakutannya, jika tidak segera ditangani, akan terus membesar dan melukai orang lain.

Kepergiannya kali ini ke istana dingin, bukan hanya karena rasa penasaran. Tetapi, dia meminta Jin Ran untuk mencari benda-benda yang mungkin ada hubungannya dengan perbatasan atau hal-hal yang mencurigakan. Lalu dia menahan Permaisuri dan kedua pelayannya agar tidak meninggalkan kamar terlalu jauh. Mereka lebih khawatir pada Permaisuri jika berdua dengan Raja.

Jin Ran menunduk sopan ketika masuk ke ruang kerja Raja. Dia meletakkan pedangnya di atas meja dan melaporkan penyelidikan terhadap istana dingin. "Yang Mulia, saya menemukan bekas jubah yang terbakar di gudang belakang istana dingin." Jin Ran memberikan helai kain yang sudah terbakar dan hanya menyisakan sebagian kecil, masih bisa dikenali.

Raja meraba kain tersebut dengan pelan dan teliti. Kain yang dipegang terlihat mahal, benang dan coraknya berbeda. Dia yakin pemiliknya dari kalangan bangsawan. Kemudian, Raja mengendus bau yang mungkin melekat. Setiap bangsawan, memiliki wewangian khusus, beberapa dari mereka bahkan membuat wangi dari bahan favorit mereka.

Tapi kain itu tidak memiliki bau yang khusus, hanya tersisa bau hangus di ujung kain. Dia memberikan kembali pada Jin Ran. "Panggil pengawal bayanganmu, minta dia menyelidiki masalah kain ini."

Raja menatap lurus ke arah pintu yang baru saja dilewati pengawal pribadinya. Sepeninggal Jin Ran, dia membuka dokumen-dokumen milik Jenderal Bai An. Dalam buku Angin dari perbatasan, ada kalimat yang mengusik hatinya. Sebagai Jenderal yang terus berdiri di antara belantara, aku menyebutnya dengan kerisauan. Tidak bisa berbahagia atas kelahiran putrinya karena perjanjian sejak dalam kandungan, dia telah diwariskan istana Rongyu.

Kalimat itu berlanjut, sepi di perbatasan terasa semakin menyesakkan jiwanya. Putri yang seharusnya bersikap hangat, kini terlihat kaku dan berwajah dingin. Seumur hidupnya, dia tidak pernah menyesal. Mungkin nanti setelah kepergiannya, barulah penyesalan itu menjadi nyata. Di perbatasan yang mereka sebut menakutkan, kini telah tumbuh beberapa manusia yang sama kaku, dia menyebutnya karma.

Raja membuka lembar berikutnya, lukisan perbatasan saat salju turun, terasa nyata. Tangannya terangkat dan tersapu dari ujung kertas ke bagian ujung lainnya. "Paman, apa itu kebenaran? Mengapa terasa hampa!" Ucapnya.

Kemudian, kepalanya di geser ke samping, melihat lukisan seseorang yang tergantung di sisi ruang. Wajah yang dia rindukan, tersenyum ceria tanpa beban. Raja ikut tersenyum tapi kali ini senyumannya masam. Beban itu telah berpindah dan menjadi besar di pundaknya.

"Aku hanya ingin menjadi Raja yang bijaksana. Tapi paman, sepertinya keputusan yang kuambil jauh dari bijaksana. Aku, akan menyelidiki kembali soal Keluarga Bai, agar kau dan aku tidak terbakar menjadi debu."

﹌﹌﹌﹌﹌ ﹌﹌﹌﹌﹌ ﹌﹌﹌﹌﹌

Desa Yuyang, penghasilan obat tradisional Daiyu

Letaknya berada di timur, dekat dengan sungai dan pegunungan yang tinggi. Tanahnya subur, menjadi alasan banyak buah dan tumbuhan herbal berkembang. Tumbuhan obat yang langkah seperti akar pohon naga emas pun tumbuh di atas daratan Desa Yuyang.

Hari ini, desa ramai karena Pasar obat baru saja terbuka. Setelah beberapa minggu sejak hari pasar sebelumnya, banyak orang yang menunggu. Mereka tidak membuka pasar setiap hari, ada waktu-waktu tertentu dan musim-musim obat yang ditandai.

Biasanya, para tabib datang untuk membeli atau sekedar melihat obat baru yang dikembangkan para ahli pengobatan. Beberapa dari mereka melakukan perjalanan yang jauh dari daerah lain dan menginap di beberapa rumah yang dikhususkan untuk disewa.

Seperti beberapa orang duduk di sebuah kedai yang berada di area alun-alun desa. Sembari menikmati minuman dan makanan, mereka juga mengamati setiap orang yang lewat. Salah satu dari pria yang duduk, tiba-tiba berdiri dari kursinya. "Bai Jing Wen!" Sahutnya.

Dua temannya menengok, melihat arah pandang pria itu. Pria bernama Bai Jing Wen mengangkat tangannya dan berjalan ke arah meja mereka. Dia duduk dan meneguk minuman yang tersedia di meja.

"Ini soal Plakat Emas Jenderal, apa benar orang itu Permaisuri!?" Tanya Bai Jing Wen, wajahnya serius.

Mereka menganggukkan kepala. Di antara mereka ada yang terlihat santai. Tidak menghiraukan tambahan orang di mejanya, dia makan kacang dan minum, begitu saja. Bai Jing Wen menoleh melihat pria itu. "Kau tidak bekerja?" Tanya sembari mengambil kacang dari piring yang berada di depan pria itu.

"Pekerjaanku sudah selesai. Tidak seperti seseorang, dia pergi meninggalkan tugasnya dan hampir membuat perbatasan jatuh ke tangan musuh!" Pria itu bernama Luoyang, dia menjabat sebagai ketua pasukan khusus pembantu perbatasan. Pasukannya lah yang dipanggil oleh Permaisuri menggunakan Plakat Emas.

Mendapat serangan sarkasme membuat Bai Jing Wen tersenyum sinis. Tidak marah, dia hanya menganggap Louyang berkata jujur. Lagipula, mereka sudah bersama sejak lama. Perkataan seperti itu tidak membuatnya tersinggung.

"Kau tidak ke istana? Aku dengar mereka mencarimu." Ujar salah satu wanita yang duduk bersama mereka.

Bai Jing Wen tidak menjawab. Dia asik menikmati minuman berkali-kali di gelasnya. Pikirannya masih berkeliaran pada Plakat Emas dan Permaisuri.

"Kau tahu, semua orang harus lebih berhati-hati! Bukankah Jenderal Bai Fu telah memerintahkanmu untuk tunduk di bawah perintah Jenderal Besar Bai An!? Kenapa kau bertindak gegabah!" Ujar Xiao Wu Yang, mata-mata tudung putih keluarga Bai yang terkenal misterius.

Xiao Wu Yang sudah ikut berperang bahkan sebelum pria-pria yang duduk bersamanya di kedai itu masuk ke barak. Usianya lebih tua 17 tahun dari Bai Jing Wen. Karena itu, dia sering memberi nasihat bahkan sampai memarahi Jing Wen saat pria itu bersikap kurang baik. Dia sudah seperti kakak tertua.

Namun, ketika Jenderal Muda Bai Jing Wen mendengar nama Jenderal Besar, dia menjadi marah. "Jenderal Besar sudah tidak ada, siapapun jangan berpikir untuk memerintahku!" Tekan dia.

Mereka terdiam, tidak ada yang menekannya. Bai Jing Wen hanya mendengar kata-kata Jenderal Bai An. Selama Jenderal Besar Bai An masih hidup, tidak pernah sekalipun dia mengabaikan atau mengingkari perintah. Kali ini, sikapnya terlihat berbeda. Rasa sakit yang diberikan oleh penguasa Han sangat dalam, hingga dia punya niat membunuh Pangeran Han Yan.

Jing Wen, melihat niat buruk pria itu. Dalam pikirannya, mengulang-ulang kalimat ini. Sebenci-bencinya Raja pada keluarga Bai, dia belum pernah secara langsung menyakiti keluarganya. Menurutnya, manipulasi dokumen sudah pasti terjadi. Tidak mungkin Jenderal Besar Bai An melakukan hal yang akan merugikan negara.

Wanita itu menghela nafasnya pelan. "Jenderal muda," Panggil Wuyang membangkitkan respon cepat Bai Jing Wen untuk melihatnya. "Sekarang bukan waktunya memikirkan masa lalu. Karena pemilik Plakat Emas sudah memberi perintah, kau juga harus mengikuti instruksi." Ucap Xiao Wu Yang.

Saat itu juga dia bangkit, menarik kudanya yang tadi di titipkan pada penjaga restoran. Wanita yang duduk di hadapannya juga ikut bangkit dan melakukan hal yang sama.

"Tugasku masih banyak, aku pamit!" Sahut Xiao Wuyang ketika sudah berada di atas kuda. Kuda itu bergerak pelan karena masih berada di alun-alun. Banyak orang yang lalu lalang.

ـــــــــــــــــــﮩ٨ـ

1
Yaya
aku suka jalan ceritanya 😍 tolong up lebih banyak setiap hari.
Unaya: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Tri Septi
bagus ceritanya
Unaya: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Danang Kurniawan
mantap
Unaya: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Danang Kurniawan
waaaahhh, thor.. di luar ekapektasi.. crazy up dong.. aq suka yg gak gampang ditebak begini.....
Unaya: Terima kasih 🙏 di tunggu up selanjutnya
total 1 replies
Osie
aku mampir nih..msh nyimak dulu
Unaya: Terima kasih 🙏🙏
total 1 replies
Arix Zhufa
aq mampir thor
Unaya: Terima kasih 🙏🙏
total 1 replies
Fransiska Husun
kyx di ulang lg bab x thor
Unaya: Sudah di perbaiki, silahkan 🙏
total 1 replies
Fransiska Husun
𝑢𝑝 𝑢𝑝 𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑡ℎ𝑜𝑟
Unaya: Terima kasih 🙏🙏🙏 setiap hari akan ada ep baru
total 1 replies
Fransiska Husun
up up lg seMangat
Unaya: Hari ini sudah up 2 episode. Terima kasih dukungannya 🙏 di tunggu up selanjutnya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!